Minggu, 13 Januari 2013

Sweet Rain *kutemukan cinta dihalte bis* By : Ina Agustia


Sweet Rain *kutemukan cinta dihalte bis*
By : Ina Agustia

Sudah dua hari ini hujan terus turun kepermukaan bumi, dan menghujani diriku dengan air langit. Aku hanya bisa duduk di halte bis sambil menunggu hujan yang tak kunjung henti, sambil membersihkan diriku yang basah karena air hujan. Sesekali aku melihat arlojiku dan berharap cemas, hujan yang tak kunjung henti membuatku cemas ingin pulang kerumah karena ibu menungguku.
Aku menggigil kedinginan sambil mendekap kedua tanganku, seraya mataku memandang ke arah jalan. Tak lama kemudian datang seorang lelaki paruh baya, untuk berteduh di halte bis. Lelaki itu membersihkan dirinya dari air hujan, sementara itu tangan kanannya menggenggam sebuah handphone. Sesekali lelaki itu melihat diriku dan memberikan senyuman kepadaku.
Lelaki itu duduk disamping kananku, sambil menekan nomer handphone yang ada digenggaman tangannya. Lelaki itu berbicara di telepone sambil melihat kearah jalan, dan kepalanya mengangguk-angguk tanda mengerti. Aku terus melihat rintikan hujan yang semakin lama semakin besar, dan hatiku terus saja berdoa biar hujan ini berhenti dan aku bisa pulang kerumah menemani ibu yang sendirian dengan setianya duduk di bangku reot.
“maaf mbak, jam berapa yah sekarang?” Tanya lelaki paruh baya itu.
“jam sepuluh malam” jawabku sambil melihat arloji ditanganku.
“terima kasih mbak”
Lelaki itu berdiri sambil menggulung celana panjang jeansnya, dia berlari mengejar metro mini yang lewat dan meninggalkan halte bis. Aku masih bertahan menunggu hujan berhenti. Kalau aku langsung naik metro mini, nanti aku turun pasti kehujanan dan belum lagi jam segini sudah tidak ada kendaran menuju rumahku. Akhirnya hujan reda juga, aku bergegas pergi meninggalkan halte dan langsung naik metro mini.
Sesampainya dirumah aku melihat ibu duduk dibangku reot diruang tamu, ibu tertidur dibangku reot dan tangan kanannya memegang tasbih. Aku mencium kening ibu dan membelai rambut ibu yang sudah beruban.
“ibu, sinta. Sudah pulang” sambil membisikan ketelinga ibu. Ibu terbangun dan melihat anaknya yang tersenyum.
“oh.. kamu sudah pulang, ibu sudah siapkan makan malam buat kamu. Mungkin sekarang makanannya sudah dingin dan tidak enak” katanya dengan lirih.
“gak apa-apa bu, sinta pasti akan makan” jawab sinta.
“hujan sudah berhenti yah, kamu kehujanan nak?”
“iya bu, sinta kehujanan. Tapi tidak apa-apa bu. Sekarang ibu pindah yuk, ke kamar ibu. Jangan tidur disini yah” ajakku kepada ibu, sambil membangunkan ibu dari bangku reot kesayangan alamarhum milik ayah.
Usai mengantarkan ibu ke kamar, aku menuju kamarku untuk mengganti pakaianku dan mandi dengan air hangat. Selesai mandi aku melihat makanan yang ibu sediakan di meja makan, tahu benar si ibu aku paling suka dengan mie gorang dan tempe serta kerupuk. Meski makanannya sudah dingin aku sangat menikmatinya karena masakan ibu membuatku jatuh cinta.
Aku melihat jam dinding yang menunjukan pukul dua belas malam, badanku merasa pegal, seharian aku dikampus dan tempat kerja. Usai makan dengan lahap, aku membantingkan tubuhku di atas kasur dan memejamkan mataku seraya berdoa kepada tuhan, berikanlah aku mimpi indah dan lalu terbangun saat sang surya sudah bersinar.
Aku terbangun karena mendengar suara ibu yang bernyanyi lagu jawa, aku sebenarnya tidak mengerti ibu nyanyi apa tapi aku suka dengan suara ibu yang merdu karena menenangkan hatiku.
“pagi bu” sapa sinta pada ibu.
“pagi, nak. Ibu sudah menyiapkan nasi goreng dimeja makan” jawab ibu sambil menyiram pot bunga.
“iya, sinta makan. Ibu sudah makan?” tanyanku.
“belum ibu lagi sibuk menyiram pot bunga, kamu makan saja duluan”
“sinta mau makan bareng sama ibu, ditunda dulu bu sebentar. Kita makan sama-sama” ajak sinta dengan manja.
“baiklah” sambil tersenyum.
Usai makan pagi bersama ibu aku pergi ke kampus, seperti biasa aku pasti membangunkan mas hendro, jam segini dia pasti belum bangun tidur. Aku mengambil handphone ditasku, dan membangunkan mas hendro yang ada di bandung.
“tuuutt…tuuttt…tuuttt”
“halo, mas hendro. Bangun mas ini sudah jam tujuh pagi”
“iya mas sudah bangun, eh..sinta gimana kabar ibu?, mas hendro kangen sama ibu”
“ibu baik-baik aja. Mangkannya kalau libur pulang dong. Lagian juga Jakarta-bandung kan tidak begitu jauh”
“mas sibuk sin, lagi pula tugas kuliah mas banyak banget. Belum lagi mas kan di bandung kerja”
“salah sendiri siapa yang minta kuliah di bandung, di jakarta kan banyak”
“gengsi mas kalau kuliah di Jakarta, Jakarta lagi jakarta lagi. Ah.. gak ada pengalamnya. Di Jakarta melulu, lagi pula cewek-cewek bandung kan cantik pisan euy
“hah sok banget, sekarang jadi pakai bahasa sunda yah. Memang mas bisa gitu”
“ya, kan belajar”
“ya udah kalau begitu mas, met berjuang aja di bandung dan sinta doaiin biar dapat cewek bandung yang cantik”
“eh.. jangan lupa salam buat ibu, mas hendro kangen”
“iya sinta salamin sama ibu”
Usai menelepone mas hendro aku menuju kelas dan menyelesaikan beberapa tugas yang belum sempat aku kerjakan. Akhirnya selesai juga tugasku, meski dikerjakan didalam kelas tugasnya selesai.
Jenuh rasanya mendengarkan dosen bicara didepan kelas, dari pada memperhatikan dosen lebih baik memperhatikan dimas saja yang dari tadi tidur dengan mulut terbuka lebar. Aku tertawa melihat dimas tidur, tidak aku saja yang tertawa tapi yang lain juga ikut tertawa melihat dimas tidur dengan mulut terbuka lebar. Tak lama pak hardian melihat dimas yang sejak tadi tertidur lelap sampai dia tidak sadar kalau pak hardian menghampirinya.
“DIMASS” teriak pak hardian.
“iya, pak…” jawab dimas, sampai kaget dan membuat dia terbangun dari bangkunya.
Anak-anak lain mentertawakan sikap dimas yang begitu lucu, sambil mengusap air liurnya yang menetes kepipinya.
“setiap pagi kamu selalu tidur dikelas yah” kata pak hardian dengan kesal.
“gak pak, gak setiap hari. Suerr pak” jawabnya sambil bersumpah.
“ah.. bohong, kata dosen yang lain bilang kalau kamu itu tukang tidur dikelas”
“maaf pak, saya janji. Saya gak akan ngulangi lagi pak” jawabnya dengan lirih.
Aku lihat pak hardian benar-benar marah dengan sikap dimas yang sangat keteraluan, saat aku tertawa mataku tidak sengaja melihat ke arah gilang. Aku lihat gilang memperhatikanku dengan tatapan mata yang sangat dalam, aku hanya bisa menunduk dan membuang wajahku kearah yang lain.
Aku merasa jenuh dengan sikap gilang yang suka memperhatikan aku terlalu dalam, sampai aku merasa tertekan. Memang gilang sudah lama memperhatikan aku tapi aku sendiri tidak tahu akan hal itu, sebenarnya aku tidak tertarik dengan gilang sedikit pun tidak. Gilang memang tampan dan kaya banyak cewek-cewek satu kampus mengejar dia, tapi tidak ada yang menarik dihati gilang, aku sendiri kurang paham tentang dia padahal semua yang ngantri cantik-cantik dan kaya.
Sore ini hujan deras untung saja aku ada ditempat kerja jadi tidak kehujanan, coba saja aku tidak lebih awal datang ke tempat kerja mungkin aku sudah kehujanan dan pakaianku basah semua.
Sambil menunggu hujan aku buat secangkir kopi hangat dan duduk santai di sofa, kesempatan karena bos gak ada, kapan lagi coba. Kuminum secangkir kopi hangat seteguk demi seteguk, sambil menikmati biscuit yang tersedia diatas meja.
“waduh.. tuan putri enak banget yah” teriak farhan.
“oh.. jelas dong, kapan lagi coba. Mumpung atasan gak ada”
“eh.. mau dong. Kayanya enak tuh kopinya”
“enak aja. Bikin aja sendiri”
“huh.. dasar pelit. Entar kalo aku bikin jangan minta yah”
“bodo”
Cungkring itulah julukan si farhan, dia teman baikku disaat aku lagi sedih dan bosan dia yang selalu ada temaninku. Rekan kerjaku selalu buat gosip yang tidak enak, kata mereka aku pacaran dengan farhan padahal itu tidak benar. Mira pernah bilang ke aku kalau farhan suka mencuri padang kearahku, dan terkadang suka tersenyum sendiri saat dia melihatku.
Arlojiku sudah menunjukan pukul jam sebelas malam dan hujan belum juga reda. Bagaimana bisa pulang nih kalau hujan terus, kataku dalam hati. Usai membereskan toko kaset, aku keluar menuju halte bis yang  tidak begitu jauh dari toko kasetku. Saat aku duduk di halte bis farhan datang menghampiriku dengan sepeda motornya.
“santi, ayo pulang bareng” ajak farhan.
“gak usah, makasih farhan. Aku bisa pulang naik metro mini, kamu pulang aja duluan”
“udah malem, lagi pula mana ada metro mini lewat sini malam-malam gini”
“pasti ada”
“udahlah naik aja. Aku anterin kamu sampai rumah, kasihan ibu pasti tunggu kamu dirumah”
Aku terdiam sesaat, ada benar juga kata farhan, ibu pasti menunggu aku. Tanpa pikir panjang lagi aku langsung naik sepeda motor farhan.
“nah.. gitu kan enak, ok!!!! kita kemana bu”
“udah ayo jalan, hujannya semakin besar” kataku tidak sabar.
“bereslah, tancap”
Semakin lama hujan semakin deras, dan aku kedinginan naik motor, meski farhan sudah memberikan jaket tetap saja aku masih kedinginan dan kehujanan. Tapi gak apalah demi ibu, aku harus pulang cepat pasti ibu sudah menunggu di rumah.
Sesampainya dirumah aku ajak farhan masuk untuk berteduh sementara, biar dia pulang tidak kehujanan. Lagi pula farhan kan sudah jarang banget main kerumahku lagi, karena dia sendiri juga sibuk dengan pekerjaannya dan kuliah.
“ibu, sinta pulang. Lihat bu siapa yang datang” sambil mencium tangan ibu.
“walah.. nak farhan, kemana aja. Ibu kangen dengan nak farhan. Nak farhan kapan mau mengobrol lagi sama ibu” sambil menepuk pundak farhan.
“maaf bu, farhan baru bisa main kerumah ibu lagi. Sekarang kan farhan sibuk bu, jadinya gak sempat buat kerumah” jawab farhan dengan sopan.
“yah udah kalau gitu ngobrol aja dulu, sinta mau ganti baju sekalian juga mau ambil handuk buat farhan” kataku dengan senyum.
Sementara farhan dan ibu mengobrol, aku membuka pakaianku yang basah karena hujan dan tidak lupa memberikan handuk kepada farhan untuk mengeringkan diri. Biarlah ibu kangen-kangenan dengan farhan, aku masih ingat betul ibu mau menjodohkan aku dengan farhan padahal aku tidak mencintainya, lagi pula aku dan farhan berteman jadi tidak mungkin aku mencintai dia. Bukannya aku tidak suka dengan farhan dan gilang, hanya saja aku tidak mempunyai perasaan terhadap lelaki, aku sendiri bingung kenapa aku seperti ini yang jelas aku harus menutupi diriku dari ibu dan mas hendro, bahkan sampai ayah meninggal saja aku masih menyimpan rahasia ini.
Aku menuju ruang tamu menghampiri farhan dan ibu, kulihat ibu sangat dekat dengan farhan. Mungkin saja ibu sangat kangen dengan farhan, padahal mas hendro kangen sama ibu tapi kenapa ibu kangen dengan farhan bukankah farhan suka mampir ke rumahku bila dia tidak ada kerjaan. Bagaimana dengan mas hendro yang sudah tiga tahun lebih tidak pulang ke Jakarta.
“lagi asik yah kalian berdua” kataku kepada farhan dan ibu.
“kamu habis dari mana, lama sekali kamu ganti bajunya” Tanya ibu.
“tadi mandi dulu, habis badan sinta lengket” jelasku.
Kulihat farhan tersenyum manis kepadaku, sambil mengusap wajahnya dengan handuk. Aku duduk disamping ibu dan kita bertiga mengobrol banyak sambil memakan cemilan yang ibu ambil dari dapur.
“kalian berdua sangat cocok, kalau ibu lihat” kata ibu sambil minum secangkir teh hangat.
“ahh.. ibu ini bisa aja, aku jadi gak enak” jawab farhan.
“tahu ibu ini, aku dan farhan hanya teman saja, lagi pula kita berdua tidak mungkin saling suka. Benarkan farhan” jawabku sambil melihat kearah farhan yang tiba-tiba menunduk.
“iya benar” jawab farhan dengan tegas sambil mengangkat kepalanya kembali.
Kulihat ibu menghela nafas seakan dia kecewa dengan keputusan aku tadi, begitu juga dengan farhan yang hanya bisa melamun sesaat. Seakan dia mengharapkan sesuatu dariku. Hujan sudah reda saatnya farhan pulang kerumah, tak terasa kita bertiga mengobrol sampai larut dan tak sadar kalau hujan sudah reda. Jarum jam sudah menunjukan pukul satu malam, farhan berpamitan kepadaku dan ibu.
“bu hujan sudah reda farhan pamit pulang”
“nginep saja disini gak usah pulang, sekarangkan sudah larut” ajak ibu.
“gak usah bu, makasih. Besok farhan harus ke kampus bu”
“ya sudahlah tidak apa, lain kali kamu nginep yah nak” kata ibu kepada farhan.
iya bu, sinta makasih yah” sambil melihat ke arah sinta.
“aku yang harus bilang makasih kepada kamu farhan” jawabku dengan senyum.
Malam ini aku tidak bisa tidur nyenyak aku teringat farhan dan si ibu, wajah mereka berdua membuat diriku merasa bersalah. Tuhan mengapa ini terjadi kalau saja si ibu dan mas hendro tahu siapa diriku, aku tak bisa membayangkan apa yang terjadi kalau anakanya seorang Lesbian.
Paginya aku langsung berangkat ke kampus karena sudah kesiangan jadi tidak sempat berpamitan kepada ibu. Entahlah berita dari mana datangnya bahwa aku dikabari jalan bareng dengan gilang. Memang gilang suka denganku itu saja putri yang memberitahu kepadaku, mulai dari tatapan yang paling dalam saja dan isyarat tubuhnya saja sudah terbaca olehku, terutama saat kita satu team dia begitu antusias kalau aku satu team dengan dia.
Dalam hati aku hanya berdoa kepada tuhan jangan sampai gilang dan farhan mengatakan cintanya kepadaku, karena aku bukan wanita yang pantas mereka cintai. Usai dari kampus aku langsung ke tempat kerjaku, jarak kampus dengan tempat kerja lumayan jauh jadinya aku suka telat, untungnya saja atasanku mengertiin kondisiku.
“sinta….” teriak gilang kepada sinta. Sinta menoleh ke arah suara tersebut.
“mau kemana, boleh aku antar” ajak gilang pada sinta.
“gak usah, aku mau ke tempat kerja”
“memang tempat kerjanya dimana?”
“serpong…”
“oh.. kalau gitu aku antar yah”
“gak usah maksih, lagipula tempatnya tidak begitu jauh kok”
“ayolah, sekali ini aja”
“baiklah, sekali ini saja yah”
“besok-besok juga gak apa kok”
“apa… aku gak denger”
“gak jadi kok, yah udah yuk”
Aku dan gilang menuju parkir mobil, dan kita berdua naik ke mobil. Gilang memang orangnya baik, dia tampan dan kaya. Farhan kalah jauh dengan gilang, kalau aku pikir-pikir farhan itu manis mungkin karena keturunan dari ibunya. Kenapa juga aku membahas mereka berdua, lagi pula aku tidak suka dengan mereka berdua, mereka hanya sebatas teman saja dan tidak lebih.
Sampainya di tempat kerja, kulihat farhan melihat ke arah kita berdua dengan wajah yang tidak senang.
“terima kasih yah gilang” kataku pada gilang.
“iya sama-sama. Jadi kamu kerja di toko kaset ini yah” Tanya gilang pada sinta.
“iya..” jawabku.
Aku langsung menuju ke tempat kerja, tanpa kusadari gilang juga ikut masuk ke toko kaset.
“loh, kok. Bukannya pulang” tanyaku.
“hmm… aku mau beli kaset dulu sekalian juga aku mau lihat kamu bekerja” jawabnya sambil tersenyum. Aku hanya bisa mengkerutkan keningku kepada gilang, gilang ini kenapa memangnya dia tidak pernah lihat orang kerja.
Di toko kaset farhan hanya cemberut saja kepadaku, sejak tadi aku sapa dia dan dia malah menjawabnya dengan ketus. Aku jadi berfikir memangnya apa salahku kepada dia, bukankah kemarin malam kita baik-baik saja tapi kenapa tiba dia jadi kesal kalau melihatku.
Aku melayanin beberapa pelanggan yang sedang beli kaset, tanpa kusadari farhan melihat ke arah gilang yang sedang melihat kaset dengan raut wajah yang tidak senang. Aku jadi semakin tidak mengerti kenapa farhan tidak suka dengan gilang, mereka itu tidak saling kenal tapi kenapa farhan tidak suka. Lebih baik aku kenalkan saja farhan dengan gilang, biar farhan tidak ketus melihat wajah gilang.
“farhan sini, aku mau kenalkan kamu kepada temen aku” ajakku kepada farhan.
“aku lagi sibuk, gak sempet” jawabnya dengan ketus.
“sini sebentar aja, ayo cepet” kataku sambil menarik tangan farhan.
“sinta… apa-apaan sih, sinta….”
“hai gilang…” kataku kepada gilang.
“hai sinta, ada apa.. kamu suka nonton film ini gak?” sambil menunjukan kaset.
“iya aku suka, gilang ini temen aku namanya farhan”
“hai aku gilang…” sambil mengulurkan tangan.
“farhan.. jangan kaya gitu” kataku kepada farhan.
“aku farhan, temennya sinta” jawabnya sambil bersalaman.
Kita bertiga mengobrol sebentar, farhan dan gilang saling berkenalan dan bercakap-cakap, sementara itu aku melayanin beberapa pelanggan yang mau bayar. Tak lama kemudian gilang menghampiriku sambil membawa beberapa kaset yang dia ambil.
“sinta.. ini kasetnya. Kamu sudah kenal farhan dari kapan? Tanya gilang.
“dari SMA, kamu suka dengan film yah?. Banyak sekali kamu belinya”
“owh.. jelas dong. Farhan orangnya baik yah. Beruntung sekali farhan sudah mengenal kamu dari sekolah” jawabnya sambil tersenyum.
“tidak juga, kadang-kadang ngeselin suka buat aku bête. Nih kasetnya semuanya jadi duaratus limapuluh ribu”
“yah tapi kan kamu sudah mengenalnya dari sekolah. Nih uangnya”
“ok!!! Kembalinya lima puluh ribu”
“ambil aja kembaliannya”
“makasih kalau begitu” sambil tersenyum manis.
Aku melihat farhan dan dia melihat kearahku juga dengan wajah yang tidak senang. Aku sendiri masih bingung ada apa dengan farhan, kenapa dia jadi kesal denganku. Aku sudah mengenalkan dia kepada gilang, supaya dia tidak kesal denganku lagi tapi kenapa jadi jutek banget lihat aku. Aku jadi serba salah, dikenalkan salah, tidak dikenalkan juga salah, maunya seperti apa sih?...
Hujan lagi, hujan lagi itulah yang selalu ada dalam pikiranku. Kenapa setiap aku pulang kerja selalu hujan heran aku jadinya, kalau saja tidak hujan aku pasti bisa pulang cepat  menemani ibu yang sendirian dirumah.
Seperti biasa aku selalu di halte bis sambil menunggu hujan reda, entah kenapa aku jadi memikirkan farhan dengan sikapnya yang tidak aku mengerti. Sambil menunggu hujan tiba-tiba saja datang seorang wanita, wanita itu berteduh di halte bis. Kulihat dia merapikan rambutnya yang panjang terurai karena terkena air hujan, kemeja putih yang dia pakai basah sehingga aku dapat melihat dalam tubuh dia.
Wanita itu duduk disampingku sambil menaruh buku, yang dari tadi dia pegang terus. Wanita itu tersenyum kepadaku sambil melambaikan tangannya, dan aku membalas seyumannya. Mataku terus saja melihat tubuh dia yang semampai, kemeja putih yang dia pakai dapat terlihat jelas tubuh dalam dia.
“hujannya deras sekali yah, malam ini?” Tanya wanita itu kepadaku.
“iya, sangat deras. Sampai aku tidak bisa pulang” jawabku sambil melihat wajahnya yang sangat cantik.
“begitu juga denganku, memangnya kamu habis dari mana?” tanyanya sekali lagi, sambil mengusap keningnya yang terkena air hujan.
“habis pulang kerja”
“memang kamu kerja di mana?”
Aku mengkerutkan keningku dan dalam pikiranku, kenapa wanita ini ingin tahu. Ah.. mungkin saja wanita itu hanya ingin berbasa-basi denganku dari pada membisu.
“kamu lihat toko kaset itu” jawabku sambil menunjukan toko kaset tempat kerjaku.
“iya” jawabnya.
“itu tempat kerja aku, sehabis pulang kuliah aku langsung kerja”
“owh.. kamu kuliah juga?” tanyanya sekali lagi.
“iya, kamu sendiri kerja atau kuliah?” tanyaku.
“aku kuliah, di trisakti”
“trisakti, aku juga kuliah disana”
Wanita itu duduknya mendekatiku, bahkan sangat dekat. Sepertinya kita jadi akrab, meski aku belum sempat  mengenal namanya.
“dari tadi kita terus saja mengobrol tanpa tahu nama kita” kataku.
“iya yah, aku cyndy” sambil mengulurkan tangan kepadaku.
“aku sinta” sambil menjabat tangan cyndy.
Kita berdua mengobrol sambil menunggu hujan reda, tidak aku sangka ternyata cyndy satu kampus denganku dan kita juga satu jurusan yaitu sama-sama hukum, hanya saja kita beda kelas.
“cyndy kenapa kamu bisa tiba-tiba ada disini, bukankah ini tempatnya lumayan jauh?” tanyaku pada cyndy.
“aku lagi jalan sama teman, tapi aku kesal dengan mereka”
“kesal?, kesal kenapa. Trus sekarang teman kamu kemana?”
“aku tinggal aja, habisnya mereka suka kecentilan sih, kalau ada cowok keren lewat” jawabnya dengan manja.
Bukankah itu suatu yang wajar, yang dilakukan oleh seorang perempuan kalau ada cowok keren yang dilihatnya tapi kenapa cyndy kesal dengan kelakuan temannya. Sudahlah aku tidak mau banyak tanya soal ini.
“sekarang kamu lagi tunggu apa, bukankah dari tadi taksi ada yang lewat dan kenapa tidak naik?” tanyaku lagi.
“tunggu hujan reda dan tunggu supir aku, habis mobil aku mogok jadi aku tinggal saja di kampus. Kamu sendiri tunggu apa?”
“tunggu hujan reda dan tunggu metro mini. Memangnya mobil kamu aman tinggal disana?”
“aman dong…. Aku kan sudah titip sama satpam di kampus. Mungkin sekarang sudah ada di bengkel” jawabnya.
Tak lama kemudian mobil sedan mewah berwarna hitam berhenti di depan halte bis, seketika itu cyndy berdiri dan mengambil bukunya dan memegang tanganku.
“ayo sinta ikut, biar aku anterin kamu sampai rumah kamu” ajak cyndy pada sinta.
“gak usah, aku bisa pulang sendiri” jawabku.
“gak pokoknya kamu harus ikut, kamu kan sudah temanin aku mengobrol tadi. Jadi sekarang kamu harus ikut denganku, kita pulang sama-sama” kata cyndy, sambil memaksa sinta.
“baiklah” jawabku sambil menghela nafas.
Kulihat raut wajah cyndy teramat senang dan dia tersenyum manis padaku. Sebenarnya aku merasa tidak enak dengannya, padahal kita baru saja kenal tiba-tiba saja dia mengajakku naik mobil mewahnya.
Didalam mobil aku dan cyndy mengobrol banyak dan kita berdua saling terbuka, dan saling mengenal satu sama lain. Akhirnya aku sampai juga dirumah, meski hujan belum reda.
“ini rumahku, kamu mau mampir dulu” kata sinta.
“baiklah, pak diman tunggu cyndy dulu yah. Cyndy mau mampir ke rumah sinta”
“baik non..” jawab pak diman.
Aku dan cyndy masuk kerumah, kulihat ibu tidak ada di bangku reot-nya. Aku mempersilakan cyndy duduk diruang tamu, sementara itu aku mau mencari ibu di kamarnya. Ternyata ibu sudah tidur, dan kulihat arlojiku pukul sebelas malam. Tidak biasanya ibu tidur duluan, bukankah dia suka menunggu aku sambil duduk dibangku reot kesayangan almarhum ayah, mungkin saja dia lelah.
Aku mengahampri cyndy yang duduk di ruang tamu sambil membawa secangkir teh hangat untuk cyndy, kulihat dia membaca majalah yang ada diruang tamu.
“maaf menunggu lama, tadi aku mencari ibu dulu. Silakan diminum cyndy teh hangatnya” kataku sambil memberikan secangkir teh hangat untuk cyndy.
“terima kasih sinta, aku minum yah. Memangnya kamu tinggal sama ibu?” tanya cyndy.
“iya, disini hanya ada aku dan ibu. Kalau ayah sudah lama meninggal karena sakit jantung dan mas hendro kuliah dibandung, aku sendiri juga tidak tahu kapan mas hendro pulang” jelasku kepada cyndy.
“owh…, rumah kamu nyaman yah. Tadi aku lihat ditaman banyak bangat bunga”
“iya, ibu suka bunga. Tapi aku suka pohon karena kalau gak ada akar dari pohon gak ada bunga, hee” jawabku sambil tertawa kecil. Kulihat cyndy juga ikut tertawa, tawa cyndy membuatku tak mampu berkata, dia seperti menghipnotisku dengan senyuman dia dan paras yang molek.
“kalau kamu cyndy, kamu dirumah dengan siapa?” tanyaku pada cyndy.
“dirumah cuma hanya ada aku saja” jawabnya dengan enteng.
“lalu ayah dan ibu kamu?”
“mereka diluar negeri. Papi di boston dan mama di jerman. Mereka sibuk”
“kalau kakak kamu?”
“aku tidak punya kakak dan adik, aku anak satu-satunya”
“owh.., begitu”
“pasti menyenagkan yah, kalau punya keluarga seperti kamu?” tanya cyndy pada sinta.
Aku hanya tersenyum tanpa menjawabnya, dan dia pun ikut tersenyum. Aku mengobrol dengan cyndy sampai tak terasa hujan sudah reda dan malam semakin larut. Cyndy berpamit pulang kepadaku, aku mengantarkan cyndy sampai halaman depan rumah dan dia masuk kedalam mobil sedan hitam sambil membuka kaca dan melambaikan tanganya.
“sampai jumpa lagi sinta, terimakasih yah telah temanin aku”
“seharusnya aku yang bilang terima kasih kepada kamu, yah sampai jumpa lagi”
“daahhh…., sinta” teriaknya dengan manja.
“daaahhhh, juga” jawabku sambil melambaikan tangan.
Matahari sudah besinar dan menerangi kamarku, seperti biasa ibu pagi-pagi menyanyi lagu jawa sambil menyiram bunga kesayanganya. Aku melihat ibu didepan jendela kamar sambil tersenyum sendiri melihat ibu yang sedang bernyanyi. Aku membereskan beberapa buku yang mau aku bawa ke kampus, tak lama kemudian datang ibu ke kamarku.
“sinta ada teman kamu” kata ibu pada sinta.
“siapa bu?” jawabku.
“namanya cyndy, dia bilang dia mau berangkat ke kampus bareng sama kamu” jelas ibu pada sinta.
Kulihat kearah jendela kamar, Honda jazz berwarna merah parkir di halaman depan rumahku.
“cepat sinta, cyndy menunggu kamu diruang tamu”
Aku langsung masukin buku kedalam tasku, dan bergegas menuju ruang tamu. Kulihat cyndy sudah ada diruang tamu sambil tersenyum kepadaku, dan aku membalasnya.
“kamu kenapa?, seperti orang kebingungan saja” tanya cyndy.
“aku, bingung. Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu mau datang kerumahku”
“ah.. itu namanya bukan kejutan dong. Kamu sudah rapi?”
“sudah”
“kalau begitu kita berangkat yuk..” ajak cyndy pada sinta.
“tunggu sebentar yah, aku pamit dulu sama ibu. Kamu sudah kenal sama ibuku?”
“sudah didepan tapi belum kenal nama, kalau begitu aku juga mau pamit sama ibu dan kenalan sama ibu” jawab cyndy dengan manja.
“ibu.. ibu..”
“ada apa sinta?”
“ini bu cyndy teman sinta”
“cyndy bu” sambil mencium tangan ibu.
“cantik sekali kamu cyndy, mirip artis kamu” jawab ibu polos. Aku dan cyndy tertawa melihat ibu yang begitu antusias terhadap cyndy.
“sinta juga cantik, sama seperti ibu” kata cyndy, sambil melihat ke arah sinta yang tiba-tiba saja wajahnya kemerahan.
“ya udah bu, sinta dan cyndy pamit mau berangkat ke kampus, sudah siang nih”
“iya, hati-hati kalian berdua berangkatnya yah”
Aku dan cyndy menuju mobil, kita berdua berangkat ke kampus. Sesampainya di kampus, gilang melihat ke arahku yang baru saja keluar dari mobil cyndy. Aku dan cyndy berjalan bersama, tiba-tiba saja langkahku terhenti oleh teriakan gilang yang memanggilku.
“sinta…sinta…” teriak gilang.
“siapa dia sin?” tanya cyndy.
“itu gilang teman aku”
“pagi sinta, boleh aku jalan bareng sama kamu. Biar kita ke kelasnya bareng” pinta gilang pada sinta.
“hmm… baiklah. Oh yah, kenalkan ini cyndy”
“gilang” jawab gilang sambil berjabat tangan pada cyndy.
“cyndy” jawab cyndy sambil berjabat tangan dengan gilang.
Kita bertiga jalan bareng dan kulihat raut wajah cyndy tidak begitu senang dengan kehadiran gilang. Aku jadi semakin bingung, gilang inikan tampan dan kaya setiap cewek yang dekat dengan dia pasti akan tebar pesona tapi kenapa cyndy tidak begitu tertarik dengan gilang.
“nanti pulangnya aku boleh bareng sama kamu sinta?” ajak gilang.
Aku melihat kearah cyndy yang sejak tadi terus buang muka, dan cyndy juga tidak mau melihat kearah aku dan gilang.
“gak deh makasih, aku pulangnya bareng sama cyndy kok” jawabku dengan semangat.
Tiba-tiba saja cyndy melihat ke arahku sambil tersenyum kepadaku, kulihat raut wajanhya begitu senang tidak seperti tadi saat aku memperkenalkan cyndy pada gilang.
“baiklah, kalau begitu” jawab gilang dengan nada kecewa.
Aku memegang tangan cyndy dengan erat dan kita berdua jalan bersama, meninggalkan gilang sendirian. Cyndy merasa senang saat aku memegang tangannya, semakin lama dia semakin mendekatiku dengan mesra. Entah kenapa jantungku berdegup dengan kencang saat cyndy memegang punggungku belakangku.
Siangnya aku harus bergegas ke tempat kerja, kulihat cyndy lagi duduk di taman sendirian, langsung saja aku menghampirinya.
“lagi apa cyn?” tanyaku.
“kamu sudah keluar dari kelas yah, aku menunggu kamu dari tadi” jawab cyndy.
“menunggu aku”
“iya, menunggu kamu. Bukankah kita akan pulang bareng hari ini, kamu masih ingat kan sinta”.  Astaga aku lupa, tadi pagi aku bilang kalau aku akan bareng dengan cyndy.
“ya udah kalau begitu yuk kita pulang” ajakku tanpa harus membahas pertanyaan yang tadi, yang sebenarnya aku lupa.
Aku dan cyndy pulang bersama, sebenarnya hari ini aku harus kerja. Karena cyndy ingin makan siang dulu, mau tidak mau aku harus ikut dengannya. Tadi aku sudah bilang sama cyndy kalau hari ini aku harus kerja, tapi dia bilang makan dulu aja baru kita ke tempat kerja katanya.
Sampai juga aku ke tempat kerja, meski telat datang bagaimana pun juga aku harus masuk kalau tidak gajiku akan dipotong. Cyndy mengantarkan aku ke tempat kerja sampai-sampai dia juga ikut masuk ke toko kaset. Farhan melambaikan tangannya ke arahku dan dia menghampiriku.
“kamu habis dari mana sin?” tanya farhan dengan resah.
“aku tadi habis makan siang dulu”
“bos tadi tanyain kamu tidak biasanya kamu telat sampai satu jam setengah”
“serius kamu farhan” jawabku dengan kaget.
“iya, serius”
“farhan.. kebiasaan kamu, gak ada bos bukannya kerja malah ngobrol sama sinta” teriak mira.
“ternyata kamu… aarggghhhh” jeritku.
“sorry, bis kamu lama banget datangnya”
“aku sebel banget sama kamu suka usil” kataku sambil memukul pundak farhan. Kulihat cyndy melihat ke arah aku dan farhan dengan raut wajah yang tidak senang, cyndy menghampiri aku dan farhan yang dari tadi bercanda terus.
“farhan kenalkan ini cyndy, teman satu kampus aku”
“sejak kapan kamu punya teman cantik seperti ini, aku farhan”
“aku cyndy, salam kenal yah farhan”
“yah udah kalau begitu aku tinggal dulu yah, aku takut mira marah-marah” kata farhan meninggalkan kita berdua.
“farhan itu teman kamu yah?” tanya cyndy pada sinta.
“iya dia teman aku, dari SMA” jawabku sambil mengeluarkan kaos kerja di dalam tasku.
“ohh… tapi aku lihat kalian berdua sangat akrab” tanyanya lagi.
“dia itu sudah aku anggap sebagai sahabat aku dan saudara aku, lagipula aku tidak mungkin menyukai dia. Tunggu sebentar yah aku mau ganti kaos dulu”
“baiklah aku tunggu”
Usai mengganti kaos aku menghampiri cyndy, yang sejak tadi melihat-lihat kaset. Aku memperhatikan tubuh cyndy yang semampai meski masih tinggian aku sedikit tapi bagiku dia sangat sempurna, jika kau tahu cyndy isi hatiku aku jatuh cinta pada pandangan pertama, saat hujan membasahi bumi dan di halte bis itu kita dipertemukan.
“maaf lama yah” jawabku sambil menepuk pudak cyndy dengan pelan.
“tidak juga, eh.. kamu sudah nonton film ini belum”
“sudah, semua yang ada di toko kaset ini, sudah aku lihat. Baik lagu maupun film”
“hee, hebat kamu. Aku jadi pengen kerja bareng sama kamu”
“ngapain kerja, bukankah hidup kamu lebih enak. Kamu mau jadi pelanggan aku gak, dari tadi mira memperhatikan kita berdua terus”
“aku mau” jawabnya dengan cepat.
“sebenarnya aku males dengan pelanggan yang lain, suka usil”
“hee,…”
“kamu kok ketawa?”
“kamu itu cantik sinta, mangkanya banyak yang suka sama kamu termasuk aku”
Aku mengerutkan keningku dan dalam pikiranku benarkah dia suka denganku. Padahal dari segi penampilan cyndy, dia lebih feminim dari pada aku yang suka mengenangkan jeans. Sekarang saja dia sangat feminim tidak dengan penampilanku sekarang.
“apa kamu sudah punya pacar sinta?” tanya cyndy.
“belum punya, kamu sendiri”
“aku juga belum punya, jadi kita berdua sama-sama jomblo dong” jawabnya sambil menatap ke arahku.
“tidak mungkin, secantik kamu tidak mempunyai pacar cyndy” kataku dengan penasaran.
“serius aku memang tidak mempunyai pacar, kamu juga secantik diri kamu tidak mempunayai pacar sinta” tanyanya kembali.
“hee, kenapa kamu jadi balik tanya”
“habis, kamu seakan tidak yakin denganku, lalu siapa gilang dan farhan itu?” tanyanya kembali.
“mereka berdua teman aku, tidak ada apa-apa diantara aku, gilang dan farhan”
“tapi kulihat mereka berdua menaruh perasaan kepada kamu”
“kamu ini kenapa sih cyn, sedikitpun aku tidak menyukai mereka berdua. Sudahlah jangan tanya tentang mereka berdua, aku sibuk aku harus kembali bekerja” jawabku sambil meninggalkan cyndy. Sebenarnya aku takut cyndy ngomong macam-macam lagi, mangkanya aku tinggal saja dia.
“aku hanya ingin tahu sinta” teriak cyndy. Gara-gara teriakan cyndy beberapa orang yang ada di dalam toko kaset melihat ke arah kita berdua termasuk farhan dan mira.
Tak lama cyndy menghampiriku di tempat kasir sambil membawa beberapa kaset yang mau dia beli. Cyndy melihat ke arahku tapi aku berusaha tidak memperdulikan dia, habis dia membuat aku kesal dengan bertanya tentang farhan dan gilang, seandaianya dia tahu isi hatiku bahwa aku tidak menyukai seorang lelaki.
“semuanya jadi tiga ratus ribu” kataku dengan ketus.
“sinta, aku minta maaf. Soal perkataan yang tadi”
Aku lihat wajah cyndy, tak tega rasanya aku marah dengannya. Kulihat matanya berair, seakan dia ingin menangis namun ditahan. Aku tersenyum kearah cyndy, sambil memegang tangan cyndy yang dingin.
“kalau kamu mau menangis, menangis saja. Aku akan jadi tempat sadaran kamu, aku sudah memaafkan kamu. Sudah yah jangan menangis” jelasku sambil tersenyum.
Tak terasa air mata cyndy membasahi pipinya, aku mengusap air matanya. Kuberikan bunga bogenvile yang ada di kasir, aku sengaja menaruh bunga bogenvile kareana itu pemberian dari ibu.
“terima kasih sinta”
“besok kan libur kamu mau jalan denganku tidak” ajakku pada cyndy.
“mau….” jawabnya sambil mengusap air mata.
Cyndy tersenyum padaku dan dia tidak menangis lagi. Cyndy pamit kepadaku dan membawa kaset yang dia beli. Aku merasa bersalah jadinya membuat cyndy menangis, aku juga yang salah kenapa aku marah tadi sama cyndy.
Malam hujan lagi mau tidak mau aku menunggu hujan reda, sudah beberapa hari ini hujan terus membasahi permukaan bumi. Aku jadi ingat perkenalan pertama kali dengan cyndy, duduk di halte bis sambil menunggu hujan reda. Kita berdua saling kenal dan tertawa pertama kalinya disini. Lagi asiknya melamun aku dikagetkan suara klakson mobil yang berhenti didepan halte, kulihat mobil itu seperti mobil cyndy. Honda jazz berwarna merah, kaca mobil terbuka dan seorang wanita tersenyum kepadaku, ternyata memang benar itu cyndy tapi sedang apa dia malam-malam kemari.
“sinta, ayo masuk ke mobil. Hujannya semakin deras” ajak cyndy pada sinta.
“kamu cyndy, yah. Sedang apa kamu disini?” tanyaku dengan berteriak.
“lebih baik masuk aja ke mobil dulu, nanti aku kasih tahu”
Aku masuk mobil cyndy, kulihat wajah cyndy sangat senang dan kita melaju meninggalkan halte bis.
“kamu sedang apa cyn?” tanyaku lagi.
“jemput kamu” jawabnya dengan lembut.
“jemput aku?, ini sudah malam dan apa kamu tidak capek”
“tidak.., sinta aku lagi pula gak ada kerjaan. Dirumah aku hanya tidur, makan kampus dan pergi ke gereja, yah itu juga setiap sabtu dan minggu
“tapi gak usah repot-repot seperti ini, aku bisa pulang sendiri cyndy”
“sampai hujannya berhenti, bagaimana kalau hujannya tidak berhenti sampai pagi. Sudahlah lagi pula, aku memang niatnya mau jemput kamu”
Entahlah saat itu aku tersenyum dan tidak tahu mau ngomong apa lagi. Saat ini aku merasa senang dekat dengan cyndy, andai dia tahu perasaan aku dan mengerti perasaan aku. Aku rasa dia tidak seperti aku yang menyukai sesama jenis, tapi bagaimana kalau dia seorang Lesbian, ahh…. Aku tidak tahu juga.
“kenapa kamu senyum sendiri, cyndy” tanyaku penuh keheranan.
“tidak, hanya saja aku merasa senang bila dekat sama kamu” jawabnya sambil menyetir mobil.
“hee, benarkah demikian” jawabku penuh penasaran.
“yah, aku serius. Oh yah... besokkan kita mau jalan yah” tanya cyndy.
“iya kita mau jalan, tapi enaknya kemana yah?”
“nanti aja kita pikirkan, tapi yang jelas jadikan kita berdua jalan” jawab cyndy dengan pasti.
“iya harus jadi dong” kataku.
 “kalau begitu kamu menginap dirumah aku yah sin”
“tapi ibu sendirian dirumah, dan lagipula aku tidak membawa baju”
“masalah baju gampang, nanti biar cyndy yang telepone ibu. Gimana, ayolah sekali ini aja sin”
“baiklah, tapi kamu yang ngomong sama ibu yah”
“ok!!! Makasih yah sinta”
Sampai juga aku dirumah cyndy, rumah yang sangat besar untuk ditempati seorang saja. Aku tertegun melihat rumah cyndy yang begitu besar bahkan halaman yang luas dan tanaman yang begitu indah. Kulihat cyndy sedang menelepone, dan aku disuruh masuk duluan, aku sendiri tidak tahu dia menelpone siapa.
Lukisan pantai yang ditaruh di ruang tamu membuat suasana yang tenang, rumahnya tertata dengan rapi dan apik. Aku duduk disofa sementara itu cyndy masih diluar sedang menelepone, tidak lama dia masuk kerumah sambil melihatku yang sedang duduk disofa.
“maaf yah membuat kamu menunggu, tadi aku menelepone ibu kamu”
“ibu aku, dia bilang apa cyn” kataku dengan penasaran.
“dia bilang, iya gak apa-apa, asal jangan susahin orang lain. Gitu ibu kamu bilangnya” jelas cyndy.
“kenapa kamu tidak bilang kalau kamu mau telepone ibu aku”
“tadi aku dah bilangkan biar aku yang melepone ibu kamu, kamu lupa yah”
“gak aku gak lupa, tapi paling tidak aku juga bisa menjelaskannya”
“iya deh maaf”
“ya udah gak apa-apa, cyndy aku mau mandi badan aku lengket”
“mandi di kamar aku yuk, kamu kan bisa mandi air hangat” ajak cyndy.
Aku menuju kamar cyndy, mataku sambil melihat kearah seisi rumah. Rumah yang sangat mewah meski hanya ditempati seorang diri, ada foto yang begitu besar dipampang di ruang TV, sepertinya itu foto keluarga karena aku melihat cyndy yang ada di tengah.
Sesampainya dikamar cyndy, warna pink berjejer dimana-mana mulai dari cat tembok, lemari, seprei, bahkan handuk yang berwarna pink. Ada lagi yang membuat aku menarik dikamar cyndy, banyak sekali boneka panda kalau di bandingkan dengan kamar aku jauh banget, paling-paling hanya buku dan gitar akustik saja dikamarku. Cyndy cewek yang femini banget, terlihat dari kamarnya bahkan cara dia berpakaian sangat jauh denganku.
Mandi juga akhirnya, sumpah badan aku benar-benar lengket. Kamar mandi yang luas ternyata, mandinya pakai Jacuzzi jujur saja aku baru pertama kali mandi seperti ini, kenapa gak ada yang normal saja sih kamar mandinya semuanya buat aku bingung. Ada sabun pemutih, shower, sampho dengan merk ternama, udah kaya dihotel saja nih.
Usai mandi aku memakai baju cyndy yang sudah dia siapkan, kaos warna pink yang dia kasih serta celana pendek diatas paha, seksi juga ternyata aku, pikirku sambil menghibur diri.
“kamu sudah selesai mandinya”
“kamu buat aku kaget cyndy, iya aku sudah selesai” jawabku dengan terkejut.
“kalau begitu makan yuk, bibi sudah menyiapkan makanan untuk kita berdua”
Aku turun kebawah bersama cyndy, dimeja makan sudah tersedia makanan yang lezat sekali. Banyak sekali makanan yang dibuat padahal kita cuma berdua makannya.
“banyak banget makananya” tanyaku pada cyndy.
“iya biar kamu gemuk, badan kamu tuh kurus sekali sin. Mangkanya aku dan bibi buatin sepesial buat kamu” jawabnya dengan manja.
“makasih yah, ngomong-ngomong badan kamu juga kurus tuh” kataku sambil duduk bangku makan.
“aku kurus tapi seksi dong, hee” katanya dengan manja.
Usai makan aku dan cyndy masuk kekamar kita mengobrol sambil berbaring diatas kasur dan memandang langit-langit kamar. Kita saling memandang satu sama lain lalu tertawa bersama. Tanpa kusadari cyndy memegang wajahku dan tersenyum manis kepadaku, kulihat paras yang begitu cantik dihadapanku seperti rembulan dalam malam atau seperti matahari dalam pagi.
Aku membalasnya dengan seyumanku, tiba-tiba saja cyndy mencium bibirku, jantungku berdegup kencang tak kendali dan nafasku memburu dengan cepat, aliran darahku mengalir begitu cepat. Sedikitpun aku tidak berontak, tapi malah mengikuti naluriku sesama jenis. Aku membalas ciuman cyndy dengan lembut, masih kudengar hujan sangat deras diluar serta petir yang mengglegar keras.
Kudengar desahan nafas cyndy memburu seketika, tak terasa tangan dia menyentuh payudaraku dan aku membalasnya dengan menyentuh payudara cyndy. Kubantingkan tubuh cyndy dan aku berada tepat diatas tubuhnya, kuciumi lehernya berkali-kali. Bibirnya yang merah merona tak luput aku cium berkali-kali, kubuka baju cyndy dan kumulai memainkan payudarahnya serta mengisap putingnya. Cyndy mendesah dan merasakan sensasi kenikmatan yang luar biasa, kucium tubuhnya yang semampai serta perutnya yang slim. Cyndy membuka bajuku sehingga aku setengah telanjang, tangan dia memainkan putingku, kita berciuman lagi berkali-kali.
Aku membuka celana pendek cyndy serta celana dalam yang dia pakai, kulihat cairan kewanitaannya keluar. Saat itu juga aku bermain didaerah vagina milik cyndy, cyndy mendesah seperti kerasukan. Tiba-tiba saja cyndy membanting tubuhku dan cyndy tepat berada diatasku. Sekarang dia yang membuka celana pendekku, kurasakan cairan kewanitaanku sudah basah di celana dalam, giliran cyndy yang bermain didaerah vagina milikku. Kita berdua terus bermain untuk menghangatkan tubuh kita, dengan menyentuh tubuh aku dan cyndy. Sampai akhirnya tenaga kita terkuras dan tertidur terlelap.
Tak terasa pagi tiba, aku merasakan badanku sangat pegal, kulihat cyndy masih tertidur pulas tanpa mengenangkan pakaian sedikitpun yang melekat ditubuhnya. Begitu pula dengan aku yang masih telanjang bulat tanpa mengenangkan pakaian, aku tersenyum sendiri sambil membayangkan tadi malam. Aku berjalan membuka tirai jendela dengan tubuhku yang masih telanjang bulat, kulihat matahari bersinar cerah.
Aku menghampiri cyndy yang masih tertidur pulas, kucium keningnya dengan lembut sambil tersenyum pada cyndy. Cyndy terbangun dan melihat kearahku sambil senyum manis.
“selamat pagi cyndy” sapaku.
“pagi juga sinta” balas cyndy.
“bagaimana tidurmu nyenyak” tanyaku sambil melihat cyndy yang ingin membangunkan badannya, lalu memelukku dengan tubuh kita yang masih telanjang.
“nyenyak, makasih yah sayang” jawabnya dengan manja, sambil mencium bibirku.
Kita berpelukan tak terasa air mataku jatuh kepipi dan mengenai badan cyndy, tanpa kusadari cyndy pun menangis dan membisikan sesuatu ketelingaku.
“sinta, jangan tinggalkan cyndy sendiri. Cyndy sangat mencintai sinta, pada pandangan pertama di halte bis itu dan saat hujan turun” bisiknya dengan suara yang manja.
“begitupun dengan sinta, sangat mencintai cyndy. Sinta tidak akan meninggalkan cyndy sendiri. Kalau saja hari itu tidak hujan kita mungkin tidak akan bertemu di halte bis itu, ah.. tidak bisa aku bayangkan” jelasku pada cyndy.
Kita berdua pergi keluar menikmati hari libur, kebetulan sekali hari ini ada karnaval jadinya kita pergi kesana. Disana aku senang-senang bersama cyndy, sambil makan cemilan dan menikmati es krim kesukaan kita. Cyndy sangat senang sekali dan menikmati liburan ini, tidak lupa kita berfoto bersama.
Arlojiku sudah menunjukan pukul dua siang, karena cuacanya panas sekali dan sepertinya mau hujan kalau cuacanya tiba-tiba panas. Aku dan cyndy duduk dibawah pohon rindang, kita sambil mengoborl, tertawa, dan bernyayi.
“sinta, aku boleh tanya sesuatu” tanya cyndy padaku, yang sejak tadi sandaran dibahu kiriku.
“boleh, memang cyndy mau tanya apa?” jawabku.
“sinta jangan marah yah, kalau cyndy tanya….” Katanya dengan manja, dan sambil menatap mataku.
“iya aku tidak akan marah, memangnya mau tanya apa?’ kataku dengan tidak sabar.
“kenapa kamu lesbi” tanya cyndy yang membuat sinta terdiam.
“tuh kan sinta pasti marah, cyndy hanya ingin tahu” kata cyndy dengan rasa bersalah.
“baiklah kalau kamu mau tahu. Waktu aku masih kecil, ibu suka memanjakan aku tapi ayah tidak. Ayah hanya seorang pemabuk, penjudi dan manta napi” jelasku sambil melihat anak kecil yang sedang bermain. Cyndy terdiam sambil menatap sinta dan tak mampu bicara selain mendengarkan sinta.
“ayah suka memukul ibu dan aku, saat itu usia aku baru berumur tiga tahun dan mas hendro saat itu berusia sepuluh tahu. Mas hendro selalu pergi disaat ibu dan ayah bertengkar hebat, dan aku berusaha menghentikan semunya meski aku sadar aku hanya seorang anak berusia tiga tahun”
“lalu apa yang terjadi” tanya cyndy. Aku menatap cyndy sambil terseyum, dan mencium tangan cyndy.
“saat aku masuk SMP, semua lebih parah. Ayah lebih jahat, dan mas hendro tega meninggalkan aku dan ibu. Sebenarnya mas hendro pergi mencari uang, demi aku dan ibu hanya untuk makan dan biaya sekolahku dan sekolah mas hendro. Sampai akhirnya mas hendro berani memukul ayah sampai ayah jatuh pingsan, tapi apa ibu malah menangis melihat ayah pingsan dan menyalahkan mas hendro” kulihat raut wajah cyndy teramat sedih, dan air matanya jatuh berlinang. Aku menghapus air matanya dan menyuruh cyndy untuk memejamkan matanya biar aku bisa mencium mata cyndy.
“kenapa jadi kamu yang sedih sih, harusnya aku” tanya sinta pada cyndy.
“habis cerita kamu buat aku menangis” jawab cyndy.
“sekarang kamu mengertikan kenapa aku seperti ini, karena ayah itu jawaban aku. Lalu perasaan itu datang dengan sendirinya” tegas sinta.
“sinta…” cyndy memeluk sinta dengan erat dan mencium bibir sinta tanpa perdulikan beberapa orang yang melihat tingkah mereka.
“lalu bagaimana dengan kamu cyn” sambil melepaskan pelukan cyndy.
“kalau aku dari kecil saat mama dan ayah tidak lagi memperdulikan aku, saat itu juga perasaan itu datang dengan sendirinya” jawab cyndy singkat.
Hari sudah sore aku dan cyndy bergegas pulang karena cuaca sudah mendung dan bentar lagi hujan akan turun. Hari yang sangat menyenangkan dan membahagiakan untukku terlebih untuk cyndy, kita terus bercerita sambil tertawa terbahak-bahak.
Cyndy mengantarkan aku pulang kerumah, kulihat ibu lagi duduk sendirian di teras depan rumah. Aku keluar dari mobil bersama cyndy menghampiri ibu lalu mencium tangan ibu, ibu terseyum melihat aku dan cyndy.
“sudah pulang sin, ada nak cyndy yah. Gimana jalan-jalannya”
“seru banget bu” jawab cyndy pada ibu.
“yah udah sinta mau masuk yah, ibu masak hari ini?” tanyaku.
“iya ibu masak, ajak cyndy makan yah”
Aku dan cyndy masuk kedalam rumah, lalu ku ajak cyndy masuk ke dalam kamarku. Cyndy langsung membanting tubuhnya diatas kasur, aku merasa tidak enak dengan cyndy kalau kamar aku tidak bagus seperti kamar cyndy, yang memakai AC bukan kipas angin atau beberapa boneka yang bagus bukannya gitar akustik dan beberapa buku.
“kamu mau makan dulu cyndy” tanyaku.
“makan dikamar yah, aku capek jalan. Aku mau tiduran dulu sebentar”
“baiklah, aku bawain makanan ke kamar”
Kutinggalkan cyndy dikamarku, memang aku lihat dia sangat lelah karena dari tadi dia menyetir mobil dan jalan-jalan, aku juga yang salah kenapa aku tidak bisa menyetir mobil kalau aku bisa mungkin aku akan bawa mobil. Aku pergi ke dapur mengambil makanan untuk cyndy dan aku.
“mau kamu bawa kemana makanan itu sinta” tanya ibu.
“mau dibawa ke kamar sinta bu, kita makan dikamar saja bu” jawab sinta.
“oh…. Ya sudah, makan yang kenyang yah”
“iya bu”
Saat aku masuk ke kamar cyndy tertidur, aku membangunkan cyndy supaya perutnya diisi dulu baru boleh tidur.
“cyndy bangun, aku sudah bawa makanan” bisikku ketelinga cyndy.
“owh.. maaf, aku ketiduran sebentar”
Kita berdua makan sambil tertawa dan mengobrol, cyndy sepertinya sangat menikmati makanan yang di masak oleh ibu. Sesekali cyndy melihat beberapa foto yang aku pajang dikamarku, sambil tersenyum sendiri.
“kamu kenapa tersenyum cyn?” tanyaku penuh heran.
“aku lihat foto-foto kamu, apa itu foto kamu waktu kecil dengan mas hendro” sambil menunjukan foto.
“iya itu aku dan mas hendro”
“kamu lucu yah, waktu kecil. Kamu suka main gitar yah” sambil makan sesuap nasi.
“iya, aku suka main gitar. Saat umur aku lima tahun aku sudah belajar main gitar. Gitar itu pemberian dari mas hendro”
Usai makan kita berbincang-bincang, cyndy tertawa terbahak-bahak mendengarkan cerita konyolku. Cyndy memintaku memainkan sebuah gitar dan bernyanyi, aku mengambil gitarku dan aku mulai menyanyikan lagu berjudul when I fall in love cyndy merasa terharu mendengarkan aku bernyanyi untuknya.
Ternyata diluar hujan deras sekali dan aku masih menyanyikan lagu untuk cyndy sampai dia menangis. Cyndy terpukau melihatku memainkan gitar untuknya dan sebuah lagu dari Mariah Carey feat Boyz II Man “one sweet day”. Semakin lama hujan semakin deras dan kulihat jam baru menunjukan pukul delapan malam tapi hujan begitu deras sekali, mungkin karena tadi siang begitu panas.
Aku menghentikan nyanyianku dan berhenti memainakan gitar, saat cyndy mencium bibirku berkali-kali. Nafsu sesx-ku meningkat dan gairah pun memuncak, aku membalas ciuman cyndy bertubi-tubi, sampai dia merasakan sensasi kenikmatan dariku.
Aku dan cyndy bersetubuh kita saling bersentuhan, sampai akhirnya kita melampiaskan hawa nafsu kita. Permainan dimulai dan desahan pun tak henti-hentinya, nafas saling memburu satu sama lain. Cyndy dan aku saling menyentuh tubuh serta bermain di daerah perawan. Sungguh rasa kenikmatan yang tak bisa kubayangkan dan sebuah sensasi yang luar biasa.
Paginya aku dan cyndy kesiangan berangkat ke kampus, kita berdua terburu-buru sampai kita berdua lupa untuk merapikan rambut. Cyndy mengendarai mobil dengan melaju kencang supaya tidak telat ke kampus. Sampai juga aku dan cyndy ke kampus, dengan rambut yang belum sempat disisir. Aku dan cyndy berpisah di salah satu tangga yang membedakan kelasku dan cyndy.
Sial dosen sudah ada lagi, malahan penampilan aku berantakan. Dengan pedenya aku masuk begitu saja, anak-anak melihat kearahku sambil tertawa.
“sinta lo habis berantem dimana?, rambut lo pada berantakan tuh, hahahah” ledek dimas padaku.
“diam aja lo, berisik tahu” jawabku dengan kesal.
Gilang melihat kearahku sambil tertawa kecil karena melihat penampilanku yang sungguh kacau, aku hanya bisa melihatnya dengan sinis. Mataku benar-benar ngantuk, dan badanku pada lemes karena permainan semalam. Sejak tadi aku tidak memperhatikan dosen yang lagi menerangkan, pikiranku melayang jauh membayangkan hidup bahagia dengan cyndy.
Selesai juga aku kuliah, waktunya aku ketaman bertemu cyndy. Saat lagi asik duduk dan menunggu cyndy, gilang menghampiriku dan dia langsung duduk disampingku sambil tersenyum.
“sedang apa sin, di taman?” tanya gilang pada sinta.
“menunggu cyndy” jawabku dengan sinis tanpa melihat kearah gilang.
“boleh aku temanin, lagi pula ada yang mau aku omongin sama kamu”
“omongin apa” kataku sambil melihat ke arah gilang.
“sebenarnya, aku suka dengan kamu. Dari awal kita semester satu bahkan sampai sekarang aku suka memperhatikan kamu”
“kamu salah menyukai aku” sambil membuang muka. Ternyata benar lambat laun gilang akan mengungkapkan perasaannya padaku.
“salah??, apa yang salah sin?. Aku hanya ingin jujur kalau aku sangat menyukai kamu”
Aku terdiam sesaat memikirkan sebuah jawaban untuk gilang, sambil melihat kearah kelas cyndy.
“sinta kenapa kamu diam, kalau kamu tidak suka denganku, tidak apa-apa. Mungkin farhan lebih baik dari aku” katanya dengan nada sedih.
“bukan itu, aku suka dengan kamu. Tapi hanya sebagai sahabat, aku juga suka dengan farhan, dan hanya sebagai sahabat juga sama seperti kamu” tegasku pada gilang.
“lalu apa kamu sudah ada yang punya selain farhan”
“ada, ibuku, mas hendro dan cyndy. Serta kamu dan farhan” jawabku sambil tertawa kecil. Tak lama cyndy menghampiriku dan melihatku berdua dengan gilang, aku melambaikan tanganku pada cyndy lalu pergi meninggalkan gilang sendiri di taman.
Dari kejauhan cyndy memperhatikan gilang dengan wajah yang tidak senang, dan saat itu juga aku melihat gilang dengan wajah yang sangat sedih setelah cintanya aku tolak. Urusan gilang sudah selesai dengan cintanya yang aku tolak lalu bagaiman dengan farhan, apakah farhan akan sesedih seperti ini saat ingin mengungapkan perasaannya padaku yang sama persis dilakukan oleh gilang terhadapku, entahlah aku juga tidak  tahu.
Hari ini aku malas rasanya untuk berangkat kerja, aku hanya ingin dekat dengan cyndy saja. Sebelumnya aku kirim pesan saja sama farhan kalau aku tidak masuk kerja dengan alasan sakit. Aku menikmati berdua bersama cyndy kita duduk di taman kota, sambil bercerita panjang lebar dan tertawa terbahak-bahak, ciuman dan pelukan kita lakukan di taman kota sampai orang lain memperhatiakan kita berdua.
Hari-hariku kulalui bersama cyndy sampai aku lupa dengan pekerjaanku yang suka membolos, sampai farhan terus kirim pesan kepadaku dan bertanya kalau aku ini sakit apa?, dan sudah dua minggu aku tidak masuk kerja.
Entah kenapa dikealas aku ingin cepat keluar dan ingin bertemu dengan cyndy. Saat aku lagi menulis aku mendengar suara cyndy di dalam kelasku, dia didampingi oleh dosen. Aku jadi semakin bingung kenapa dia ada di dalam kelasku dan didampingi dosen pula.
“hari ini Cyndy Annatascia, akan bergabung dengan kita. Dia pindahan dari kelas sebelah” kata dosen.
Aku benar-benar tidak percaya cyndy jadi satu kelas denganku, kok bisa yah pikirku. Cyndy duduk disebelahku, perasaanku saat ini benar-benar senang. Aku senang cyndy pindah kelas ke tempatku tapi aku juga tidak senang kalau cyndy pindah ke kelasku, karena anak-anak cowok pada ngelirik ke arah cyndy, itu membuat aku kesal. Tapi tidak apalah aku kan sudah tahu perasaan cyndy, lagi pula dia kan benci banget sama cowok yang dekat dengannya.
“sekarang aku satu kelas dengan kamu” kata cyndy yang duduk bersebelahan dengan sinta.
“kok bisa? Kaqlau begini terus kita bisa terus sama-sama” jawabku dengan senang.
Usai dari kampus, aku pergi ketempat kerja. Sudah satu minggu ini aku membolos, aku juga tidak enak sama atasanku.
“hai, sinta. Kamu sudah sembuh?” tanya farhan pada sinta.
“sudah, kenapa kangen yah” ledekku pada farhan.
“gak, siapa bilang aku kangen sama kamu”
“yakin nih, tadi mira bilang sama aku kalau kamu itu suka resah sendiri kalau gak ada aku dan katanya kamu suka murung, apa benar itu”
“ah… mira aja melebih-lebihkan” sambil tersenyum padaku sambil melihat kaset yang ada di depannya.
Ternyata hujan benar-benar tidak ada habisnya, hujan terus setiap hari, gara-gara hujan banyak pelanggan yang tidak datang untuk membeli kaset. Cyndy datang ketempat kerjaku sambil membawa makanan, meski diluar hujan deras dia akan tetap datang ketempatku. Bagaimana kalau badai yang datang, apa mungkin iya datang, ah.. gak tahu juga kenapa aku jadi mikir yang gak jelas kaya begini.
Lagi asiknya makan bareng cyndy, tiba-tiba saja farhan datang menghampiri aku. Sambil membawa sebuah kotak yang dibungkus dengan kertas kado berwarna merah jambu.
“sinta boleh aku bicara sama kamu sebentar mumpung sekarang lagi break” kata farhan.
“hmm…. Baiklah tapi hanya sebentar yah. Tunggu sebentar yah cyndy”
“iya aku tunggu” jawab cyndy.
Aku dan farhan duduk diseberang, kulihat cyndy melihat ke arah kita berdua dengan perasaan yang gelisah dan cemas. Farhan berusaha memegang tanganku tapi aku berkali-kali menepisnya.
“ada apa, apa yang mau kamu katakana” tanyaku.
“sinta ini aku berikan sesuatu padamu” sambil menyerahkan bungkusan kado kepada sinta.
“apa ini?”
“kamu lihat saja sendiri”  Aku membuka bungkusan kado itu dan kulihat patung kecil bergambar sepasang merpati putih yang indah dia berikan padaku.
“sepasang merpati” tanyaku.
“iya sepasang merpati, aku berikan padamu sin”
“tapi buat apa?”
“buat kamu, sebagai tanda rasa sayang aku sama kamu”
“apa, aku gak salah dengar” tanyaku sambil mengerutkan kening. Tuhan ternyata benar dugaanku, farhan pasti akan mengatakan perasaannya.
enggak salah, aku sayang sama kamu sin. Dari awal kita kenal sampai kita bersahabat” jelas farhan.
Benar sekali dugaanku kalau farhan menaruh hati untukku dan apa yang dibilang mira benar sekali. Ya tuhan apa lagi ini, pria ini baik kepadaku tapi aku tidak ingin melukai hatinya karena cinta yang tidak bisa dia miliki, asal dia tahu kalau cinta aku hanya untuk cyndy seutuhnya.
“farhan sebelumnya aku minta maaf sama kamu, aku sadar aku bukan wanita yang sempurna. Selama ini kamu adalah sahabat aku yang paling aku percaya, sampai sekarang dan mulai saat ini kamu tetap menjadi sahabat aku. Seorang farhan yang aku kenal”
“jadi kamu tidak mencintai aku”
“aku mencintai kamu, tapi hanya sebagai teman, sama halnya seperti kamu dan gilang sahabat aku”
“baiklah, aku terima keputusan kamu. Nanti kalau kamu sudah punya pacar kasih tahu aku yah” katanya dengan sedih.
“iya” jawabku dengan pelan. Andai saja kau tahu farhan pacar aku adalah cyndy, orang yang aku kenalkan padamu dan sekarang ada dihadapan kamu.
Aku menghampiri cyndy yang lagi duduk sendirian dengan setianya cyndy menungguku. Aku menceritakan yang tadi saat aku dan farhan, cyndy tertawa geli melihat ekspresi wajahku yang lucu saat aku menceritakannya. Cyndy bilang padaku kasihan sekali farhan, kau tolak cintanya kalau saja dia tahu siapa kamu pasti dia akan pergi, tukas cyndy padaku. Itu yang sebenarnya aku pikirkan cyndy, kepergian orang yang kita sayangi lantaran mereka tidak menerima keadaan kita seperti ini.
Sudah satu tahun aku bersama cyndy hidup suka maupun duka, rahasia ini kita simpan baik-baik jangan sampai teman aku dan cyndy tahu kalau kita menjalin hubungan terlarang. Semuanya begitu terlihat sempurna tanpa ada yang tahu hubungan kita, sudah kuberikan sejuta ciuman untuk cyndy, dan sejuta pelukan hangat untuk cyndy tercinta. Begitu juga dengan cyndy terhadapku, sekarang cyndy ikut-ikutan bekerja di toko kaset bersamaku. Kita berdua bukannya belajar atau bekerja tapi malah asik bercanda dan saling mengelitik.
Hari ini mas hendro pulang ke jakarta, sekarang dia sudah jadi sarjana. Kemarin wisudanya mas hendro aku tidak sempat datang, jadi yang datang hanya si ibu yang sudah dijemput sama mas hendro. Mas hendro marah-marah padaku lantaran aku tidak datang ke acara wisudanya, sebenarnya aku ingin datang tapi aku tidak mungkin meniggalkan cyndy yang lagi sakit.
“sinta.. sinta.., mas hendro pulang” teriak mas hendro.
Aku dan cyndy keluar dari kamarku, aku langsung lari dan memeluk mas hendro yang tinggi serta badan yang tegap dan berisi. Aku terus mencubit pipi mas hendro sampai mas hendro kesakitan. Mas hendro melihat ke arah cyndy, yang sejak tadi tertawa melihat tingkahku terhadap mas hendro. Mas hendro memberikan sinyal padaku bahwa dia ingin diperkenalkan pada cyndy.
“siapa itu sin, mas masa gak dikenalin”
“oh yah, sampai lupa. Ini teman sinta namanya cyndy”
“hai aku hendro”
“cyndy”
Kulihat mas hendro terus menatap cyndy. Aku takut mas hendro suka dengan cyndy, bagaimana jadinya kalau saja mas hendro suka dengan cyndy. Sungguh aku tidak bisa membayangkan.
Mas hendro, aku, cyndy dan ibu. Duduk diruang tamu, sambil bercerita. Kita semua tertawa terbahak-bahak mendengarkan cerita mas hendro. Memang dasar mata lelaki suka sekali melihat cewek cantik, begitu yang saat ini yang dilakukan oleh mas hendro terhadap cyndy.
Dari tadi mas hendro suka mencuri pandang kearah cyndy. Aku takut mas hendro menaruh hati terhadap cyndy. Coba saja kalau mas hendro tahu siapa cyndy sebenarnya. Aku merasa muak dengan sikap mas hendro. Langsung saja aku pergi ke dapur. Aku menghela nafas panjang dan bersandar di dinding.
“sinta kamu lagi apa?” tanya mas hendro yang tiba-tiba saja datang kedapur.
“gak lagi apa-apa kok” jawabku sambil membalikan badan ke arah mas hendro.
“cyndy cantik yah, sinta. Kamu kenal dimana?” tanya mas hendro lagi sampai membuat sinta menghela nafas berkali-kali.
“dia satu kampus denganku, dan dia juga satu kelas denganku. Kenapa mas tiba-tiba tanya soal cyndy?”
“hee…. Habis dia cantik banget” jawabnya sambil tersipu malu. Tuhan jangan sampai mas hendro suka dengan cyndy, gumamku dalam hati.
“iya dia cantik, jangan bilang mas hendro suka lagi dengan cyndy”
“kalau iya kenapa, memangnya ada yang marah gitu” jawabnya sambil memegang sendok yang diarahkan ke wajah sinta, lalu pergi.
Aku terdiam tak bisa menjawab. Pikiranku kacau tak tahu harus bagaimana. Jangan sampai cyndy tahu kalau mas hendro suka dengannya. Aku kembali keruang tamu kulihat disana ada mas hendro dan cyndy yang lagi asik mengobrol.
“lagi asik yah, kalian berdua”
“iya sin, mas kamu ini lucu yah” kata cyndy.
“loh mas, ibu mana?” tanyaku sambil melihat seisi ruangan.
“ibu pergi ke pengajian, baru saja pergi” jawab mas hendro, dengan memberikan senyum pada cyndy bukannya melihat kearahku.
Kulihat mas hendro sudah mulai akrab dengan cyndy. Aku sendiri tidak tahu pakai jurus apa mas hendro sampai membuat cyndy tertawa terbahak-bahak dan menjadi suka dengan mas hendro karena sikapnya. Biasanya cyndy paling tidak suka kalau ada seorang lelaki yang menghampirinya atau yang mau kenalan dengnya tapi kenapa dengan mas hendro tidak, mungkin karena dia kakakku.
Cyndy sudah pulang kerumah dia sampai seharian dirumahku, aku duduk sendiri didepan teras rumah, sambil menikmati malam hari. Mas hendro datang menghampiriku sambil membawa secangkir kopi, lalu duduk dibangku malas.
“kamu sedang apa sin, malam-malam begini” tanya mas hendro sambil minum secangkir kopi.
“melamun” jawabku enteng.
“melamun?, memangnya apa yang sedang kamu pikirkan”
“hmm… tidak ada” kataku sambil menghampiri mas hendro.
“sekarang kesibukan kamu apa sin selain kuliah dan kerja, apa kamu sudah punya pacar” tanyanya sambil meledek sinta.
“pacar?? Gak sempet, mikirin kuliah aja sudah mumet apa lagi pacar” jawabku sambil melihat mas hendro tertawa.
Aku dan mas hendro mengobrol sambil ditemanin suara jangkring dan bulan yang indah tanpa hujan yang membasahi permukaan bumi.
“sekarang mas sendiri giman kegiatanya, setelah datang ke jakarta”
“mas sekarang lagi mencari pekerjaan, kebetulan ada teman mas yang mau menawarkan pekerjaan. Percuma mas kuliah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya menganggur di Jakarta” sambil mengisap rokok.
“kenapa gak berusaha kerja di bandung mas” tanyaku.
“peluangnya kecil, kalau di Jakarta kesempatanya luas. Jangan-jangan kamu senang lagi kalau mas tinggal di bandung selamanya” katanya sambil meledek.
“seneng sih jadi gak ada orang yang suka usil lagi, hee..” kataku sambil tertawa.
“enak saja kamu. Eh.. mas mau tanya, si cyndy itu sudah punya pacar belum?” tanya mas hendro.
“tanya aja sendiri sama orangnya” jawabku dengan ketus.
“yah kamu kan temennya sin, kalau begitu mas minta nomer handphone-nya dong” sambil mengeluarkan handphone dari saku celana.
“buat apa sih mas?” kataku dengan tidak senang.
“yah buat ngobrol lah, mas kan pengen kenal dengan cyndy” jawabnya singkat. Aku pergi meninggalkan mas hendro di depan rumah sambil menggerutu.
“eh.. mau kemana, mana nomer handphone-nya” pinta mas hendro padaku.
“aku mau ambil handphone dulu dikamar, aku gak hapal nomernya” kataku sambil meninggalkan mas hendro.
“jangan lama-lama yah” teriak mas hendro.
Aku duduk dikasur sambil mengehela nafas, kubaringkan tubuhku diatas kasur sambil memikirkan cyndy. Cyndy apa yang harus aku lakukan mas hendro suka dengan kamu, aku harus apa cyndy. Kulihat foto cyndy yang ada dikamarku, sambil kupandang wajahnya yang memiliki paras bidadari. Tak terasa air mataku jatuh dikala aku melihat wajah polos cyndy.
“sinta.. sinta” teriak mas hendro. Aku langsung menghapus air mataku dan menaruh kembali foto cyndy.
“iya sabar kenapa sih” gerutuku pada mas hendro.
“habis kamu lama banget sih, mas kan cuma minta nomer handphone-nya cyndy”
“nih nomernya” sambil menyerahkan selembar kertas.
Kulihat raut wajah mas hendro sangat senang sekali saat aku memberikan nomer handphone cyndy. Dengan sekejap dia menekan nomer cyndy lalu berusaha menelpone-nya. Berkali-kali mas hendro mencoba menghubunginya namun tak diangkat oleh cyndy.
“kok gak diangkat sih, kamu salah kasih nomer kali” kata mas hendro dengan penasaran.
“bener kok, mungkin cyndy-nya lagi tidur. Mungkin dia capek mas seharian dirumah sinta belum lagi tadi siang ngerjain beberapa tugas dari dosen”  singkatku.
“bener juga kamu yah, ya udah biar besok pagi aja mas telepone cyndy. Sekarang kamu tidur sudah malam ini”
“kenapa mas tiba-tiba mengatur sinta” jawabku dengan heran.
“oh.. yah.. kamu sudah besar yah, lupa mas” ledeknya pada sinta.
Aku masuk kekamarku dan mengambil handphone-ku diatas kasur. Aku mencari nomer cyndy yang satunya lagi. Aku mencoba hubungi dia.
“tuutttt...tuuuutttt....tuuutttt..”
“halo, cyndy. Maaf buat kamu terbangun dari tidur”
“gak apa-apa, ada apa sin?” tanya cyndy.
“sebelumnya aku minta maaf cyn, aku kasih nomer handphone kamu yang satu lagi ke mas hendro”
“owh.. gak apa-apa, lagi pula aku kan jarang banget pakai nomer itu. Aku cuma pakai nomer pribadi aku hanya untuk kamu. Tapi kamu gak kasih nomer pribadi aku kan?”
“tentu aja enggak” jawabku.
“cyndy ngantuk nih, kita ketemu besok yah sayang” dengan manja pada sinta.
“maaf yah sudah bangunin kamu malam-malam begini. Met bobo yah sayang”
“buat kamu apa sih yang enggak, cyndy sayang sinta’
“makasih sayang. Sinta sayang cyndy”
“mmmmuuuuaaaccchhhh…” cium cyndy.
“mmmmuuuuaaaaaccchhh….” Cium sinta.
Seperti biasa cyndy jemput aku dengan Honda jazz-nya. Aku bergegas menuju ruang tamu mungkin cyndy sudah ada di ruang tamu ditemanin oleh ibu, ternyata bukan ibu yang temanin cyndy melainkan mas hendro yang sudah berpakaian rapi.
“maaf membuat kamu lama” kataku sambil melihat kearah cyndy.
“ah.. tidak juga kok, ada mas hendro jadi kita mengobrol dulu sambil tunggu kamu”
Aku lihat mas hendro berpakaian sangat rapi dengan stelan jas serta dipadu sepatu kulit hitam yang mengkilap. Aroma tubuhnya yang wangi membuat aku mual karena minyak wanginya yang terlalu menyengat.
“busyet deh, mas hendro mau kerja apa mau kondangan sih. Minyak wanginya nyengat banget, udah kaya bau bangkai tikus”
“enak aja, nih minyak wangi mahal. Beli di bandung. Ya udah mas mau berangkat”
Kulihat cyndy tertawa sampai wajahnya memerah. Kita bertiga berangkat, aku dan cyndy naik mobil dan mas hendro mengendarai motor ninjanya. Tidak lupa berpamitan pada ibu yang melambaikan tanganya di teras depan rumah.
Sesampainya dikampus aku mengobrol dibawah pohon rindang bersama cyndy sambil menikmati es krim. Sebenarnya aku tidak masuk kelas, karena aku dan cyndy tidak suka dengan dosen yang satu ini mangkanya aku keluar saja dari kelas. Lagi asiknya kita berdua, datang putri menghampiri kita dengan tersenggah-senggah.
“sinta..huh..huh…”
“tarik nafas dulu baru cerita put kata cyndy sambil mengelus pundak belakang putri.
“tadi pagi saat mau berangkat kampus, gilang mengalami kecelakaan jelasnya pada sinta dan cyndy.
“kok bisa, emangnya dia lagi ngapain” kataku dengan penasaran.
“dia nabarak trotoar, habis salah sendri kenapa setir mobilnya ngebut”
Aku merasa kasihan dengan gilang. Biar bagaimanpun juga dia teman aku dan aku pernah mengenalnya. Aku dan cyndy akan berencana ingin menjenguk gilang dirumah sakit.
Aku minta alamat rumah sakitnya dengan putri. Karena aku akan berencana kesana bersama cyndy. Meski awalnya cyndy menolak, aku beri dia nasehat dan akhirnya dia mengerti juga. Kita berdua sepakat akan temui gilang dirumah sakit.
Sesampainya dirumah sakit aku dan cyndy mencari ruangan gilang yang sedang dirawat. Saat aku masuk kedalam aku lihat beberapa teman kampus datang untuk menjenguk. Kulihat gilang dalam keadaan yang sangat parah, kaki dan tangannya diperban tapi dia masih bisa tersenyum meski kecelakaan tadi pagi begitu parah.
“hai sinta.. hai cyndy..” sapa gilang.
“kamu kok bisa seperti ini” kataku dengan khawatir melihat luka gilang.
“aku ngebut saat mau berangkat ke kampus, terus aku nabrak trotoar” singkatnya padaku dan cyndy.
Cyndy menaruh buah-buahan diatas meja yang baru saja kita beli di pasar swalayan. Kita semua yang ada diruangan ini, menghibur gilang. Gilang masih saja menatapku sama seperti waktu itu. Tanpa kusadari cyndy juga melihat ke arah gilang dengan raut wajah yang tidak senang.
Diperjalanan usai menjenguk gilang, cyndy hanya bisa diam terus. Aku sudah beberapa kali berusaha untuk mengobrol tapi dia tetap saja diam membisu. Tidak biasanya aku mendapatkan cyndy seperti ini. Cyndy mengajakku ke taman sambil berlari seorang diri dan meninggalkan aku dibelakangnya. Dia duduk dibawah pohon rindang, aku mengampirinya.
Kulihat cyndy menangis, aku jadi semakin tidak mengerti ada apa dengan cyndy. Cyndy berusaha mengelurkan kata-kata dari mulutnya sambil terseduh-seduh.
“ka..mu.., hiks..hiks.. gilang.. hiks..hiks… melihat kamu terus” katanya sambil menangis terseduh-seduh.
“owh.. itu masalahnya”
“jelas itu masalah buat aku sinta, aku merasa risih kalau gilang melihat kamu. Seharusnya kita tidak usah datang kerumah sakit. Kalau kamu mau jenguk gilang, jenguk aja sendiri” teriak cyndy sambil menangis.
“aku minta maaf, aku salah. Kamu kan tahu kalau aku tidak suka dengan gilang. Meski gilang dan farhan atau lelaki lainnya, melihat aku dengan pandangan yang berbeda. Rasa cinta aku hanya untuk kamu cyndy” tegas sinta dengan tegar menghadapi cyndy yang kekanank-kanakan dan manja.
Cyndy asal kau tahu kalau mas hendro menaruh hati untuk kamu tapi aku berusaha untuk menutupinya dari kamu, lantaran aku takut kamu membenci mas hendro. Tapi aku sudah mengenal dirimu melibihi diri kamu sendiri. Cyndy memeluk sinta dan memberikan ciuman hangat di bibir sinta. Aku memegang wajah cyndy dengan kedua tanganku, lalu menghapus air matanya.
Kita berdua berpelukan mesra dibawah pohon rindang. Tempat ini adalah tempat kesukaan kita berdua untuk memadu kasih dan cinta yang terlarang. Dalam benakku banyak ketakutan tentang cinta kita. Aku takut berpisah dengan cyndy, bagaiman jadinya cinta kita dipisahkan oleh keadaan dan ketakutan.
Lima bulan sudah mas hendro di Jakarta, dan sudah satu tahun lebih aku menjalanin hubungan dengan cyndy. Selama lima bulan itu mas hendro semakin besar mencintai cyndy, mas hendro sudah berani mengajak cyndy untuk menonton berdua. Untungnya saja cyndy banyak alasan utuk menghindari mas hendro.
Semakin lama cyndy mulai merasa curiga terhadap mas hendro yang berprilaku aneh terhadap dirinya. Cyndy sempat tanya padaku tentang kelakuan mas hendro. Aku berusaha semampuku jangan sampai cyndy tahu kalau mas hendro suka dengan cyndy.
“sinta.. sebenarnya mas hendro itu kenapa sih sama aku” tanya cyndy.
“maksudnya?” tanyaku pura-pura tidak tahu.
“iya. Mas hendro suka kasih puisi gitu sama aku, aku kan gak ngerti maksud dia apa. Belum lagi dia mau ngajakin aku nonton bareng terus makan berdua, itu sudah dia lakukan sampai berkali-kali. Tapi aku tolak, dengan alasan aku sibuk kuliah. Mangkanya kalau aku kerumah kamu aku langsung ke kamar kamu aja. Jangan-jangan mas hendro suka lagi dengan aku” jelasnya pada sinta. Aku berusaha menelan ludah yang sempat kering ditenggorokan.
“masa sih, mungkin dia becanda kali”
“gak mungkin, pokonya aku gak mau ketemu sama mas hendro. Aku takut, mulai dari sekarang kamu nginep ditempat aku yah, terus tinggal disini temenin aku” katanya dengan manja.
“tapi ibu gimana?”
“kan ada mas hendro yang temenin” jawabnya sambil memelukku.
Aku mencium bibir cyndy dan cyndy membalasnya dengan hangat. Lalu kita berpelukan dan tertidur dikamar cyndy. Saat kami tertidur suara telepone cyndy berdering. Dia tidak langsung mengangkatnya melainkan dilihatnya dengan wajah yang cemas.
“kenapa gak diangkat cyn” tanyaku.
“ini dari mas hendro” jawabnya sambil menyerah handphone-nya padaku.
“angkat aja cyn. Mungkin mas hendro mau ngomong sama kamu” kataku sambil meledek.
“ihh.. apaan sih kamu, aku bingung mau ngomong apa sama mas hendro. Aku takut dia ngomong yang bukan-bukan” jawabnya sambil melihatku.
“ya sudah kalau gitu biarin aja, kalau kamu tidak mau mengangkatnya” kataku sambil menaruh handphone diatas meja.
Kita berdua kembali tidur sambil berpelukan. Aku merasakan cyndy memelukku dengan erat, dan bibirnya menyatu ke bibirku. Saat itu aku memikirkan semua ini. Aku takut rahasia ini akan terbongkar. Aku tidak mau berpisah dengan cyndy, hanya cyndy yang aku punya.
Cyndy telah menghipnotis diriku. Aku sangat kenal siapa cyndy. Manja, takut, suka menangis dan ingin dilindungi. Semuanya bertolak belakang sekali denganku. Aku yang tegar, sabar, dan setia. Menangis dengan alasan yang jelas itu bukan diriku, atau bermanja-manjaan.
Paginya aku pulang kerumahku. Kulihat ibu dan mas hendro lagi di halaman rumah, sambil menanam bunga. Mas hendro langsung berdiri melihat aku pulang dan si ibu masih mengurus tanamannya tanpa tahu kehadiranku.
“mana cyndy, kamu tidak datang dengan cyndy” kata mas hendro, sambil melihat kesana-kesini.
“gak lah mas, dia dirumahnya” jawabku sambil berjalan menuju rumah.
“eh.. sinta, mas mau bicara sama kamu” kata mas hendro.
“nanti saja yah mas, sinta capek. Habis mengerjain tugas dari dosen” jawabku sambil berbalik arah.
“baiklah”
Sesampainya dikamar aku menghempaskan tubuhku diatas kasur. Sambil memikirkan mas hendro. Sebenarnya apa yang mau dia bicarakan denganku. Aku bangkit dari tempat tidur. Kulihat diriku dicermin, sambil memegang wajahku. Ternyata benar kata cyndy, kalau aku cantik. Kenapa aku baru menyadarinya, cyndy juga cantik. Jadi kita berdua pasangan yang sama-sama cantik, kataku sambil bicara sendirian dicermin.
Kulihat jam dikamarku sudah menunjukan pukul sepuluh pagi. Perutku lapar, aku pergi kedapur. Kulihat didapur tidak ada apa-apa. Mau tidak mau aku masak Mie Instan. Aku makan dimeja makan sambil kirim pesan dengan cyndy. Rencanya aku mau ajak cyndy jalan sore.

Sinta…
Cyndy bagaiman sore ini kita jalan, kamu mau?
Cyndy…
Aku mau sin, kita jalan kemana?
Sinta…
Bagaiman kita ke taman kota, katanya disana ada karnaval. Kamu mau?
Cyndy…
Aku mau, aku tunggu kamu jam empat sore, sayang.
Sinta…
Baik, jam empat sore aku kerumah kamu. I love you.
Cyndy…
I love you too, mmmuaacchhhh….
Itulah pesan singkat aku dengan cyndy. Tak lama mas hendro menghampiriku dimeja makan, sambil membawa segelas kopi hitam dan sambil menghisap rokok.
“lagi apa kamu?” tanya mas hendro, sambil duduk disamping sinta.
“lagi makan, mas gak lihat apa” jawabku dengan kesal.
“sin, kamu kenapa sih. Jadi suka marah-marah dengan mas hendro, memangnya mas hendro salah apa?” tanyanya penuh heran.
“tanya aja sama diri mas?” tanyaku balik.
“loh kok, gak biasanya mas dapati kamu seperti ini. Dengan sikap kamu yang tiba-tiba tidak senang dengan mas, kenapa sin?. Kalau mas punya salah mas minta maaf, mas tidak mau bertengkar, tidak jelas seperti ini”
Andai saja kau tahu mas hendro. Aku marah kenapa, kalau saja mas hendro tidak menaruh hati dengan cyndy mungkin aku tidak marah dengan mas hendro, yang tidak jelas seperti ini. Mas hendro tidak tahukah siapa cyndy?, cyndy itu kekasih aku mas. Kenapa mas tidak bisa mengerti jeritan hatiku mas hendro.
“ok.. kalau kamu tidak mau membahas soal ini tidak apa-apa. Sekarang mas mau tanya sama kamu, kenapa kamu suka membolos kuliah dan kenapa juga kamu tidak kerja” tanya mas hendro dengan tegas.
“males aja mas” jawabku dengan enteng.
“males?, kamu mau jadi apa. Pokoknya mas gak mau tahu kamu harus giat kuliah. Masalah uang biar mas yang atur, dan gak usah kerja di toko kaset. Kamu focus kuliah saja” bentak mas hendro.
“mas hendro kenapa jadi ngatur-ngatur sinta sih, sinta sudah dewasa. Sinta tahu mana yang baik untuk sinta” bentakku sambil meninggalkan mas hendro.
“sinta aku ini mas kamu, mas tidak mau hidup kamu berantakan. Sintaaa….” Teriak mas hendro.
Ya tuhan kenapa jadi seperti ini. Kenapa semenjak ada mas hendro aku jadi ditekan. Saat aku bersama cyndy, tanpa mas hendro semua baik-baik saja. Aku memandang foto cyndy, sambil menangis. Tuhan aku tidak mau berpisah dengan wanita ini. Hanya dia yang aku cintai, tidak ada yang lain selain cyndy. Aku tahu hubungan ini terlarang. Tapi apa salahnya aku ingin bahagia denganya.
Air mataku terus saja mengalir, tanpa kusadari air mataku jatuh dan membasahi fotoku bersama cyndy. Aku terus saja menangis sampai mataku bengkak. Kulihat jam sudah menunjukan jam tiga sore. Aku harus bersiap-siap ke rumah cyndy. Aku keluar rumah tanpa sepengetahuan mas hendro. Kalau dia lihat aku dia pasti tidak mengijinkannya.
Sampai juga aku kerumah cyndy. Aku masuk ke halaman rumah cyndy. Kulihat pintunya terbuka. Langsung saja aku masuk.
“cyndy… cyndy…?” teriakku.
“aku dikamar sinta, kamu kemari saja” teriak cyndy.
Aku menuju kamar cyndy. Pintunya tidak terkunci, jadi aku masuk saja. Kulihat cyndy telanjang bulat tanpa busana, dia menghampiriku dan langsung mencium bibirku. Seraya itu tangannya menyentuh payudaraku. Aku tak kuasa, saat cyndy mengeluarkan nafsu sesx-nya. Cyndy menciumku bertubi-tubi, dan aku pun membalas ciumannya.
Langsung nafsu sesx-ku meningkat. Aku langsung menguasai permainan ini. Cyndy mendesah berkali-kali, saat aku mengisap payudaranya. Kudorong tubuh cyndy yang semampai ke arah tempat tidur. Kubantingkan cyndy, dan kutindihi dia dengan tubuhku. Saat pikiran sudah dirasuki oleh hawa nafsu, semua terhenti begitu saja karena dering telepone-ku berbunyi. Aku menghentikan permainan ini. Kulihat mas hendro menelepone-ku. Aku bingung mau aku angkat atau tidak. Kalau aku angkat aku harus bicara apa, tapi kalau tidak dia pasti marah-marah.
Cyndy mengambil handphone-ku. Lalu meletakan handphone-ku dia atas mejanya yang tidak begitu jauh dengan tempat tidurnya.
“mas hendro mengganggu saja yah” kata cyndy. Aku tersenyum tanpa menjawabnya, cyndy menarik bajuku dan menciumku lagi.
“cyndy.. jadikan hari ini kita jalan ke taman kota” kataku sambil melepaskan ciuman cyndy.
“sampai lupa. Jadi keasikan, jadi dong sayang, tunggu sebentar yah aku pakai baju dulu. Eh… kalau aku pergi gak pakai baju giman sayang” jawabnya dengan manja.
“APA..” kataku dengan kaget.
“hee, sampai segitunya sih. Gak mungkin lah, aku kan becanda” jawab cyndy sambil mencium bibir sinta.
Aku dan cyndy tertawa. Usai pakai baju, kita berdua keluar dari kamar. Langsung saja kita berdua bergegas menuju mobil, untuk berangkat ke taman kota. Kalau tidak cepat-cepat bisa kemalaman kesana.
Sampai juga aku ke taman kota. Tempat aku dan cyndy untuk bersenang-senang. Terlebih pohon rindang yang ada ditaman kota, tempat biasa kita berteduh dari panas dan hujan.
Hapal betul pedagang siomay dengan kita berdua. Memang kita suka makan siomay, dibawah pohon rindang ini. Malam ini semakin banyak orang yang berdatangan ditaman kota. Suara petasan dan kembang api meramaikan suasana malam dikeramaian kota. Aku dan cyndy terpukau melihat kembang api yang dilepaskan diatas langit. Warna yang begitu indah, sampai mata kita tak berkedip sedikitpun.
Tak lupa aku dan cyndy berfoto bersama. Banyak jajanan yang berlalu-lalang dipinggir kota. Anak-anak berlarian kesana kemari, dan sepasang kekasih memadu asmara di keramaian kota ini. Aku mencium cyndy ditengah kota, sampai beberapa orang melihat kita berdua. Aku tidak memperdulikan mereka semua, yang jelas aku dan cyndy merasa senang.
Jarum jam sudah menunjukan pukul satu malam, acara sudah mulai usai. Aku dan cyndy pergi meninggalkan taman kota. Malam ini cyndy ingin menginap dirumahku. Dia tidak peduli meski ada mas hendro. Saat sampai kerumah kulihat mas hendro dan beberapa temannya lagi nongkrong dihalaman ruamah. Mereka semua lagi asik tertawa dan merokok sambil minum kopi hitam.
”habis dari mana kamu sinta?” tanya mas hendro.
“habis dari taman kota, ada acara disana”
“acara apaan?” tanyanya lagi.
“itu hendro acara pesta kembang api” jawab teman mas hendro.
“owh…., hai cyndy. Nginep yah” tanya mas hendro melihat arah cyndy.
“iya mas hendro, cyndy nginep disini” jawab cyndy sambil malu-malu.
“yah udah mas, sinta ngantuk. Sinta sama cyndy masuk kamar dulu” sambil memegang tangan cyndy dan membawa masuk kekamar.
Kita berdua membaringkan tubuh kita diatas kasur, sambil melihat langit-langit kamar. Sesekali kita saling memandang dan tersenyum. Diluar mas hendro dan teman-temannya tertawa terbahak-bahak sampai membuat gaduh suasana malam.
Cyndy melihat foto- foto kita, sambil tersenyum sendiri. Difoto itu aku dan cyndy, yang ada ditaman kota. Usai melihat foto, cyndy berbaring lagi dikasur. Kita berdua sambil menatap, tanganku memegang tangan cyndy dengan erat.
“sinta tidak mau kehilangan cyndy” pinta sinta pada cyndy.
“begitu juga dengan cyndy, cyndy tidak mau berpisah dengan sinta” mendekati sinta untuk memeluk.
“sinta takut kalau hubungan ini terbongkar, dan apa yang harus aku perbuat?. Kalau saja hubungan ini terbongkar”
Cyndy terdiam sambil membuang muka dari arahku. Saat  itu aku menghampiri cyndy, yang membelakangi diriku. Kulihat air matanya berlinang, yang tak kuasa dia tahan.
“aku tidak bisa hidup tanpa kamu, sayang” kata cyndy sambil melihat langit kamar dan berusaha menahan air matanya.
“hanya jalan satu-satunya, melawan cyndy. Biar aku yang akan melawannya, asal aku tidak mau kamu bersedih” jelasku pada cyndy.
“cyndy memang lemah sinta, penakut, manja, suka menangis, kekanak-kanakan. Cyndy tidak bisa seperti sinta, yang tegar dan sabar” jawab cyndy sambil menangis.
Aku terdiam saat melihat raut wajah cyndy, yang penuh dengan kesedihan. Aku menindihi tubuh cyndy. Aku cium bibirnya yang merah merona. Cyndy pun membalasnya, penuh hangat dan lembut.
Diluar aku tak lagi mendengar suara teman-teman mas hendro. Mungkin mereka sudah pulang. Aku melakukan permainanku dengan cyndy. Kita berdua saling berpelukan mesra. Saat kita lagi asik menikmati permainan ini. Tiba-tiba saja hujan dating dengan deras mengguyur permukaan bumi.
Aku dan cyndy saling berpelukan dengan erat, tanpa busana sedikitpun yang melekat ditubuh kita. Berciuman dan bermain didaerah kewanitaan. Kita berdua memadu kasih terlarang. Saat aku dan cyndy menikmati permainan ini, tiba-tiba saja pintu kamarku dibuka oleh mas hendro.
Mas hendro terblahak melihat kita berdua dalam keadaan telanjang. Matanya melotot kearah kita berdua. Aku dan cyndy kaget bukan main. Jantungku berdebar dengan kencang. Kulihat wajah cyndy pucat pasi dan tangannya sangat dingin.
“KALIAN SEDANG APAAAA…” teriak mas hendro pada kita. Mas hendro menarik rambutku yang panjang terurai, dan aku diseretnya dalam keadaan telanjang bulat. Cyndy yang menyaksikannya sangat ketakutan. Untung saja saat itu ibu tak ada dirumah.
Mas hendro menamparku berkali-kali. Aku merasakan sakit yang bukan main. Saat mas hendro menamparku mataku tertuju dengan cyndy. Cyndy menghampiri mas hendro yang sejak tadi terus memukulku sampai berdarah.
Mas hendro melempar cyndy, dan dia melanjutkan pukulan terhadapku. Tapi cyndy berusaha lagi untuk menghentikan mas hendro semua sia-sia saja, tenaga mas hendro lebih kuat dari pada cyndy. Cyndy sudah tidak peduli dengan tubuhnya yang telanjang bulat dihadapan mas hendro.
Pukulan mas hendro terhenti, karena suara petir yang mengglegar. Serta hujan yang begitu deras. Mas hendro duduk dilantai sambil menangis, usai memukulku sampai wajahku biru dan hidungku mengeluarkan darah. Kulihat cyndy menangis terseduh-seduh, sambil sandaran di dinding. Entah kenapa aku tidak menangis saat mas hendro menghajarku. Aku cuma bisa diam dan menatap cyndy, yang diliputi ketakutan.
“kalian berdua gila..” kata mas hendro dengan marah.
“APA YANG ADA DI OTAK KALIAN……, NAJIS AKU PUNYA ADIK SEORANG LESBIAN” teriak mas hendro sambil memukul tangannya ke lantai.
Aku terdiam, dan kudengar hanya amarah mas hendro dan suara tangis cyndy. Kita berdua telnjang bulat dihadapan mas hendro dan tak memperdulikan amarah mas hendro yang meledak. Saat ini yang ada di otak kita berdua adalah rasa ketakutan dan kebingungan harus apa?.
“pakai baju kalian, kamu cyndy pergi dari rumah aku, dan jangan pernah dekatiin sinta lagi. Setelah kamu pakai baju sinta, kamu duduk diruang tamu dan mas mau bicara sama kamu” jelas mas hendro pada kita berdua.
Aku dan cyndy mengambil pakaian. Usai pakai baju, cyndy pergi meniggalkan aku sambil menangis. Kulihat cyndy pergi membawa mobilnya dan ditemanin hujan yang cukup deras. Sekarang tinggal aku dan mas hendro duduk diruang tamu.
Mas hendro terdiam, sambil meminum kopi hitam. Mas hendro menatapku dengan mata yang tajam dan aku hanya bisa menunduk penuh takut. Aku merasakan sakit dipipiku karena pukulan mas hendro.
Ibu tolong sinta, ibu ada dimana saat ini sinta butuh ibu, gumanku. Tak lama mas hendro menyiram kopi hitam panas ke wajahku.
“arrgghhh…. Mas panas, mas” teriakku pada mas hendro.
“BIAR KAMU TAHU RASA ITU”
Mas hendro melepaskan ikat pinggangnya, dia menyertku ke lantai. Aku dicambuk berkali-kali,  dan aku hanya bisa teriak keras dan menangis. Tuhan tolong aku, aku tidak mau mati ditangan mas hendro biarkan aku mati ditangan cyndy. Aku terus berdoa pada tuhan, dan menahan rasa sakit yang teramat sakit.
Mas hendro terus saja mencambukku tak henti-hentinya, dia seperti kerasukan setan. Tak peduli punggungku berdarah-darah, dia tetap saja mencambukku.
“MAS......... SINTA SAKIT, MAS............ UDAH… ARRGGGHHHH” jeritku.
“BIAR KAMU TAHU RASA” sambil menjambak rambut sinta.
Mas hendro menyeretku kedalam kamar. Dia mengunci kamarku dari luar. Aku berusaha bangikt, dan mencoba menggedor pintu berkali-kali. Tak peduli rasa sakit yang dipunggungku, darah mengalir ditubuhku. Bajuku sobek karena cambukan mas hendro.
“MAS........ BUKA PINTUNYA MAS............ MASSSS HENDROOO.......” teriakku.
Aku menangis terisak-isak sambil bersimpuh didepan pintu kamarku. Aku teringat cyndy, air mataku terus mengalir saat aku membayangkan wajah polos cyndy. Aku tidur terlentang dilantai dekat pintu kamar. Entah kenapa rasa sakit ditubuhku hilang disaat aku membayangkan wajah cyndy.
Diluar tak terdengar lagi suara mas hendro. Aku mengambil foto cyndy yang ada dilantai.
“cyndy, sinta kangen..” kataku sambil menangis.
“sakit sekali cyndy, tubuhku serasa mati tapi perasaanku selalu hidup untukmu. Aku ingin hidup bersamamu cyndy, ah… sakit sekali pukulan mas hendro” sambil mencium foto cyndy.
“sekarang aku tidak cantik lagi cyndy. Kalau kamu lihat wajahku sekarang, kamu pasti kaget. Pipiku biru, hidungku patang dan punggung belakangku penuh luka cambuk” kata sinta sambil menangis.
Tuhan inikah cobaan yang begitu berat. Kamu dimana tuhan saat aku minta pertolongan kamu, aku berdoa supaya mas hendro berhenti. Kamu dimana tuhan, apakah ini adil untukku. Aku takut kalau pagi datang dan melihat mas hendro, aku takut tuhan.
Mataku terus terjaga sampai pagi tiba. Semalaman aku tidak tidur, membayangkan apa yang akan terjadi hari ini. Kudengar diluar ada suara ibu, ibu baru pulang, aku baru ingat kalau ibu habis dari rumah bibi.
“sinta.. sinta… kamu diman?” teriak ibu.
Aku tak berani menyahut, aku hanya diam sambil melihat langit-langit kamarku. Ibu terus saja memanggilku, dan aku tetap diam.
“masih tidur kali bu, lagi pula ngapain sih bangunin sinta” jawab mas hendro.
“ibu hanya heran saja, sinta tidak biasa bangun siang hendro” tukas ibu.
“mungkin dia cape kali bu, atau mungkin aja dia sakit kepala” jawabnya sambil duduk dibangku.
“kalau begitu ibu suruh minum obat, sinta.. sinta… keluar dari kamarmu” kata ibu dengan mengetok pintu kamar sinta. Mas hendro bangun dari bangku, dan menghampiri ibu yang lagi mengetok pintu kamar sinta.
“udah ibu, biarin aja. Sinta kan sudah besar, dia pasti bisa merawat diri dia. Sekarang ibu duduk aja disini kita ngobrol bu” ajak hendro.
“tapi adik kamu sakit hendro”
“udah biarin aja, hendro mau kangen-kangenan sama ibu” jawabnya sambil tersenyum pada ibu.
“ah.. kamu ini manja betul”
Dikamar aku mendengar suara ibu dan mas hendro yang lagi asik mengobrol. Aku mencari handphone-ku. Ku coba menelepone cyndy. Handphone-nya tidak aktif, kemana cyndy? Dan ada dimana?. Air mata ku berlinang dan memabashi pipiku, aku tidak boleh kehilangan cyndy. Aku coba nomer handphone dia yang satunya lagi, tetap saja tidak aktif.
Tuhan dimana cyndy, tunjukan jalan untukku tuhan. Aku ingin bertemu dengan cyndy, aku tidak mau dia terjadi sesuatu. Kulihat jam dinding menunjukan pukul sepuluh pagi. Tiba-tiba saja pintu kamarku dibuka oleh mas hendro.
“sinta, kamu makan sin. Kamu belum makan dari pagi” kata mas hendro yang berdiri di depan pintu. Aku bangkit dari dudukku, dan kutatap wajah mas hendro.
“sinta hanya mau cyndy, mas” jawabku.
“jangan gila kamu sinta, jangan buat mas marah. Ada ibu disini, jangan bilang sama ibu soal kejadian semalam, kalau tidak rahasia kamu akan mas bongkar” ancam mas hendro.
Aku terdiam saat mas hendro mengancamku. Tidak mungkin mas aku bilang ke ibu. Aku sendiri tidak mau ibu sakit hati karena aku, tapi bagaimana denganku mas. Akankah aku mati dengan sendirinya karena cinta terlarang ini yang menghukumku.
Tuhan tolong aku, bukankah kamu tidak tidur tuhan. Tapi kenapa saat aku butuh kamu, kau malah tertidur tuhan.
“baik, tapi aku ganti baju dulu” kataku sambil bangkit dari duduk, dan lamunan yang panjang.
Aku keluar dari kamar kulihat ibu ada di luar rumah, sambil membersihkan halaman. Aku duduk di meja makan sambil merenung. Cyndy dimana kamu sayang, kenapa tak ada kabar. Aku disini terpuruk, dalam siksaan. Kulihat wajah mas hendro dengan takut. Mata dia sangat menyeramkan, seakan penuh amarah terhadapku.
“sinta, kenapa seharian kamu ada dikamar” kata ibu dengan mengagetkan sinta dari belakang.
“sinta,,,, sakit kepala. Maaf yah buat ibu khawatir”
“loh wajah kamu kenapa sinta, kenapa jadi pada biru begini” kata ibu sambil terheran-heran dengan wajah sinta yang ibu lihat.
“ini… anu, kemaren sore sinta jatuh dari motor. Mangkanya jadi biru” tegas sinta kepada ibu.
“kamu gak mau hati-hati, tapi seperti kaya orang dipukuli” sinta terdiam dan tak mampu menjawab  kata ibu. Aku tertunduk takut, takut ibu bertanya macam-macam. Langsung saja aku pergi dari meja makan, sambil melihat wajah mas hendro yang lagi duduk diruang tamu dengan membaca Koran.
Mas hendro menatapku dengan mata yang merah. Aku menuju kamarku dan kututup pintu kamarku. Kuambil foto cyndy, sambil menciuminya. Air mataku terjatuh lagi, kalau aku melihat wajah polos cyndy.
“cyndy aku kangen, tadi ibu tanya kenapa dengan wajahku. Aku tidak tahu harus jawab apa?, aku takut. Mas hendro akan terus mengancamku, cyndy tolong aku” kataku sendiri.
Ku ambil handphone yang ada di sampingku. Ku coba untuk menghubungi cyndy. Ternyata handphone-nya tidak aktif lagi sama seperti kemarin malam saat aku ingin mencoba menelepone-nya. Kamu dimana cyndy, cyndy aktifkan handphone-mu cyndy.
Pintu kamarku diketuk, kudengar ibu memanggilku dan meminta dibukakan pintu. Aku menghapus air mataku, karena aku takut ibu tanya yang bukan-bukan padaku. Kubuka pintu sambil tersenyum pada ibu.
“ada apa bu?” tanyaku.
“ibu mau pergi selama seminggu, kemaren malam bibi kamu minta ibu untuk ikut ke acara pengajian” yah tuhan jangan biarkan ibu pergi, bisa-bisa aku mati ditangan mas hendro.
“pergi kemana bu?” jawabku pelan.
“banten, kamu dan mas kamu jaga dirumah baik-baik yah. Ibu harus berangkat sekarang sudah ditunggu. Satu lagi kamu jaga kesehatan kamu ibu gak mau kamu sakit” sambil mencium kening sinta
“iya bu” jawabku pelan.
Aku dan mas hendro menemani ibu sampai halam depan rumah. Kita berdua melambaikan tangan pada ibu. Ibu pergi dengan mobil yang sudah dijemput oleh bibiku. Tiba-tiba saja mas hendro menarik tangan kananku. Aku dilempar diruang tamu sampai aku terjatuh dilantai. Mas hendro menghampiriku, lalu menamparku dan dia mencekik leherku.
“berensekkk kamu sinta…. KAMU TAHU KALAU MAS MENCINTAI CYNDY. TAPI KENAPA KAMU HIANATI MAS” teriak mas hendro.
“sinta tidak hianati mas hendro, sebelum mas mengenal cyndy. Sinta sudah mencintai dia”
“gila kamu…., kamu tahu cyndy itu permpuan dan kamu juga seorang perempuan. Dimana otak kamu sinta” sambil menampar wajah sinta.
Aku menangis terseduh-seduh. Mas hendro tidak menghiraukan aku yang sudah tak berdaya. Hidungku berdarah lagi dan wajahku habis oleh pukulan mas hendro. Dalam hatiku terus saja berdoa pada tuhan, hentikan semua ini bisa-bisa aku mati. Sampai kapan mas, mas pukul sinta, mas aniyaya sinta. Kenapa tidak kau bunuh saja sinta jangan kau buat sakit seperti ini. Tapi aku juga tidak mau mati ditangan mas hendro, cyndy bunuh aku.
“mas hentikan mas, sinta sakit’ jeritku pada mas hendro.
“mas tidak akan menghentikannya, sampai kamu benar-benar sadar sinta” tegasnya.
“aku tidak akan sadar mas”
dasar gila kamu, kamu telah merebut cyndy dari mas. Kenapa harus cyndy yang seorang perempuan. Kenapa bukan seorang lelaki” sambil mendekati wajah sinta dan menjambak rambut sinta yang panjang terurai.
Mas hendro menggendongku dan aku meronta. Aku sadar aku tidak bisa lepas dari tangan mas hendro karena tenaga dia begitu kuat. Mas hendro membawaku ke kamar mandi dan masuki aku ke kolam mandi, aku ditenggelamkannya berkali-kali. Jahat, bajingan kau perlakukan adikmu sendiri seperti ini mas hendro.
Tuhan dimana kamu tuhan, apa kamu tertidur. Padahal hambamu lagi berdoa meminta tolong padamu tuhan. Cyndy asal kau tahu aku mencintaimu melebihi nyawaku, tolong bantu aku cyndy. Mas hendro mengangkatku dari kolam mandi. Aku duduk dibawah lantai dekat kolam sambil menangis. Lalu mas hendro menyeret kakiku dan melemparkan aku diruang meja makan. Aku tak berani menatap mas hendro. Mas hendro pergi keluar dan meninggalkan aku sendirian, dengan keadaan diriku yang tak berdaya.
Aku berusaha bangun dalam keadaan diriku yang seperti ini. Aku pergi kekamar, mengganti pakaianku yang basah. Kamu dimana cydny, aku kangen dengan suara kamu. Belaiian kamu dan pelukkan hangat kamu, aku rindu sekali.
Setelah kepergian ibu ke banten, mas hendro berkuasa dengan semua ini. Aku dikurung dirumah seperti binatang, dan diperlakukan juga seperti anjing. Sudah empat hari ini mas hendro menghajarku habis-habisan, dan aku masih bisa bertahan dengan sisa tenagaku yang masih ada.
Cyndy kekasihku, sudah empat hari ini kamu tidak ada kabar. Dimana kamu sayang, aku merindukan kamu. Apa kamu tahu cyndy, aku suka bicara sendiri dengan kamu meski hanya foto kamu. Cydny kalau saja kamu lihat wajahku, mungkin kamu akan kaget setengah mati. Aku sudah tidak cantik seperti dulu, dan yang sekarang hanya wajahku yang buruk karena pukulan. Tubuhku saja sangat kurus tak terawat, tidak seperti dulu lagi saat kita bersama.
Hujan begitu deras, dan malam ini begitu dingin. Aku hanya bisa terbaring diatas kasur sambil bernyanyi dan menangis, saat aku mengenang cinta kita. Kudengar suara mas hendro pulang, dengan suara pintu yang dibanting.
“SINTA…SINTA… KELUAR KAMU DARI KAMAR” teriak mas hendro. Aku keluar dari kamar, kulihat mas hendro dalam keadaan mabuk dengan membawa sebotol minuman keras.
Mas hendro menghampiriku dan mencengkram wajahku dengan tangannya. Kulihat matanya yang merah, dan nafasnya yang bau minuman keras. Wajahnya yang berantakan serta matanya yang sangat merah, membuat aku ketakutan.
“aku sangat mencintai cyndy, sinta. Setiap hari aku selalu mencintainya. Cantik, pintar, baik, lembut, TAPI DIA SEORANG LESBIAN SAMA SEPERTI KAMU” teriak mas hendro. Aku didorong sampai terjatuh ke lantai.
Mas hendro melemparkan botol minuman ke arah kepalaku. Kepalaku sangat sakit sekali saat mas hendro melemparkan botol minuman kearahku. Mataku menjadi kunang-kunang, tiba-tiba darah keluar dari kepalaku. Kulihat dalam keadaan setengah sadar mas hendro menghampirku dengan wajah yang panik. Dia mengangkat kepalaku, dan memanggil namaku berkali-kali.
“sinta..sinta.. bangun. Jangan mati sinta.. sinta ayo sadar, jangan pingsan dulu. Sinta..sinta..” sambil berusaha menggerakan tubuh sinta.
Saat aku melihat wajah mas hendro. Semakin lama, semakin gelap dan cahaya yang kulihat semakin mengecil hingga menjadi titik kecil dan menjadi gelap semua.
Saat aku sadar aku berada dirumah sakit. Kulihat mas hendro ada disampingku. Kepalaku diperban dan tanganku di infuse. Kulihat kearah jam dinding yang menunjukan pukul Sembilan pagi. Air mataku menetes mengingat kejadian semalam. Tega sekali mas hendro, ingin membunuhku seperti ini.
Tuhan lihat apa yang kau perbuat, sekarang tenagaku sudah habis. Cobaan ini begitu berat, kenapa kau tidak bunuh aku tuhan. Kenapa juga, kau kasih perasaan ini padaku tuhan. Kenapa kau diam tuhan, apa kau tidak dengar jeritan aku tuhan. TUHAN…………..
Entah kenapa saat aku keluar dari rumah sakit, mas hendro menjadi perhatian kepadaku. Dia benar-benar merawatku, tidak seperti yang kemarin yang mengahajarku habis-habisan. Mas hendro yang aku sayang, meski kau menhajarku berkali-kali, aku tak akan benci kepadamu atau mebalas semua perbuatanmu. Karena aku menyayangi mas hendro seorang kakakku.
Tiba-tiba saja mas hendro masuk ke kamarku. Dia duduk disampingku, sambil memegang tanganku. Lalu mencium tanganku, kulihat mas hendro menangis. Air matanya tak sanggup dia tahan. Tanap kusadari aku pun menangis, ku peluk mas hendro. saat aku peluk, mas hendro langsung menangis terseduh-seduh. Baru baru kali ini aku melihat mas hendro menangis seperti itu.
“maafkan mas hendro sinta..”
“sinta sudah memaafkan mas hendro”
“sebenarnya mas tidak ingin melukai kamu sinta, sedikitpun tidak. Mas hanya ingin kamu sadar, hanya itu saja” jelasnya.
“iya mas, sinta tahu. Tapi apa daya mas, sinta tidak bisa seperti apa yang mas harapkan”
“kenapa kamu seperti ini sinta?” tanya mas hendro. sinta menghela nafas panjang untuk berusaha menjawabnya.
“sinta juga tidak pernah meminta seperti ini mas. Andai pun saja sinta meminta, sinta hanya ingin menjadi wanita biasa”
“yah, tapi alasannya apa sinta?”
“ayah…” jawab sinta.
“kenapa dengan ayah?”
“hufh…. Mas ingat ayah suka memukul ibu, dihadapan sinta dan mas hendro” sambil melihat kearah mas hendro dengan mengangguk kepala.
“sinta, juga dipukul sama ayah saat mas tidak ada dirumah. Ayah menghajar sinta, sehabis menghajar ibu. Sinta meminta tolong pada tuhan, tapi tuhan tidak mendengarnya. Dimana mas hendro saat sinta dan ibu butuh mas, mas tidak ada kan”
Kulihat mas hendro tidak mampu menjawab apa-apa. Dia hanya diam membisu sambil berlinang air mata. Aku tak kuasa dengan semua ini, apa lagi menceritakan semua ini.
“saat itu juga, sinta tidak suka dengan lelaki. Tiba-tiba perasaan itu datang mas, sinta juga tidak memintanya mas. Tapi tuhan punya jalan lain untuk sinta, dan takdir kehidupan sinta. Mas hendro yang sinta sayangi, ijinkan aku bahagia dengan cyndy mas. Hanya cyndy yang buat sinta bahagia, begitu juga dengan cyndy” jelasku pada mas hendro dengan memohon.
“sinta, mas memang sangat keteraluan dengan kamu. Tapi mas sulit untuk menerima ini semua”
“mas, sinta ingin dicintai dan mencintai. Sinta hanya butuh restu aja dari mas hendro, meski sinta tahu cinta ini terlarang. Sinta tidak akan ganggu kehidupan mas, mas mau menikah dengan siap pun sinta restui mas, asal mas bahagia. Biarlah mas, sinta yang jalanin hidup ini mas. Dosa biarlah tuhan yang menilainya, bukan manusia. Kalau pun perasaan ini tidak datang, mungkin sinta sudah menjadi wanita biasa, mas”
“hufh…. Mas butuh waktu sinta, tidak semudah ini”
“iya sinta mengerti, tapi sampai kapan mas?” jawabku dengan berharap.
“sampai mas bisa membuka mata dan hati mas” jelasnya sambil meninggalkan sinta.
Aku mengela nafas panjang, sambil berdoa. Tuhan mudah-mudahan saja mas hendro dapat membuka mata dan hatinya untukku. Kupandangi foto cyndy, ambil menitihkan air mata. Cyndy kamu dimana?, kenapa tak ada kabar, aku merindukan kamu.
Esok paginya mas hendro menghampiriku yang sedang duduk di teras depan rumah. Dia membawakan aku segelas teh hangat serta roti bakar. Mas hendro duduk sambil sandaran dibangku, dan mengisap putung rokok yang menempel di bibirnya.
“sebelumnya mas mau minta maaf padamu, kelakuan mas hendro terhadapmu benar-benar keteraluan. Tapi perjuangan kamu demi cinta pada cyndy, mas hanya bisa menundukan kepala”
“itu lah cinta mas..” jawabku  sambil melihat ke arah halaman yang ditanamin bunga-bunga.
“sinta lihat mas hendro” pinta mas hendro. sinta langsung mengarahkan tatapannya pada mas hendro.
“mas restui kamu dengan cyndy. Tidak seharusnya mas menghalangi kebahagian kamu dengan cyndy. Sekarang kamu boleh pergi menemui cyndy” jawab mas hendro sambil tersenyum.
“mas serius, merestui hubungan ini” jawabku dengan bahagia.
Tuhan kau telah membuka mata dan hati mas hendro. aku tidak tahu harus bilang apa-apa selain air mata kebahagiaan. Aku menciumi pipi mas hendro dan memeluknya sangat erat sampai lama.
iya mas serius, sudah cepat sana temui cyndy” sambil melepaskan pelukan sinta.
“mas…. Terima kasih, sinta tidak tahu harus bilang apa. Sinta hanya bisa menangis mas, sinta sangat bahagia” kataku dengan air mata yang berlinang.
“iya sudah sana. Temui cyndy” jawab mas hendro sambil memegang kedua bahu sinta.
Aku berlari sekencang mungkin, tak perdulikan keadaan kepalaku yang diperban. Cyndy, sinta datang jemput cyndy. Sinta pasti datang cydny. Ternyata memang benar tuhan kau tidak tidur. Air mataku terus saja berlinang meski diriku berlari sekencang mungkin.
Tiba-tiba saja ada yang memanggilku, kulihat itu suara farhan. Farhan menghampiriku dengan sepeda motornya.
“kamu dari mana saja sinta? Tak ada kabar, hilang begitu saja” tanya farhan.
“nanti saja aku ceritaiin, tolong antarkan aku keruamh cyndy” kataku dengan tergesa-gesa.
“rumah cyndy? Buat apa?. Kenapa kamu menangis dan kenapa juga kepala kamu diperban. Kamu mengalami kecelakaan sinta”
“sudah ayo jalan, kita kerumah cyndy. Ceritanya nanti saja”
“iya..iya”
Aku dan farhan berangkat kerumah cyndy. Farhan mengendarai motor dengan melaju kencang. Sampai juga aku dirumah cyndy. Tak ada satu pun orang dirumahnya, padahal aku sudah beberapa kali memanggil cyndy dan si bibi tapi tak ada yang menyahut.
“pergi kali dia sin” kata farhan.
“gak mungkin dia pergi, han” sahutku.
“kenapa gak coba ditelepone, sin”
“sudah tapi handphone-nya gak aktif”
“memangnya ada apa sih? Kayanya kamu sampai segitunya nyariin cyndy” tanya farhan.
Aku terdiam saat farhan bertanya seperti itu. Aku tidak menjawab pertanyaan farhan. Aku berusaha memanggil cyndy berkali-kali. Sampai aku mengedor-gedor pintu pagarnya.
“sinta, jangan seperti itu. Gak enak didenger tetangga”
“biarin aja, CYNDY…CYNDYYY..” teriak sinta.
“sinta sudah, cyndy gak ada. Besok kita kemari lagi, sekarang pulang” ajak farhan dengan memegang tangan sinta.
Aku pulang dengan tangan tangan kosong. Aku tak mendapatkan cyndy, cyndy kamu dimana?. Farhan membawaku ke rumah, kulihat rumah begitu sepi. Aku mempersilakan farhan masuk kedalam rumah. Mas hendro tidak ada dirumah, kemana dia? Aku butuh bantuan dia.
Aku dan farhan duduk diruang tamu. Aku termenung memikirkan cyndy yang pergi entah kemana. Aku tidak menyadari farhan yang sejak tadi duduk disampingku sambil melihat keadaanku yang penuh luka diwajah dan tangan.
“sinta, ada apa dengan kamu? Beberapa hari ini aku mencari kamu, aku sudah menghubungi kamu berapa kali, tapi handphone kamu tidak aktif. Aku coba kerumah kamu tapi kata ibu kamu gak ada, kamu kemana sinta dan ada apa dengan kamu” tanyanya.
Farhan aku tidak bisa menjawabnya, semuanya begitu cepat. Aku sendiri dalam kebingungan yang luar biasa. Siapa sangka aku akan jadi seperti ini farhan. Mungkin diri kamu sendiri tidak bisa menyangkanya. Aku berusaha menelan ludahku yang sempat kering. Saatnya aku harus bicara padamu farhan biar kamu tahu siapa sinta? dan apa hubungannya dengan cyndy dan aku.
“farhan maafkan aku, selama kita berteman selama bertahun-tahun. Aku telah berbohong padamu farhan” kataku dengan pelan.
“bohong maksudanya apa? dan minta maaf buat apa sinta. aku tidak mengerti” jawab farhan dengan wajah yang bingung.
“aku seorang….”
“apa….”
“aku seorang Lesbian” kataku dengan lirih.
“apa, kamu jangan becanda sinta. gak lucu itu”
“aku gak becanda farhan, aku serius. Cyndy itu kekasih aku” jawabku meyakinkan farhan.
Kulihat raut wajah farhan penuh dengan sedih meski dia tidak percaya yang aku jelaskan padanya. Dia hanya menghela nafas panjang lalu sandaran disofa. Tak ada satupun suara yang keluar dari mulutnya, hanya diam dan membisu.
“aku serius farhan. Luka yang ada dikepalaku bukan kecelakaan, mas hendro yang melakukan ini. Luka yang ada ditubuhku juga mas hendro yang melakukannya” tegasku pada farhan.
“kenapa bisa sin?” tanya farhan pelan.
“aku ketahuan berhubungan badan dengan cyndy, han. Semuanya berantakan, aku dipisahkan dengan cyndy. Aku dikurung dirumah”
“lalu bagaimana dengan ibu?” tanyanya dengan penasaran.
“waktu itu ibu tidak ada dirumah. Ibu pergi ke banten selama seminggu, kepergian ibu ke banten, membuat mas hendro menghajarku setiap hari. Aku serasa mati tak berdaya, aku tidak tahu harus bagaimana lagi selain pasrah”
“dan cyndy?”
“entahlah sejak kejadian itu, dia menghilang. Aku coba menghubungi dia berkali-kali tapi tidak aktif. Aku sendiri tidak tahu keadaan dia bagaimana” jawabku dengan menghela nafas.
Farhan terdiam hanya bisa mendengarkan aku. Aku tahu, dia tidak bisa menerima keadaan aku yang seperti ini. Memang hina, memang menjijika tapi ini aku sahabat kamu yang sudah mengenal kamu bertahun-tahun.
Farhan meminta aku untuk menjelaskannya secara detail. Dia penasaran dengan semua ini. Aku menjelaskannya sama farhan sampai aku menangis. Mengingat semua kejadian itu aku hanya bisa mengambil hikmahnya. Semua orang yang kita sayangi tidak bisa menerima keadaan seperti ini, termasuk kamu farhan.
Tuhan berilah aku kekuatan, aku ingin bertahan dengan semua ini. Kulihat farhan menundukan wajahnya, tanganya memijat kepalanya. Tak lama dia melihat kearahku, sambil memberikan senyum.
“aku akan bantu kamu. Aku juga menerima kamu apa adanya, sebagai sahabat aku sayang dengan kamu” jawab singkat farhan.
“farhan… terima kasih, aku gak tahu harus bilang apa” aku memeluk farhan dengan erat sambil mencium keningnya, air mataku menetes membasahi pipiku.
Mungkin untuk saat ini hanya mas hendro dan farhan yang bisa menerimaku. Lalu bagaiman dengan yang lain ibu, gilang, mira dan putri, ah….. tidak bisa aku bayangkan kalau mereka tahu, terlebih ibu. Aku termenung dalam kamar mengingat cyndy yang kucintai yang tak tahu ada dimana.
Sudah empat minggu aku mencari cyndy, sampai lukaku sudah mengering. Farhan dan mas hendro juga ikut membantuku untuk mencari cyndy. Tuhan cobaan apa lagi ini, aku rindu dengan cyndy kekasih sejatiku.
Hari demi hari kulewati dengan kekosonganku. Sehabis pulang dari kampus, aku selalu absen kerumah cyndy. Aku hanya ingin memastikan apa dia ada dirumah atau tidak, semua sama saja dia tak ada dirumah. Sama seperti biasa setiap aku kerumah cyndy pasti dalam keadaan kosong.
Taman kota, pohon rindang. Semuanya aku ingat, memadu kasih disana. Bercumbu dihadapan semua orang yang lalu lalang, bahkan berpelukan dengan mesra. Halte bis saat hujan begitu deras, saat itu juga aku dipertemukan oleh cinta sejatiku. Tapi semua hilang begitu saja tanpa bekas. Hanya yang membekas wajah cyndy yang mengisi kekosonganku meski hanya sebuah foto.
Cyndy..oh.. cyndy. Itulah yang selalu aku ucapakan. Tak ada nama lain selain cydny seorang. Siang ini aku harus ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas yang sempat tertinggal jauh. Saat aku ingin ke perpustakan nasional, kulihat si bibi sedang berjalan.
“bukankah itu si bibi, pembantunya cyndy. Pak..pak berhenti disini” teriakku pada supir akngkot.
Aku turun dari bis, ku coba mencari si bibi kesana kemari. Akhirnya aku menemukannya si bibi.
“bi.. manah..” teriakku. Syukurlah bibi melihat kearahku. aku langsung menghampiri bibi manah.
“ya allah, neng sinta ini yah. Kemana aja neng, baru kelihatan” sapa si bibi.
“lagi sibuk sama kuliah bi, oh yah bi… cyndy kemana yah. Bibi tahu cyndy diman, sinta sudah mencarinya tapi gak ada. Sinta setiap hari ke rumah cyndy, tapi kok sepi dan bi manah juga gak ada” tanyaku pada bibi manah.
Bibi terdiam dia hanya menatapku dengan wajah yang sedih. Aku jadi semakin tidak mengerti, ada apa sebenarnya. Lalu dimana cyndy dan ada apa dengan cyndy. Bibi manah menyuruhku duduk dibangku jalan, dia menaruh belanjaanya yang dari tadi dipegang.
“neng sinta, bibi jadi ingat kejadian semalam itu” kata bibi manah.
“kejadian apa bi, ceritakan sinta ingin tahu” jawabku dengan penasaran.
“malam itu hujan lebat sekali. Neng cyndy pulang sambil menangis, neng cyndy berlari menuju kamarnya. Didepan pintu kamarnya bibi mendengar dia menjerit. Menyebut nama neng sinta” jelasnya.
“lalu apa yang terjadi bi” selaku.
“dari malam sampai pagi, neng cyndy tertawa terus dan menangis. Apa lagi dia menyebut nama neng sinta berkali-kali. Dia bilang cyndy sayang sinta”
“sekarang diman cyndy bi?”
“cyndy dibawa sama mamanya berobat untuk kesembuhannya”
“mamanya?”
“iya neng. Mamanya datang pagi-pagi, awalnya mamanya ingin buat kejutan untuk cyndy, eh.. malah sebaliknya mamanya yang dikasih kejutan sama cyndy”
“berobat dimana dia sekarang bi?”
“huh.. sebenarnya neng cyndy mau dibawa keluar negeri, tapi dia berontak. Dia minta dirumah neng sinta biar neng sinta yang mengurus cyndy. Karena mamanya juga gak tega melihat anak semata wayangnya seperti itu, yah jadinya berobat dijakarta. Mangkanya bibi sering temenin neng cyndy dirumah sakit” jelasnya.
“dimana tempatnya bi? Sinta ingin temui cyndy”
Aku disuruh mengambil selembar kertas oleh  si bibi. Aku menulis alamatnya yang dikasih tahu sama bibi manah. Bibi berpamitan padaku untuk pulang kerumahnya. Huh.. tuhan akhirnya aku bisa menemukan cyndy, jika dia kekasihku berilah aku kemudahan tuhan, jika tidak jangan kau kutuk kami tuhan.
Hari itu juga aku temui cyndy, karena aku tidak mau mengulur waktu lagi. Aku pergi kerumah sakit dimana cyndy dirawat.
Sesampainya aku dirumah sakit, aku langsung mencari ruangan cyndy. Aku menemukan ruanganya dan saat aku masuk, kulihat seorang wanita yang sedang tidur sambil membelakangiku dengan badannya. Air mataku menetes, ku belai rambutnya yang panjang terurai, dan aku membisiki ke telinganya.
“cyndy ini aku sinta” bisikku ke telinga cyndy.
Dia menoleh kearahku dengan menangis. Cyndy memelukku dengan erat bahkan sangat erat begitupun denganku. Tuhan aku telah menemukan cyndy, semua rasa rindu aku padanya kuluapkan dengan air mata bahkan ciuman bertubi-tubi.
“sinta.. bawa cyndy pergi secepat mungkin. Cyndy takut disini” katanya sambil menangis.
“iya saying, aku akan bawa kamu pergi secepat mungkin” jawabku sambil membelai rambut cyndy yang kusut dan tidak terawat lagi.
“siapa kamu?” tanya seseorang yang tiba-tiba masuk kedalam ruangan.
Aku kaget setengah mati, ketika dihadapanku ada sosok wanita paruh baya. Kuamati wajahnya dan ternyata itu adalah mama cyndy. Dia menghampiriku dan melihat cyndy yang menangis.
“apa yang kamu lakukan terhadap anak saya, dan siapa kamu?” tanyanya lagi.
“aku sinta tante” jawabku.
 Tiba-tiba saja mama cyndy menamparku berkali-kali sampai kedua pipiku merah. Cyndy berteriak sambil menangis.
“mama jangan, jangan tampar sinta” teriak cyndy pada mamanya.
“JADI KAMU YANG BUAT ANAK SAYA HAMPIR GILA” teriak mama.
“mama sinta tidak salah” jawab cyndy sambil bangkit dari tempat tidur.
“BAJINGAN KAMU, GARA-GARA KAMU. SAYA JADI FRUSTASI DAN SAYA TIDAK BERANI BILANG DENGAN SUAMI SAYA KALAU KEADAAN CYNDY SEPERTI INI”
“maafkan saya tante” jawabku sambil menangis.
“PERGI KAMU.. PERGI… SAYA TIDAK MAU MELIHAT WAJAH KAMU”
“mama jangan suruh sinta pergi. Kalau mama suruh sinta pergi cyndy akan ikut dengan sinta” ancam cyndy.
“dia sudah buat hidup kamu hancur cyndy, PERGI KAMU SEKARANG JUGA SINTA”
Aku pergi meninggalkan cyndy. Kulihat mama cyndy menahan cyndy untuk ikut denganku.
“SINTA.. SINTA.. JANGAN PERGI. SINTA..” teriak cyndy.
Diperjalanan aku menangis tak henti-hentinya. Masih teringat jelas saat cyndy menangis dan ingin ikut denganku. Terlebih tamparan mamanya yang sangat sakit. Sampai dirumah aku terus saja melamun. Tak menghiraukan ibu yang sedang bernyanyi lagu jawa.
Tuhan terima kasih kau telah mempertemukan aku dengan cyndy meski aku tak bisa lama-lama disana. Sekarang apa lagi rencanamu tuhan, akan kah aku berpisah lagi, setelah aku bertemu dengan cyndy. Ku pejamkan mata sambil berbaring diatas kasur. Sampai aku tertidur pulas. Tuhan pertemukan aku lagi dengan cyndy meski hanya lewat mimpi.
“sinta.. buka pintunya sinta. Ibu mau bicara sama kamu” kata ibu dengan mengetok pintu.
“sebentar bu..” jawab sinta sambil membuka pintu.
Ibu tersenyum padaku saat aku membuka pintu. Ibu masuk kekamarku dan duduk diatas kasurku. Dia menyuruhku duduk disampingnya. Perasaanku jadi tidak enak, pasti ibu ada yang mau ditanyakan kepadaku. Tidak mungkin ibu seperti ini, pasti ibu ingin bertanya sesuatu yang sangat serius.
“akhir-akhir ini ibu liat kamu suka murung, ada apa sinta? Mungkin ibu bisa bantu” sambil membelai rambut sinta.
Ibu ini masalahnya sangat serius, kalau saja sinta cerita sama ibu. Ibu pasti tidak akan bisa menerimanya. Aku harus menceritakan apa sama ibu, aku sendiripun dalam kebingungan. Rasa ketakutan ini membuatku tak berdaya, apa yang mau ibu bantu atau ibu bisa membawa cyndy kepadaku. Ah.. itu tidak mungkin, sekarang saja aku tidak tahu keadaan cyndy.
“tidak ada apa-apa bu, sinta hanya memikirkan kuliah sinta saja. Sebentar lagi kan sinta mau sarjana bu. Mungkin karena banyak pikiran bu, mangkanya sering melamun” tegasku pada ibu.
“yah tapi tidak segitunya, bisa-bisa kamu stress. Oh.. ya.. kalau si cyndy kemana yah, ibu belum pernah lihat lagi” tanya ibu.
“eee… dia lagi sibuk bu, mungkin dia juga memikirkan kuliahnya. Sama kaya sinta bu” jawabku.
owh.... baiklah kalau kamu tidak ada apa-apa, ibu hanya tidak ingin kamu sering melamun” tegas ibu pada sinta.
Setelah ibu pergi dari kamarku, aku jadi memikirkan cyndy. Entahlah aku sama sekali tidak punya kemampuan untuk berpikir. Sambil membaringkan tubuhku diatas kasur dan melihat langit-langit kamarku.
Paginya aku terbangun dengan mataku yang bengkang, karena semalam aku menangis terus tiada henti. Ini sudah sebulan lebih, tapi aku tidak menemukan cyndy. Mungkinkah cyndy dibawa sama mamanya ke luar negeri. Ah.. aku juga tidak tahu.
“sinta.. keluar sebentar dari kamar sin, mas mau ngomong sama kamu”
“iya sebentar mas, sinta pakai baju dulu”
Aku keluar dari kamar menemui mas hendro yang lagi duduk didepan rumah, sambil merokok. Aku tidak tahu apa yang mau dibicarakan mas hendro.Aku duduk disamping mas hendro sambil melihat ke halaman.
“ibu suka tanya kamu, mas hendro bingung mau bilang apa sama ibu” tanya mas hendro sambil mengisap rokok.
“maafin sinta mas, udah ngerepotin mas hendro” sambil menundukan kepala.
“lambat laun ibu pasti akan tahu sin, maaf kalau suatu saat nanti ibu tahu tentang kamu dengan cyndy. Mas hendro tidak bisa bantu kamu”
“tidak apa-apa mas, ini resikonya. Sinta yang buat ulah, sinta juga yang harus menanggungnya. Untuk saat ini sinta senang mas hendro sudah mau menerima sinta”
“yah.. kamu yang harus tanggung semuanya. Mas cuma bisa mendoaakan kamu saja” sambil menepuk pundak sinta.
Tuhan terima kasih sudah ada yang menerima aku apa adanya. Meski aku sendri tidak tahu harus bagimana yang kulakukan untuk saat ini. Pengertian mas hendro serta farhan membuat diriku merasa diakui, meskipun awalnya mereka tidak bisa menerimanya tapi pada akhirnya mereka memahami jeritan hati ini.
Hampir dua bulan cyndy tak ada kabarnya. Padahal aku sudah berusaha keras mencarinya. Rasa putus asa selalu saja menyelimutiku, tapi entah kenapa foto cyndy yang kupajang dikamarku membuatku semangat untuk mencarinya.
“SINTA.. SINTA..” teriak farhan.
“farhan, ada apa? Kenapa kamu tergesa-gesa” tanyaku.
“aku punya kabar baik buat kamu sinta” jawabnya dengan terenggah-enggah.
“kabar baik apa han?” tanyaku penuh penasaran.
“aku melihat cyndy”
“serius kamu han, kamu liat dimana?” tanyaku dengan tidak sabar.
“serius, aku lihat dia bersama mamanya, ditoko kaset tempat aku kerja. Lalu dia menghampiri aku, dia memberikan surat ini padaku” sambil memberikan surat pada sinta.
Aku membuka surat itu dan kubaca dengan hati berdebar-debar. Kubaca dengan detail agar setiap kata tidak aku lewatkan. Cyndy menulis surat dengan kertas berwarna merah jambu kesukaannya, kulihat tulisannya yang begitu rapi dan terbaca dengan jelas. Aroma wangi dari kertas ini, seperti minyak wangi kesayangan cyndy.


Sinta kekasihku yang tercinta
               Aku tunggu malam ini di halte bis pertama kali kita bertemu, maafkan aku sinta. Aku tidak  bisa berbuat apa-apa untuk kamu. Malam ini aku akan kabur dari rumah, kita akan pergi sinta. Kamu ingat janji waktu kita bersama, membangun rumah hanya untuk kita berdua lalu mengadopsi seorang anak. Kita berdua saling bersama, bahagia dan bekerja sama. Aku mau hidup dengan kamu, aku akan tinggalin semuanya. Biarpun aku akan miskin, yang penting aku hidup dan mati bersamamu. Mama suka menghajarku sinta, dia memukulku bertubi-tubi. Sama halnya yang dilakukan mas hendro terhadap kamu. Aku akan tinggalin semua kekayaan aku, hanya demi hidup bersamamu. Cyndy mencintai sinta. Cyndy tidak mau kehilangan sinta. Maafkan cyndy tidak sempat memberi kabar pada sinta, aku butuh waktu untuk menenangi situasi ini. I love you for ever my lovely.
Cyndy yang selalu mencintai sinta

Aku menangis menitihkan air mata saat aku membaca surat dari cyndy. Tangisku semakin menjadi, sampai farhan memelukku. Semua menjadi campur aduk, rasa sedih, kangen, bahagia semua menjadi satu mungkin hanya air mata saja yang mampu menjawabnya.
“sinta apa yang cyndy katakana” tanya farhan.
“dia ingin temui aku di halte bis pertama kali kita bertemu” jawabku singkat.
“halte bis yang dekat toko kaset itu” sambil melepaskan pelukan sinta.
“iya, malam ini dia ingin temui aku”
“loh bukannya itu bagus. Kenapa kamu jadi menangis?”
“aku menangis karena tidak tahu harus bilang apa, semua perasaan ini bercampur aduk han”
“yah iya lah.. kamu campur aduk sih, jadinya kan gak enak” ledek farhan.
“ah.. farhan, aku kan serius, malah becanda.. ihh.. rese banget”
“hee, habisnya kamu nangis aja sih, heee…, ya udah kita pulang yuk” ajak farhan pada sinta.
Malamnya aku pergi ke halte bis tanpa sepengetahuan ibu. Sesampainya aku di halte bis, aku tidak melihat satu pun orang yang duduk disini. Diman cyndy bukankah malam ini dia akan datang temui aku, tapi kenapa tidak ada. Baiklah aku tunggu dia disini, sambil duduk sendiri dan melihat orang yang berlalu-lalang dijalan atau yang duduk di halte bis sambil menunggu bis yang lewat.
Sudah jam sepuluh malam aku menunggu cyndy, tapi dia belum datang juga. Dengan sabarnya aku menunggu cyndy, sambil bernyanyi kecil untuk menghibur diri. Tak lama hujan turun deras dan angin semakin kencang, tapi cyndy belum juga kelihatan batang hidungnya.
Apakah dia akan datang untuk menepati janjinya? Atau sebaliknya. Ah.. biar sajalah dia mau datang atau tidak yang penting aku dengan sabarnya menunggu dia. Dari kejauhan kulihat seorang wanita berlari ka arah  halte bis sambil kehujanan, wanita itu memakai baju hitam ingin menghampiriku. Aku langsung berdiri dari dudukku untuk memastikan apakah itu cyndy.
Ternyata benar itu cyndy, dia langsung memelukku dengan erat. Menciumi bibirku berkali-kali, dengan tubuhnya yang basah dan dingin. Dia tidak memperdulikan keadaannya, tatapan matanya memendam kerinduan yang sangat dalam. Sampai matanya berkaca-kaca dan tak terasa air matanya keluar dari kelopak mata hingga membashi pipinya.
“sinta.. cyndy kangen sekali” katanya dengan memeluk sinta.
“begitu pun dengan sinta, sangat merindukan cyndy” jawabku.
Kita berdua duduk dibangku halte bis, sambil menunggu hujan reda. Semua rasa kerinduan yang begitu dalam kita luapakan, kita bermesraan dan berciuman berkali kali sambil berpelukan untuk menghangatkan tubuh kita.
“sinta aku tidak mau kembali pulang, mama suka menghajar aku sin” katanya dengan menangis.
“lalu bagaiman kamu bisa kabur dari rumah cyn?”
“mama lagi pergi jadi ada kesempatan aku kabur. Meski ada yang mengawasi aku, aku kabur lewat jendela kamarku” tegasnya.
“apa!!!! Kamu turun pakai apa, itu kan tinggi banget sayang”
“yah pakai kain, yang sudah aku sambung”
“pintar sekali kamu, tapi tahu dari mana carannya”
“dari film kan banyak yang melakukan kaya begitu” jelasnya.
“hee.. bisa aja kamu” tawaku.
Kita berdua sangat menikmati malam ini, kita tertawa kembali dari kesedihan yang begitu dalam. Malam ini cyndy ku bawa kerumah, biar besok kita susun sebuah rencana besar. Sampai dirumah cyndy melihat mas hendro penuh dengan ketakutan, sampai dia terkencing-kencing dicelana. Mas hendro heran melihat cyndy yang penuh takut terhadapnya.
“cydny.. kamu mengompol yah. Kamu kenapa jadi mengompol” tanyaku sambil tertawa kecil’
“mas.. mas hendro sinta” jawabnya dengan takut sampai bersembunyi dibadan belakang sinta.
 “cyndy.. maafkan mas hendro” katanya dengan bersalah.
“mas hendro sudah tidak kaya waktu itu lagi, aku kan sudah kasih tahu sama kamu. Dia sudah bisa menerima kita” jelasku pada cyndy.
“iya cyndy, sekali lagi mas hendro minta maaf yang paling dalam” cyndy lega mendengar semunya.
“hee…. Sampai ngompol lagi, hahahahah” tawa sinta dengan meledek.
“ihh.. rese banget sih kamu sinta. Dari tadi aku tebelet pipis, eh pas liat mas hendro cyndy takut. Yah udah jadinya ngompol” jawabnya manja sambil tersipu malu.
“maaf yah cyndy, mas jadi gak enak” katanya sambil tertawa kecil.
“HAHAHAHAHAHA” tawa sinta dan mas hendro.
Saat itu wajah cyndy benar-benar merah sekali seperti tomat. Kita berdua tidur bersama dikamar, sambil membicarakan rencana kita. Tidak aku sangka, aku akan bertemu lagi dengan cyndy, wanita yang paling cantik bahkan keindahan sang bulan pun kalah dengan wajah cyndy yang begitu cantik berparas bidadari.
“sinta… setiap hari cyndy kangen. Cyndy ingin dipeluk sama sinta. Sinta selalu menjaga cyndy, maaf kalau cyndy tidak sekuat seperti sinta. Cyndy bisanya suka nangis, dan manja sama sinta” tegasnya.
“tapi aku suka. Suka semuanya, yang ada pada diri kamu, aku suka” sambil mencium kening cyndy.
“terima kasih sayang. Cuma kamu yang bisa ngertiin aku, dan hanya kamu saja yang bisa menerima aku apa adanya. Aku menncintai kamu selama-lamanya” jawabnya dengan sandaran dibahu sinta.
“cyndy, besok kita temui mama kamu”
“untuk apa? Cyndy sudah berusaha kabur dari mama kenapa sinta mau temui mama” tanyanya dengan heran.
“kita harus bilang sejujurnya sama mama. Aku tidak mau hidup seperti ini terus, kita harus jujur. Besok aku akan bicara sama ibu, aku tidak tahu apa yang terjadi”
“yah, kamu benar sin. Lebih baik jangan besok, kita tunggu dulu sebentar”
“tapi sampai kapan cyndy”
Cyndy terdiam tidak bisa menjawab dia hanya menundukan wajahnya, sambil memegang tanganku. Aku menghela nafas dalam-dalam. Sekarang aku harus apa, sampai kapan ini selesai biar kita berdua hidup bahagia.
“sinta, kita butuh kematangan. Kita harus punya rumah sebelum kita mengaku kepada orang tua kita, kita juga harus punya masa depan, itu yang aku maksud” tegas cyndy pada sinta.
“itu yang kamu pikirkan, aku punya tabungan. Kamu ingat kamu suka kasih uang ke aku, uang dari kamu aku tabung dan hasil kerja aku selama bertahun-tahun juga aku tabung. Itu milik kita berdua” jelasku pada cyndy.
“maafkan aku sin, sekarang aku tidak punya apa-apa lagi. Semuanya diambil mama” katanya dengan sedih.
“jangan kaya begitu, aku tidak pernah minta apa-apa dari kamu. Meski kamu kasih aku uang dan yang lainnya, semuanya aku simpan dengan rapi. Sekarang lihat aku” jawab sinta sambil menatap kearah cyndy.
Paginya aku duduk bersama cyndy dihalam rumah. Kita berdua melihat ikan mas dikolam rumah. Mas hendro datang menghampiri kita berdua sambil membawa teh hangat untuk kita.
“pagi cyndy, udah gak ngompol lagi kan lihat mas sekarang” ledeknya sembari memberikan secangkir teh hangat.
“ihh… mas hendro bisa aja, terima kasih yah.. teh hangatnya”
“mas hendro ada yang mau kita bicarakan dengan mas hendro” kata sinta.
“apa, kayanya serius nih?”
“mas, kita berdua mau berterus terang sama ibu tentang hubungan ini. Begitu juga dengan cyndy” jelasku.
“kalian berdua selalu buat ulah yah, huh… baiklah kalau itu mau kalian tapi mas hendro tidak bisa bantu kalian”
“iya sinta tahu. Sinta tidak betah sembunyi seperti ini lagi mas”
“ok!!! Kalau begitu. Satu hal yang harus kamu ingat, mas tetap sayang sama kalian berdua. Kalau itu keputusan kalian berdua yang terbaik, mas bangga dengan kalian. Semoga ibu bisa menerima kalian, meski awalnya sakit”
“terima kasih mas hendro” jawab cyndy sembari memeluk mas hendro.
Pertama yang harus kita lakukan adalah temui mama cyndy. Setelah itu temui ibu, aku tidak tahu apa mereka nanti akan siap dengan semua ini. Tuhan aku hanya minta keselamatan dari kamu. Hanya ini jalan satu-satunya sebuah kejujuran meski pahit, tapi esok aku akan bersama cyndy. Sekarang, besok dan selamanya.
Saat kita berdua sampai didepan rumah cyndy. Aku dan cyndy merasa tidak yakin dengan semua ini, meski ada keraguan aku berusaha menepisnya. Saat kita masuk kerumahnya, kulihat mama cyndy duduk diruang TV sembari menangis. Cyndy menghampiri mama yang sedang duduk, tak lama mama memeluk cyndy begitu erat.
“cyndy dari mana saja kamu nak, mama sangat cemas” sambil membelai rambut cyndy yang terurai.
“maafkan cyndy mama, cydny harus bertemu dengan sinta”
“apa!!! Sinta” dengan wajahnya yang seketika berubah tiba-tiba saat mendengar nama sinta.
“iya mah, sinta. Sinta sini, kita berdua harus bicara sama mama”
Sinta menghampiri cyndy dan mama. Kita bertiga duduk diruang TV, kulihat wajah mama tidak senang dengan kehadiranku. Aku berusaha tenang dengan situasi seperti ini meski hatiku berdebar-debar.
“ada yang mau kita sampaikan sama mama, cyndy harap mama siap mendengarnya” jelas cyndy pada mama.
“ada apa lagi sayang, mama belum siap kehilangan kamu nak” jawab mama sambil menangis merintihkan air mata.
“ijinkan aku hidup bersama sinta selama-lamanya” kata cydny pelan yang tiba-tiba meneteskan air mata. Aku terdiam melihat drama mereka berdua antara anak dan ibu yang sangat mengharukan.
“mama tidak tahu harus bilang apa sama kalian berdua” jawab mama dengan menangis.
“mama cyndy mencintai sinta. Cyndy tahu hubungan ini terlarang. Tapi tolong, cyndy tidak bisa membohongi perasaan ini mah”
“tante sinta yang akan menjaga cyndy tante” jawabku.
“bukan masalah itu.. masalahnya, ini tidak boleh terjadi”
“mama ini kehidupan cyndy, cyndy yang menjalankan kehidupan cyndy. Cyndy ingin bahagia dengan sinta mah, ijinkan cyndy memilih jalan hidup cyndy. Asal mama tahu bahwa anak mama seorang Lesbian” tegas cyndy pada mama.
Mama menangis menjadi-jadi, seperti kerasukan. Dia tidak bisa menerima anaknya seperti itu, mama memeluk cyndy. Meski dia sadar anaknya bukanlah seorang anak kecil lagi yang harus dituntun untuk menjalankan hidup ini.
“tante, saya akan menjaga cyndy. Nyawapun saya berikan untuk cyndy, asal tante mengijinkan saya untuk hidup bersama cyndy” jelasku pada mama.
“mama mungkin terlalu jahat untuk kamu sayang. Kalau ini memang hidup kamu mama ikhlas, biar mama yang akan bicara sama papi kamu. Mungkin mama terlalu salah mendidik kamu”
“jadi mama benar-benar menerima semua ini” jawab cyndy dengan bahagia.
“iya sayang” dengan membelai rambut cyndy dan menatap wajah sinta yang sejak tadi duduk.
Aku benar-benar tidak percaya kenapa begitu cepat mama menerima cyndy dan aku. Padahal kalau aku ingat lagi betapa bencinya mama saat melihat aku, dan betapa jahatnya mama menyiksa cyndy.
Tuhan mungkinkah ini yang akan ditakdirkan untuk aku dan cyndy. Mungkin untuk saat ini mama bisa menerima kita berdua, meski dengan perjalanana yang sangat melelahkan. Lalu bagaimana dengan ibuku apakah dia bisa menerima aku seperti apa yang dilakukan oleh cyndy. Atau mungkin aku harus dihajar dulu sampai babak belur seperti halnya yang dilakukan oleh mas hendro terhadapku.
Kita berdua duduk ditaman rumah cyndy sambil bercanda dan bermesraan. Kembali ke rencana berikutnya, temui ibu. Rencananya malam ini aku akan temui ibuku untuk membicarakan semua ini. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada ibu saat aku bicara yang sesungguhnya.
Sorenya aku pulang dari rumah cyndy, sebelum pulang kita pasti mampir dulu ke toko kue. Menikmati sore hari dengan makan kue dan minum teh hangat atau semangkuk es krim yang nikmat.
“apa kamu siap temui ibu sinta” tanya cyndy.
“mudah-mudahan aku siap” jawabku.
Usai dari toko kue sembari minum dan menikmati sore hari. Malam pukul tujuh aku duduk bersama cyndy diruang tamu. Aku harus siap dengan semua keputusan ini. Aku menyuruh mas hendro untuk memanggil ibu dari kamarnya.
Ibu dan mas hendro datang menemui kita berdua diruang tamu. Kita berdua ingin siap-siap mendengarkan semua keputusan ini. Tuhan berilah aku kekuatan untuk semua ini. Ibu aku sangat mencintai ibu, tapi anak ibu ingin hidup bahagia dengan seorang perempuan yang ada dihadapan ibu sekarang ini.
“apa yang hendak kalian katakan pada ibu” tanya ibu pada kita berdua.
“ibu sebelumnya sinta minta maaf yang sangat dalam. Ibu, sinta sangat mencintai ibu, sinta harap ibu bisa menerima keputusan sinta ini bu” jawabku.
“keputusan apa sin? Ibu gak mengerti” katanya dengan heran sambil melihat kearah mas hendro.
“anak ibu adalah seorang Lesbian” jawabnya dengan yakin. Ibu semakin tidak mengerti saat aku bilang aku seorang Lesbian, ibu terus saja menoleh kearah mas hendro dengan wajah kebingungan.
“ibu gak mengerti apa yang kamu ucapkan sinta”
“ibu maksud sinta, sinta mencintai cyndy. Seorang perempuan yang mencintai perempuan” jelasku pada ibu. Ibu tersentak kaget setengah mati seakan tidak percaya dengan semua ini.
“gusti allah, aku ini salah apa. Kenapa dengan anakku ini, ya allah” kata ibu sambil mengelus dada.
“pergi kalian berdua dari hadapan ibu. PERGIIIIIIIII….. AKU MALU PUNYA ANAK SEPERTI KAMU, JANGAN PERNAH MENGINJAK RUMAH INI LAGI…. DASAR ANAK SETAN” jerit ibu pada kita berdua.
“sudah sinta, cepat kalian pergi. Nanti mas kabari” kata mas hendro.
Aku pergi bersama cyndy, kulihat cyndy menangis seakan tidak yakin dengan semua ini. Tuhan aku bebas, sekarang aku bebas tuhan. Aku memberikan senyum pada cyndy yang sejak tadi menangis. Kuhapus air mata cyndy, dan kucium kening cyndy.
“kita bebas. Aku akan hidup bersama kamu cyndy ku sayang” sambil menangis bahagia dan memeluk cyndy begitu erat.
“sinta, cyndy sayang dengan sinta. Maaf cyndy terlalu cengeng” jawabnya.
Kita berdua pergi meninggalkan rumah untuk selamanya. Entah kenapa semua beban ini lepas begitu saja, aku merasakan semuanya begitu ringan. Mungkinkah sebuah kejujuran adalah jawaban dari semua ini. Aku genggam tangan cyndy, sambil tertawa bahagia.
Matahari terbit begitu indah, tubuhku disinari oleh matahari. Kurasakan betul hangatnya matahari ini. Sarapan pagi sembari menatap bidadari yang dihadapanku, dan ditemanin suara merdunya Anggun Cipta Sasmi “mimpi”.
Tak lama suara telepone berdering. Cyndy mengangkat telepone itu, sepertinya ada pembicaraan yang sangat serius. Setelah itu cyndy menghampiriku dengan terburu-buru. Bisa kurasakan nafasnya memburu dengan cepat, sepertinya ada sesuatu yang begitu berat, yang mau dia bicarakan padaku.
“ada apa cyndy?” tanyaku.
“kata mama, papi mau ketemu sama kita” jawabnya.
“untuk apa?”
“entahlah, aku rasa dia ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya”
“baiklah, kamu sudah siap” jawabku.
“aku siap sayang”
Siangnya kita berdua temui mama dan papi cyndy. Kulihat mereka berdua sudah ada diruang tamu. Saat itu mama menangis, dan kulihat raut wajah papi sangat marah pada kita berdua.
“sebenarnya ada apa diantara kalian berdua ini?” tanya papi.
“papi…. Cyndy minta maaf yang sebesarnya, cyndy sayang dengan kalian. Tapi ijinkan cyndy untuk menjalankan kehidupan cyndy”
“apa maksud kamu? Apa benar yang dikatakan mama kamu, kalau kalian punya hubungan yang special” tegasnya.
Saat itu aku terdiam, tak mampu bicara banyak. Kulihat air mata cyndy menetes, begitu juga dengan mama yang sejak tadi menangis saat kita datang.
“JAWAB CYNDY” teriak papi, sambil memukul meja.
“AKU DAN SINTA SALING MENCINTAI” jawab cyndy sambil berteriak.
Mata papi melotot saat cyndy bilang seperti itu. Papi ingin menampar cyndy, tapi aku hadang dengan tanganku. Cyndy menutup matanya penuh takut, kulihat mama bangkit dari bangkunya.
“om.. kalau om mau tampar cyndy. Tampar aku dulu om” kataku.
“baik kalau itu mau kamu” jawabnya dengan seketika itu papi menampar sinta sampai pipinya merah.
“PAPI JANGAN… PAPI JAHAT. KALAU PAPI TIDAK MERESTUI HUBUNGAN INI, USIR CYNDY DARI RUMAH TAPI JANGAN SIKSA KITA” teriak cyndy sembari memukul badan papinya.
“KAMU TAHU HUBUNGAN INI TERLARANG”
“CYNDY TAHU, TAPI CYNDY HANYA INGIN BAHAGIA BERSAMA SINTA SELAMANYA”
Aku terkejut setengah mati baru kali ini aku dapati cyndy seperti itu. Cyndy seperti kerasukan dan wajahnya memerah dengan seketika. Kulihat mama hanya bisa menangis, dan mencoba berusaha menenangkan suaminya.
“papi cyndy hanya ingin hidup bersama sinta. Papi cyndy sangat mencintai sinta, maafkan cyndy papi” katanya sambil menenangkan situasi.
“pergi dari hadapan papi. Jangan pernah coba menginjak rumah ini lagi”
Tanpa perintah lagi kita berdua pergi dari rumah itu. Kulihat mama menangis histeris, begitu juga dengan cyndy. Kita pergi menaiki taksi menuju kota bandung dan meninggalkan Jakarta.
“sinta, aku bebas. Setiap hari aku akan selalu melihat wajahmu” kata cyndy sambil sandaran dibahuku.
“iya, saat wajah aku tertutup dengan selimut dan kubuka, aku melihat senyuman yang paling cantik sejagad raya ini” jawabku sambil berpelukan mesra didalam mobil.
Sepuluh tahun sudah aku menjalankan kehidupan ini. Aku merasa bebas seperti merpati, sekarang aku dan cyndy menjadi seorang pengacara. Mempunyai rumah yang indah serta dua anak kecil perempuan dan lelaki yang kita adopsi bersama, dan kita pun menikah diluar negeri.
Mungkinakah aku dan cyndy, akan bahagia selamanya sampai akhir hidup ini, atau maut yang memisahkan kita. Tuhan begitu baik pada kita, semua rencananya yang tidak kita ketahui.
Kejujuran adalah sebuah kunci untuk mengungkapkan jeritan hati kecilmu, sebagai seorang Lesbian. Biarkan aku bahagia, biarkan aku menjalanin hidup ini tanpa kebohongan hati kecil ini. Kebahagian akan selalu ada, bila dijawab dengan sebuah kejujuran.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar