Sweet Rain *kutemukan cinta dihalte bis*
By : Ina Agustia
Sudah dua hari ini hujan terus turun kepermukaan
bumi, dan menghujani diriku dengan air langit. Aku hanya bisa duduk di halte
bis sambil menunggu hujan yang tak kunjung henti, sambil membersihkan diriku
yang basah karena air hujan. Sesekali aku melihat arlojiku dan berharap cemas,
hujan yang tak kunjung henti membuatku cemas ingin pulang kerumah karena ibu
menungguku.
Aku menggigil kedinginan sambil mendekap kedua
tanganku, seraya mataku memandang ke arah jalan. Tak lama kemudian datang
seorang lelaki paruh baya, untuk berteduh di halte bis. Lelaki itu membersihkan
dirinya dari air hujan, sementara itu tangan kanannya menggenggam sebuah
handphone. Sesekali lelaki itu melihat diriku dan memberikan senyuman kepadaku.
Lelaki itu duduk disamping kananku, sambil menekan
nomer handphone yang ada digenggaman
tangannya. Lelaki itu berbicara di telepone sambil melihat kearah jalan, dan
kepalanya mengangguk-angguk tanda mengerti. Aku terus melihat rintikan hujan
yang semakin lama semakin besar, dan hatiku terus saja berdoa biar hujan ini
berhenti dan aku bisa pulang kerumah menemani ibu yang sendirian dengan
setianya duduk di bangku reot.
“maaf mbak, jam berapa yah sekarang?” Tanya lelaki
paruh baya itu.
“jam sepuluh malam” jawabku sambil melihat arloji
ditanganku.
“terima kasih mbak”
Lelaki itu berdiri sambil menggulung celana
panjang jeansnya, dia berlari mengejar metro mini yang lewat dan meninggalkan
halte bis. Aku masih bertahan menunggu hujan berhenti. Kalau aku langsung naik
metro mini, nanti aku turun pasti kehujanan dan belum lagi jam segini sudah tidak ada kendaran menuju
rumahku. Akhirnya hujan reda juga, aku bergegas pergi
meninggalkan halte dan langsung naik metro mini.
Sesampainya dirumah aku melihat ibu duduk dibangku
reot diruang tamu, ibu tertidur
dibangku reot dan tangan kanannya memegang tasbih. Aku mencium kening ibu dan
membelai rambut ibu yang sudah beruban.
“ibu, sinta. Sudah pulang” sambil membisikan
ketelinga ibu. Ibu terbangun dan melihat anaknya yang tersenyum.
“oh.. kamu sudah pulang, ibu sudah siapkan makan
malam buat kamu. Mungkin sekarang makanannya sudah dingin dan tidak enak”
katanya dengan lirih.
“gak apa-apa bu, sinta pasti akan makan” jawab
sinta.
“hujan sudah berhenti yah, kamu kehujanan nak?”
“iya bu, sinta kehujanan. Tapi tidak apa-apa bu.
Sekarang ibu pindah yuk, ke kamar ibu. Jangan tidur disini yah” ajakku kepada
ibu, sambil membangunkan ibu dari bangku reot kesayangan alamarhum milik ayah.
Usai mengantarkan ibu ke kamar, aku menuju kamarku
untuk mengganti pakaianku dan mandi dengan air hangat. Selesai mandi aku
melihat makanan yang ibu sediakan di meja makan, tahu benar si ibu aku paling suka dengan mie gorang
dan tempe serta kerupuk. Meski makanannya sudah dingin aku sangat menikmatinya
karena masakan ibu membuatku jatuh cinta.
Aku melihat jam dinding yang menunjukan pukul dua
belas malam, badanku merasa pegal, seharian aku
dikampus dan tempat kerja. Usai makan dengan lahap, aku membantingkan tubuhku
di atas kasur dan memejamkan mataku seraya berdoa kepada tuhan, berikanlah aku
mimpi indah dan lalu terbangun saat sang surya sudah bersinar.
Aku terbangun karena mendengar suara ibu yang
bernyanyi lagu jawa, aku sebenarnya tidak mengerti ibu nyanyi apa tapi aku suka
dengan suara ibu yang merdu karena menenangkan hatiku.
“pagi bu” sapa sinta pada ibu.
“pagi, nak. Ibu sudah menyiapkan nasi goreng
dimeja makan” jawab ibu sambil menyiram pot bunga.
“iya, sinta makan. Ibu sudah makan?” tanyanku.
“belum ibu lagi sibuk menyiram pot bunga, kamu
makan saja duluan”
“sinta mau makan bareng sama ibu, ditunda dulu bu
sebentar. Kita makan sama-sama” ajak sinta dengan manja.
“baiklah” sambil tersenyum.
Usai makan pagi bersama ibu aku pergi ke kampus,
seperti biasa aku pasti membangunkan mas hendro, jam segini dia pasti belum
bangun tidur. Aku mengambil handphone ditasku, dan membangunkan mas hendro yang
ada di bandung.
“tuuutt…tuuttt…tuuttt”
“halo, mas hendro. Bangun mas ini sudah jam tujuh
pagi”
“iya mas sudah bangun, eh..sinta gimana kabar
ibu?, mas hendro kangen sama ibu”
“ibu baik-baik aja. Mangkannya kalau libur pulang
dong. Lagian juga Jakarta-bandung kan tidak begitu jauh”
“mas sibuk sin, lagi pula tugas kuliah mas banyak
banget. Belum lagi mas kan di bandung kerja”
“salah sendiri siapa yang minta kuliah di bandung,
di jakarta kan banyak”
“gengsi mas kalau kuliah di Jakarta, Jakarta lagi
jakarta lagi. Ah.. gak ada pengalamnya. Di Jakarta melulu, lagi pula
cewek-cewek bandung kan cantik pisan euy”
“hah sok banget, sekarang jadi pakai bahasa sunda
yah. Memang mas bisa gitu”
“ya, kan belajar”
“ya udah kalau begitu mas, met berjuang aja di bandung
dan sinta doaiin biar dapat cewek bandung yang cantik”
“eh.. jangan lupa salam buat ibu, mas hendro
kangen”
“iya sinta salamin sama ibu”
Usai menelepone mas hendro aku menuju kelas dan
menyelesaikan beberapa tugas yang belum sempat aku kerjakan. Akhirnya selesai
juga tugasku, meski dikerjakan didalam kelas tugasnya selesai.
Jenuh rasanya mendengarkan dosen bicara didepan
kelas, dari pada memperhatikan dosen lebih baik memperhatikan dimas saja yang
dari tadi tidur dengan mulut terbuka lebar. Aku tertawa melihat dimas tidur,
tidak aku saja yang tertawa tapi yang lain juga ikut tertawa melihat dimas
tidur dengan mulut terbuka lebar. Tak lama pak hardian melihat dimas yang sejak
tadi tertidur lelap sampai dia tidak sadar kalau pak hardian menghampirinya.
“DIMASS” teriak pak hardian.
“iya, pak…” jawab dimas, sampai kaget dan membuat
dia terbangun dari bangkunya.
Anak-anak lain mentertawakan sikap dimas yang
begitu lucu, sambil mengusap air liurnya yang menetes kepipinya.
“setiap pagi kamu selalu tidur dikelas yah” kata
pak hardian dengan kesal.
“gak pak, gak setiap hari. Suerr pak” jawabnya sambil bersumpah.
“ah.. bohong, kata dosen yang lain bilang kalau
kamu itu tukang tidur dikelas”
“maaf pak, saya janji. Saya gak akan ngulangi lagi
pak” jawabnya dengan lirih.
Aku lihat pak hardian benar-benar marah dengan
sikap dimas yang sangat keteraluan, saat aku tertawa mataku tidak sengaja
melihat ke arah gilang. Aku lihat gilang memperhatikanku dengan tatapan mata
yang sangat dalam, aku hanya bisa menunduk dan membuang wajahku kearah yang
lain.
Aku merasa jenuh dengan sikap gilang yang suka
memperhatikan aku terlalu dalam, sampai aku merasa tertekan. Memang gilang
sudah lama memperhatikan aku tapi aku sendiri tidak tahu akan hal itu,
sebenarnya aku tidak tertarik dengan gilang sedikit pun tidak. Gilang memang
tampan dan
kaya banyak cewek-cewek satu kampus mengejar dia, tapi
tidak ada yang menarik dihati gilang, aku sendiri kurang paham tentang dia
padahal semua yang ngantri cantik-cantik dan kaya.
Sore ini hujan deras untung saja aku ada ditempat
kerja jadi tidak kehujanan, coba saja aku tidak lebih awal datang ke tempat
kerja mungkin aku sudah kehujanan dan pakaianku basah semua.
Sambil menunggu hujan aku buat secangkir kopi
hangat dan duduk santai di sofa, kesempatan karena bos gak ada, kapan lagi
coba. Kuminum secangkir kopi hangat seteguk demi seteguk, sambil menikmati biscuit yang tersedia diatas meja.
“waduh.. tuan putri enak banget yah” teriak farhan.
“oh.. jelas dong, kapan lagi coba. Mumpung atasan
gak ada”
“eh.. mau dong. Kayanya enak tuh kopinya”
“enak aja. Bikin aja sendiri”
“huh.. dasar pelit. Entar kalo aku bikin jangan
minta yah”
“bodo”
Cungkring itulah julukan si farhan, dia teman
baikku disaat aku lagi sedih dan bosan dia yang selalu ada temaninku. Rekan
kerjaku selalu buat gosip yang tidak enak, kata mereka aku pacaran dengan
farhan padahal itu tidak benar. Mira pernah bilang ke aku kalau farhan suka
mencuri padang kearahku, dan terkadang suka tersenyum sendiri saat dia
melihatku.
Arlojiku sudah menunjukan pukul jam sebelas malam
dan hujan belum juga reda. Bagaimana bisa pulang nih kalau hujan terus, kataku
dalam hati. Usai membereskan toko kaset, aku keluar menuju halte bis yang tidak begitu jauh dari toko kasetku. Saat aku
duduk di halte bis farhan datang menghampiriku dengan sepeda motornya.
“santi, ayo pulang bareng” ajak farhan.
“gak usah, makasih farhan. Aku bisa pulang naik
metro mini, kamu pulang aja duluan”
“udah malem, lagi pula mana ada metro mini lewat
sini malam-malam gini”
“pasti ada”
“udahlah naik aja. Aku anterin kamu sampai rumah,
kasihan ibu pasti tunggu kamu dirumah”
Aku terdiam sesaat, ada benar juga kata farhan, ibu pasti menunggu aku.
Tanpa pikir panjang lagi aku langsung naik sepeda motor farhan.
“nah.. gitu kan enak, ok!!!! kita kemana bu”
“udah ayo jalan, hujannya semakin besar” kataku
tidak sabar.
“bereslah, tancap”
Semakin lama hujan semakin deras, dan aku
kedinginan naik motor, meski farhan sudah memberikan jaket tetap saja aku masih
kedinginan dan kehujanan. Tapi gak apalah demi ibu, aku harus pulang cepat
pasti ibu sudah menunggu di rumah.
Sesampainya dirumah aku ajak farhan masuk untuk
berteduh sementara, biar dia pulang tidak kehujanan. Lagi pula farhan kan sudah
jarang banget main kerumahku lagi, karena dia sendiri juga sibuk dengan
pekerjaannya dan kuliah.
“ibu, sinta pulang. Lihat bu siapa yang datang”
sambil mencium tangan ibu.
“walah.. nak farhan, kemana aja. Ibu kangen dengan
nak farhan. Nak farhan kapan mau mengobrol lagi sama ibu” sambil menepuk pundak
farhan.
“maaf bu, farhan baru bisa main kerumah ibu lagi.
Sekarang kan farhan sibuk bu, jadinya gak sempat buat kerumah” jawab farhan dengan
sopan.
“yah udah kalau gitu ngobrol aja dulu, sinta mau
ganti baju sekalian juga mau ambil handuk buat farhan” kataku dengan senyum.
Sementara farhan dan ibu mengobrol, aku membuka
pakaianku yang basah karena hujan dan tidak lupa memberikan handuk kepada
farhan untuk mengeringkan diri. Biarlah ibu kangen-kangenan dengan farhan, aku
masih ingat betul ibu mau menjodohkan aku dengan farhan padahal aku tidak
mencintainya, lagi pula aku dan farhan berteman jadi tidak mungkin
aku mencintai dia. Bukannya aku tidak suka dengan farhan dan gilang, hanya saja
aku tidak mempunyai perasaan terhadap lelaki, aku sendiri bingung kenapa aku
seperti ini yang jelas aku harus menutupi diriku dari ibu dan mas hendro,
bahkan sampai ayah meninggal saja aku masih menyimpan rahasia ini.
Aku menuju ruang tamu menghampiri farhan dan ibu,
kulihat ibu sangat dekat dengan farhan. Mungkin saja ibu sangat kangen dengan
farhan, padahal mas hendro kangen sama ibu tapi kenapa ibu kangen dengan farhan
bukankah farhan suka mampir ke rumahku bila dia tidak ada kerjaan. Bagaimana
dengan mas hendro yang sudah tiga tahun lebih tidak pulang ke Jakarta.
“lagi asik yah kalian berdua” kataku kepada farhan
dan ibu.
“kamu habis dari mana, lama sekali kamu ganti bajunya”
Tanya ibu.
“tadi mandi dulu, habis badan sinta lengket”
jelasku.
Kulihat farhan tersenyum manis kepadaku, sambil
mengusap wajahnya dengan handuk. Aku duduk disamping ibu dan kita bertiga
mengobrol banyak sambil memakan cemilan yang ibu ambil dari dapur.
“kalian berdua sangat cocok, kalau ibu lihat” kata
ibu sambil minum secangkir teh hangat.
“ahh.. ibu ini bisa aja, aku jadi gak enak” jawab
farhan.
“tahu ibu ini, aku dan farhan hanya teman saja,
lagi pula kita berdua tidak mungkin saling suka. Benarkan farhan” jawabku
sambil melihat kearah farhan yang tiba-tiba menunduk.
“iya benar” jawab farhan dengan tegas sambil
mengangkat kepalanya kembali.
Kulihat ibu menghela nafas seakan dia kecewa
dengan keputusan aku tadi, begitu juga dengan farhan yang hanya bisa melamun
sesaat. Seakan dia mengharapkan sesuatu dariku. Hujan sudah reda saatnya farhan
pulang kerumah, tak terasa kita bertiga mengobrol sampai larut dan tak sadar
kalau hujan sudah reda. Jarum jam sudah menunjukan pukul satu malam, farhan berpamitan
kepadaku dan ibu.
“bu hujan sudah reda farhan pamit pulang”
“nginep saja disini gak usah pulang, sekarangkan
sudah larut” ajak ibu.
“gak usah bu, makasih. Besok farhan harus ke
kampus bu”
“ya sudahlah tidak apa, lain kali kamu nginep yah
nak” kata ibu kepada farhan.
“iya bu, sinta
makasih yah” sambil melihat ke arah sinta.
“aku yang harus bilang makasih kepada kamu farhan”
jawabku dengan senyum.
Malam ini aku tidak bisa tidur nyenyak aku
teringat farhan dan si ibu, wajah
mereka berdua membuat diriku merasa bersalah. Tuhan mengapa ini terjadi kalau
saja si ibu dan mas hendro tahu siapa
diriku, aku tak bisa membayangkan apa yang terjadi kalau anakanya seorang Lesbian.
Paginya aku langsung berangkat ke kampus karena sudah
kesiangan jadi tidak sempat berpamitan kepada ibu. Entahlah berita dari mana
datangnya bahwa aku dikabari jalan bareng dengan gilang. Memang gilang suka
denganku itu saja putri yang memberitahu kepadaku, mulai dari tatapan yang
paling dalam saja dan isyarat tubuhnya saja sudah terbaca olehku, terutama saat
kita satu team dia begitu antusias kalau aku satu team dengan dia.
Dalam hati aku hanya berdoa kepada tuhan jangan
sampai gilang dan farhan mengatakan cintanya kepadaku, karena aku bukan wanita
yang pantas mereka cintai. Usai dari kampus aku langsung ke tempat kerjaku,
jarak kampus dengan tempat kerja lumayan jauh jadinya aku suka telat, untungnya
saja atasanku mengertiin kondisiku.
“sinta….” teriak gilang kepada sinta. Sinta
menoleh ke arah suara tersebut.
“mau kemana, boleh aku antar” ajak gilang pada
sinta.
“gak usah, aku mau ke tempat kerja”
“memang tempat kerjanya dimana?”
“serpong…”
“oh.. kalau gitu aku antar yah”
“gak usah maksih, lagipula tempatnya tidak begitu
jauh kok”
“ayolah, sekali ini aja”
“baiklah, sekali ini saja yah”
“besok-besok juga gak apa kok”
“apa… aku gak denger”
“gak jadi kok, yah udah yuk”
Aku dan gilang menuju parkir mobil, dan kita
berdua naik ke mobil. Gilang memang orangnya baik, dia tampan dan kaya. Farhan
kalah jauh dengan gilang, kalau aku pikir-pikir farhan itu manis mungkin karena
keturunan dari ibunya. Kenapa juga aku membahas mereka berdua, lagi pula aku
tidak suka dengan mereka berdua, mereka hanya sebatas teman saja dan tidak
lebih.
Sampainya di tempat kerja, kulihat farhan melihat
ke arah kita berdua dengan wajah yang tidak senang.
“terima kasih yah gilang” kataku pada gilang.
“iya sama-sama. Jadi kamu kerja di toko kaset ini
yah” Tanya gilang pada sinta.
“iya..” jawabku.
Aku langsung menuju ke tempat kerja, tanpa
kusadari gilang juga ikut masuk ke toko kaset.
“loh, kok. Bukannya pulang” tanyaku.
“hmm… aku mau beli kaset dulu sekalian juga aku
mau lihat kamu bekerja” jawabnya sambil tersenyum. Aku hanya bisa mengkerutkan
keningku kepada gilang, gilang ini kenapa memangnya dia tidak pernah lihat
orang kerja.
Di toko kaset farhan hanya cemberut saja kepadaku,
sejak tadi aku sapa dia dan dia malah menjawabnya dengan ketus. Aku jadi
berfikir memangnya apa salahku kepada dia, bukankah kemarin malam kita
baik-baik saja tapi kenapa tiba dia jadi kesal kalau melihatku.
Aku melayanin beberapa pelanggan yang sedang beli
kaset, tanpa kusadari farhan melihat ke arah gilang yang sedang melihat kaset
dengan raut wajah yang tidak senang. Aku jadi semakin tidak mengerti kenapa
farhan tidak suka dengan gilang, mereka itu tidak saling kenal tapi kenapa
farhan tidak suka. Lebih baik aku kenalkan saja farhan dengan gilang, biar
farhan tidak ketus melihat wajah gilang.
“farhan sini, aku mau kenalkan kamu kepada temen
aku” ajakku kepada farhan.
“aku lagi sibuk, gak sempet” jawabnya dengan
ketus.
“sini sebentar aja, ayo cepet” kataku sambil
menarik tangan farhan.
“sinta… apa-apaan sih, sinta….”
“hai gilang…” kataku kepada gilang.
“hai sinta, ada apa.. kamu suka nonton film ini
gak?” sambil menunjukan kaset.
“iya aku suka, gilang ini temen aku namanya
farhan”
“hai aku gilang…” sambil mengulurkan tangan.
“farhan.. jangan kaya gitu” kataku kepada farhan.
“aku farhan, temennya sinta” jawabnya sambil
bersalaman.
Kita bertiga mengobrol sebentar, farhan dan gilang
saling berkenalan dan bercakap-cakap, sementara itu aku melayanin beberapa pelanggan yang mau bayar.
Tak lama kemudian gilang menghampiriku sambil membawa beberapa kaset yang dia
ambil.
“sinta.. ini kasetnya. Kamu sudah kenal farhan
dari kapan? Tanya gilang.
“dari SMA, kamu suka dengan film yah?. Banyak
sekali kamu belinya”
“owh.. jelas dong. Farhan orangnya baik yah.
Beruntung sekali farhan sudah mengenal kamu dari sekolah” jawabnya sambil
tersenyum.
“tidak juga, kadang-kadang ngeselin suka buat aku
bête. Nih kasetnya semuanya jadi duaratus limapuluh ribu”
“yah tapi kan kamu sudah mengenalnya dari sekolah.
Nih uangnya”
“ok!!! Kembalinya lima puluh ribu”
“ambil aja kembaliannya”
“makasih kalau begitu” sambil tersenyum manis.
Aku melihat farhan dan dia melihat kearahku juga
dengan wajah yang tidak senang. Aku sendiri masih bingung ada apa dengan
farhan, kenapa dia jadi kesal denganku. Aku sudah mengenalkan dia kepada
gilang, supaya dia tidak kesal denganku lagi tapi kenapa jadi jutek banget
lihat aku. Aku jadi serba salah, dikenalkan salah, tidak dikenalkan juga salah,
maunya seperti apa sih?...
Hujan lagi, hujan lagi itulah yang selalu ada
dalam pikiranku. Kenapa setiap aku pulang kerja selalu hujan heran aku jadinya,
kalau saja tidak hujan aku pasti bisa pulang cepat menemani ibu yang sendirian dirumah.
Seperti biasa aku selalu di halte bis sambil
menunggu hujan reda, entah kenapa aku jadi memikirkan farhan dengan sikapnya
yang tidak aku mengerti. Sambil menunggu hujan tiba-tiba saja datang seorang
wanita, wanita itu berteduh di halte bis. Kulihat dia merapikan rambutnya yang
panjang terurai karena terkena air hujan, kemeja putih yang dia pakai basah
sehingga aku dapat melihat dalam tubuh dia.
Wanita itu duduk disampingku sambil menaruh buku,
yang dari tadi dia pegang terus. Wanita itu tersenyum kepadaku sambil
melambaikan tangannya, dan aku membalas seyumannya. Mataku terus saja melihat
tubuh dia yang semampai, kemeja putih yang dia pakai dapat terlihat jelas tubuh
dalam dia.
“hujannya deras sekali yah, malam ini?” Tanya
wanita itu kepadaku.
“iya, sangat deras. Sampai aku tidak bisa pulang”
jawabku sambil melihat wajahnya yang sangat cantik.
“begitu juga denganku, memangnya kamu habis dari
mana?” tanyanya sekali lagi, sambil mengusap keningnya yang terkena air hujan.
“habis pulang kerja”
“memang kamu kerja di mana?”
Aku mengkerutkan keningku dan dalam pikiranku,
kenapa wanita ini ingin tahu. Ah.. mungkin saja wanita itu hanya ingin
berbasa-basi denganku dari pada membisu.
“kamu lihat toko kaset itu” jawabku sambil
menunjukan toko kaset tempat kerjaku.
“iya” jawabnya.
“itu tempat kerja aku, sehabis pulang kuliah aku
langsung kerja”
“owh.. kamu kuliah juga?” tanyanya sekali lagi.
“iya, kamu sendiri kerja atau kuliah?” tanyaku.
“aku kuliah, di trisakti”
“trisakti, aku juga kuliah disana”
Wanita itu duduknya mendekatiku, bahkan sangat
dekat. Sepertinya kita jadi akrab, meski aku belum sempat mengenal
namanya.
“dari tadi kita terus saja mengobrol tanpa tahu
nama kita” kataku.
“iya yah, aku cyndy” sambil mengulurkan tangan
kepadaku.
“aku sinta” sambil menjabat tangan cyndy.
Kita berdua mengobrol sambil menunggu hujan reda,
tidak aku sangka ternyata cyndy satu kampus denganku dan kita juga satu jurusan
yaitu sama-sama hukum, hanya saja kita beda kelas.
“cyndy kenapa kamu bisa tiba-tiba ada disini,
bukankah ini tempatnya lumayan jauh?” tanyaku pada cyndy.
“aku lagi jalan sama teman, tapi aku kesal dengan
mereka”
“kesal?, kesal kenapa. Trus sekarang teman kamu
kemana?”
“aku tinggal aja, habisnya mereka suka kecentilan
sih, kalau ada cowok keren lewat” jawabnya dengan manja.
Bukankah itu suatu yang wajar, yang dilakukan oleh
seorang perempuan kalau ada cowok keren yang dilihatnya tapi kenapa cyndy kesal
dengan kelakuan temannya. Sudahlah aku tidak mau banyak tanya soal ini.
“sekarang kamu lagi tunggu apa, bukankah dari tadi
taksi ada yang lewat dan kenapa tidak naik?” tanyaku lagi.
“tunggu hujan reda dan tunggu supir aku, habis
mobil aku mogok jadi aku tinggal saja di kampus. Kamu sendiri tunggu apa?”
“tunggu hujan reda dan tunggu metro mini. Memangnya
mobil kamu aman tinggal disana?”
“aman dong…. Aku kan sudah titip sama satpam di
kampus. Mungkin sekarang sudah ada di bengkel” jawabnya.
Tak lama kemudian mobil sedan mewah berwarna hitam
berhenti di depan halte bis, seketika itu cyndy berdiri dan mengambil bukunya
dan memegang tanganku.
“ayo sinta ikut, biar aku anterin kamu sampai
rumah kamu” ajak cyndy pada sinta.
“gak usah, aku bisa pulang sendiri” jawabku.
“gak pokoknya kamu harus ikut, kamu kan sudah
temanin aku mengobrol tadi. Jadi sekarang kamu harus ikut denganku, kita pulang
sama-sama” kata cyndy, sambil memaksa sinta.
“baiklah” jawabku sambil menghela nafas.
Kulihat raut wajah cyndy teramat senang dan dia
tersenyum manis padaku. Sebenarnya aku merasa tidak enak dengannya, padahal
kita baru saja kenal tiba-tiba saja dia mengajakku naik mobil mewahnya.
Didalam mobil aku dan cyndy mengobrol banyak dan
kita berdua saling terbuka, dan saling mengenal satu sama lain. Akhirnya aku
sampai juga dirumah, meski hujan belum reda.
“ini rumahku, kamu mau mampir dulu” kata sinta.
“baiklah, pak diman tunggu cyndy dulu yah. Cyndy
mau mampir ke rumah sinta”
“baik non..” jawab pak diman.
Aku dan cyndy masuk kerumah, kulihat ibu tidak ada
di bangku reot-nya. Aku mempersilakan
cyndy duduk diruang tamu, sementara itu aku mau mencari ibu di kamarnya.
Ternyata ibu sudah tidur, dan kulihat arlojiku pukul sebelas malam. Tidak
biasanya ibu tidur duluan, bukankah dia suka menunggu aku sambil duduk dibangku
reot kesayangan almarhum ayah,
mungkin saja dia lelah.
Aku mengahampri cyndy yang duduk di ruang tamu
sambil membawa secangkir teh hangat untuk cyndy, kulihat dia membaca majalah
yang ada diruang tamu.
“maaf menunggu lama, tadi aku mencari ibu dulu.
Silakan diminum cyndy teh hangatnya” kataku sambil memberikan secangkir teh
hangat untuk cyndy.
“terima kasih sinta, aku minum yah. Memangnya kamu
tinggal sama ibu?” tanya cyndy.
“iya, disini hanya ada aku dan ibu. Kalau ayah
sudah lama meninggal karena sakit jantung dan mas hendro kuliah dibandung, aku
sendiri juga tidak tahu kapan mas hendro pulang” jelasku kepada cyndy.
“owh…, rumah kamu nyaman yah. Tadi aku lihat
ditaman banyak bangat bunga”
“iya, ibu suka bunga. Tapi aku suka pohon karena
kalau gak ada akar dari pohon gak ada bunga, hee” jawabku sambil tertawa kecil.
Kulihat cyndy juga ikut tertawa, tawa cyndy membuatku tak mampu berkata, dia
seperti menghipnotisku dengan senyuman dia dan paras yang molek.
“kalau kamu cyndy, kamu dirumah dengan siapa?”
tanyaku pada cyndy.
“dirumah cuma hanya ada aku saja” jawabnya dengan
enteng.
“lalu ayah dan ibu kamu?”
“mereka diluar negeri. Papi di boston dan mama di
jerman. Mereka sibuk”
“kalau kakak kamu?”
“aku tidak punya kakak dan adik, aku anak
satu-satunya”
“owh.., begitu”
“pasti menyenagkan yah, kalau punya keluarga
seperti kamu?” tanya cyndy pada sinta.
Aku hanya tersenyum tanpa menjawabnya, dan dia pun
ikut tersenyum. Aku mengobrol dengan cyndy sampai tak terasa hujan sudah reda
dan malam semakin larut. Cyndy berpamit pulang kepadaku, aku mengantarkan cyndy
sampai halaman depan rumah dan dia masuk kedalam mobil sedan hitam sambil
membuka kaca dan melambaikan tanganya.
“sampai jumpa lagi sinta, terimakasih yah telah
temanin aku”
“seharusnya aku yang bilang terima kasih kepada
kamu, yah sampai jumpa lagi”
“daahhh…., sinta” teriaknya dengan manja.
“daaahhhh, juga” jawabku sambil melambaikan
tangan.
Matahari sudah besinar dan menerangi kamarku,
seperti biasa ibu pagi-pagi menyanyi lagu jawa
sambil menyiram bunga kesayanganya. Aku melihat ibu didepan jendela kamar
sambil tersenyum sendiri melihat ibu yang sedang bernyanyi. Aku membereskan
beberapa buku yang mau aku bawa ke kampus, tak lama kemudian datang ibu ke
kamarku.
“sinta ada teman kamu” kata ibu pada sinta.
“siapa bu?” jawabku.
“namanya cyndy, dia bilang dia mau berangkat ke
kampus bareng sama kamu” jelas ibu pada sinta.
Kulihat kearah jendela kamar, Honda jazz berwarna merah parkir di halaman
depan rumahku.
“cepat sinta, cyndy menunggu kamu diruang tamu”
Aku langsung masukin buku kedalam tasku, dan
bergegas menuju ruang tamu. Kulihat cyndy sudah ada diruang tamu sambil
tersenyum kepadaku, dan aku membalasnya.
“kamu kenapa?, seperti orang kebingungan saja”
tanya cyndy.
“aku, bingung. Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu
mau datang kerumahku”
“ah.. itu namanya bukan kejutan dong. Kamu sudah
rapi?”
“sudah”
“kalau begitu kita berangkat yuk..” ajak cyndy
pada sinta.
“tunggu sebentar yah, aku pamit dulu sama ibu.
Kamu sudah kenal sama ibuku?”
“sudah didepan tapi belum kenal nama, kalau begitu
aku juga mau pamit sama ibu dan kenalan sama ibu” jawab cyndy dengan manja.
“ibu.. ibu..”
“ada apa sinta?”
“ini bu cyndy teman sinta”
“cyndy bu” sambil mencium tangan ibu.
“cantik sekali kamu cyndy, mirip artis kamu” jawab
ibu polos. Aku dan cyndy tertawa melihat ibu yang begitu antusias terhadap
cyndy.
“sinta juga cantik, sama seperti ibu” kata cyndy,
sambil melihat ke arah sinta yang tiba-tiba saja wajahnya kemerahan.
“ya udah bu, sinta dan cyndy pamit mau berangkat
ke kampus, sudah siang nih”
“iya, hati-hati kalian berdua berangkatnya yah”
Aku dan cyndy menuju mobil, kita berdua berangkat
ke kampus. Sesampainya di kampus, gilang melihat ke arahku yang baru saja
keluar dari mobil cyndy. Aku dan cyndy berjalan bersama, tiba-tiba saja
langkahku terhenti oleh teriakan gilang yang memanggilku.
“sinta…sinta…” teriak gilang.
“siapa dia sin?” tanya cyndy.
“itu gilang teman aku”
“pagi sinta, boleh aku jalan bareng sama kamu.
Biar kita ke kelasnya bareng” pinta gilang pada sinta.
“hmm… baiklah. Oh yah, kenalkan ini cyndy”
“gilang” jawab gilang sambil berjabat tangan pada
cyndy.
“cyndy” jawab cyndy sambil berjabat tangan dengan
gilang.
Kita bertiga jalan bareng dan kulihat raut wajah
cyndy tidak begitu senang dengan kehadiran gilang. Aku jadi semakin bingung,
gilang inikan tampan dan kaya setiap cewek yang dekat dengan dia pasti akan
tebar pesona tapi kenapa cyndy tidak begitu tertarik dengan gilang.
“nanti pulangnya aku boleh bareng sama kamu
sinta?” ajak gilang.
Aku melihat kearah cyndy yang sejak tadi terus
buang muka, dan cyndy juga tidak mau melihat kearah aku dan gilang.
“gak deh makasih, aku pulangnya bareng sama cyndy
kok” jawabku dengan semangat.
Tiba-tiba saja cyndy melihat ke arahku sambil
tersenyum kepadaku, kulihat raut wajanhya begitu senang tidak seperti tadi saat
aku memperkenalkan cyndy pada gilang.
“baiklah, kalau begitu” jawab gilang dengan nada
kecewa.
Aku memegang tangan cyndy dengan erat dan kita
berdua jalan bersama, meninggalkan gilang sendirian. Cyndy merasa senang saat
aku memegang tangannya, semakin lama dia semakin mendekatiku dengan mesra.
Entah kenapa jantungku berdegup dengan kencang saat cyndy memegang punggungku belakangku.
Siangnya aku harus bergegas ke tempat kerja,
kulihat cyndy lagi duduk di taman sendirian, langsung saja aku menghampirinya.
“lagi apa cyn?” tanyaku.
“kamu sudah keluar dari kelas yah, aku menunggu
kamu dari tadi” jawab cyndy.
“menunggu aku”
“iya, menunggu kamu. Bukankah kita akan pulang
bareng hari ini, kamu masih ingat kan sinta”.
Astaga aku lupa, tadi pagi aku bilang kalau aku akan bareng dengan
cyndy.
“ya udah kalau begitu yuk kita pulang” ajakku
tanpa harus membahas pertanyaan yang tadi, yang sebenarnya aku lupa.
Aku dan cyndy pulang bersama, sebenarnya hari ini
aku harus kerja. Karena cyndy ingin makan siang dulu, mau tidak mau aku harus
ikut dengannya. Tadi aku sudah bilang sama cyndy kalau hari ini aku harus
kerja, tapi dia bilang makan dulu aja baru kita ke tempat kerja katanya.
Sampai juga aku ke tempat kerja, meski telat datang
bagaimana pun juga aku harus masuk kalau tidak gajiku akan
dipotong. Cyndy mengantarkan aku ke tempat kerja sampai-sampai dia juga ikut
masuk ke toko kaset. Farhan melambaikan tangannya ke arahku dan dia
menghampiriku.
“kamu habis dari mana sin?” tanya farhan dengan
resah.
“aku tadi habis makan siang dulu”
“bos tadi tanyain kamu tidak biasanya kamu telat
sampai satu jam setengah”
“serius kamu farhan” jawabku dengan kaget.
“iya, serius”
“farhan.. kebiasaan kamu, gak ada bos bukannya
kerja malah ngobrol sama sinta” teriak mira.
“ternyata kamu… aarggghhhh” jeritku.
“sorry, bis kamu lama banget datangnya”
“aku sebel banget sama kamu suka usil” kataku
sambil memukul pundak farhan. Kulihat cyndy melihat ke arah aku dan farhan
dengan raut wajah yang tidak senang, cyndy menghampiri aku dan farhan yang dari tadi bercanda terus.
“farhan kenalkan ini cyndy, teman satu kampus aku”
“sejak kapan kamu punya teman cantik seperti ini,
aku farhan”
“aku cyndy, salam kenal yah farhan”
“yah udah kalau begitu aku tinggal dulu yah, aku
takut mira marah-marah” kata farhan meninggalkan kita berdua.
“farhan itu teman kamu yah?” tanya cyndy pada
sinta.
“iya dia teman aku, dari SMA” jawabku sambil
mengeluarkan kaos kerja di dalam tasku.
“ohh… tapi aku lihat kalian berdua sangat akrab”
tanyanya lagi.
“dia itu sudah aku anggap sebagai sahabat aku dan
saudara aku, lagipula aku tidak mungkin menyukai dia. Tunggu sebentar yah aku
mau ganti kaos dulu”
“baiklah aku tunggu”
Usai mengganti kaos aku menghampiri cyndy, yang
sejak tadi melihat-lihat kaset. Aku memperhatikan tubuh cyndy yang semampai
meski masih tinggian aku sedikit tapi bagiku dia sangat sempurna, jika kau tahu
cyndy isi hatiku aku jatuh cinta pada pandangan pertama, saat hujan membasahi
bumi dan di halte bis itu kita
dipertemukan.
“maaf lama yah” jawabku sambil menepuk pudak cyndy
dengan pelan.
“tidak juga, eh.. kamu sudah nonton film ini
belum”
“sudah, semua yang ada di toko kaset ini, sudah
aku lihat. Baik lagu maupun film”
“hee, hebat kamu. Aku jadi pengen kerja bareng sama
kamu”
“ngapain kerja, bukankah hidup kamu lebih enak.
Kamu mau jadi pelanggan aku gak, dari tadi mira memperhatikan kita berdua
terus”
“aku mau” jawabnya dengan cepat.
“sebenarnya aku males dengan pelanggan yang lain,
suka usil”
“hee,…”
“kamu kok ketawa?”
“kamu itu cantik sinta, mangkanya banyak yang suka
sama kamu termasuk aku”
Aku mengerutkan keningku dan dalam pikiranku
benarkah dia suka denganku. Padahal dari segi penampilan cyndy, dia lebih
feminim dari pada aku yang suka mengenangkan jeans. Sekarang saja dia sangat feminim tidak dengan penampilanku
sekarang.
“apa kamu sudah punya pacar sinta?” tanya cyndy.
“belum punya, kamu sendiri”
“aku juga belum punya, jadi kita berdua sama-sama
jomblo dong” jawabnya sambil menatap ke arahku.
“tidak mungkin, secantik kamu tidak mempunyai
pacar cyndy” kataku dengan penasaran.
“serius aku memang tidak mempunyai pacar, kamu
juga secantik diri kamu tidak mempunayai pacar sinta” tanyanya kembali.
“hee, kenapa kamu jadi balik tanya”
“habis, kamu seakan tidak yakin denganku, lalu
siapa gilang dan farhan itu?” tanyanya kembali.
“mereka berdua teman aku, tidak ada apa-apa
diantara aku, gilang dan farhan”
“tapi kulihat mereka berdua menaruh perasaan
kepada kamu”
“kamu ini kenapa sih cyn, sedikitpun aku tidak
menyukai mereka berdua. Sudahlah jangan tanya tentang mereka berdua, aku sibuk
aku harus kembali bekerja” jawabku sambil meninggalkan cyndy. Sebenarnya aku
takut cyndy ngomong macam-macam lagi, mangkanya aku tinggal saja dia.
“aku hanya ingin tahu sinta” teriak cyndy.
Gara-gara teriakan cyndy beberapa orang yang ada di dalam toko kaset melihat ke
arah kita berdua termasuk farhan dan mira.
Tak lama cyndy menghampiriku di tempat kasir
sambil membawa beberapa kaset yang mau dia beli. Cyndy melihat ke arahku tapi
aku berusaha tidak memperdulikan dia, habis dia membuat aku kesal dengan
bertanya tentang farhan dan gilang, seandaianya dia tahu isi hatiku bahwa aku
tidak menyukai seorang lelaki.
“semuanya jadi tiga ratus ribu” kataku dengan
ketus.
“sinta, aku minta maaf. Soal perkataan yang tadi”
Aku lihat wajah cyndy, tak tega rasanya aku marah
dengannya. Kulihat matanya berair, seakan dia ingin menangis namun ditahan. Aku
tersenyum kearah cyndy, sambil memegang tangan cyndy yang dingin.
“kalau kamu mau menangis, menangis saja. Aku akan
jadi tempat sadaran kamu, aku sudah memaafkan kamu. Sudah yah jangan menangis”
jelasku sambil tersenyum.
Tak terasa air mata cyndy membasahi pipinya, aku
mengusap air matanya. Kuberikan bunga bogenvile yang ada di kasir, aku sengaja
menaruh bunga bogenvile kareana itu pemberian dari ibu.
“terima kasih sinta”
“besok kan libur kamu mau jalan denganku tidak”
ajakku pada cyndy.
“mau….” jawabnya sambil mengusap air mata.
Cyndy tersenyum padaku dan dia tidak menangis
lagi. Cyndy pamit kepadaku dan membawa kaset yang dia beli. Aku merasa bersalah
jadinya membuat cyndy menangis, aku juga yang salah kenapa aku marah tadi sama
cyndy.
Malam hujan lagi mau tidak mau aku menunggu hujan
reda, sudah beberapa hari ini hujan terus membasahi permukaan bumi. Aku jadi
ingat perkenalan pertama kali dengan cyndy, duduk di halte bis sambil menunggu
hujan reda. Kita berdua saling kenal dan tertawa pertama kalinya disini. Lagi
asiknya melamun aku dikagetkan suara klakson
mobil yang berhenti didepan halte, kulihat mobil itu seperti mobil cyndy.
Honda jazz berwarna merah, kaca mobil
terbuka dan seorang wanita tersenyum kepadaku, ternyata memang benar itu cyndy
tapi sedang apa dia malam-malam kemari.
“sinta, ayo masuk ke mobil. Hujannya semakin
deras” ajak cyndy pada sinta.
“kamu cyndy, yah. Sedang apa kamu disini?” tanyaku
dengan berteriak.
“lebih baik masuk aja ke mobil dulu, nanti aku
kasih tahu”
Aku masuk mobil cyndy, kulihat wajah cyndy sangat
senang dan kita melaju meninggalkan halte bis.
“kamu sedang apa cyn?” tanyaku lagi.
“jemput kamu” jawabnya dengan lembut.
“jemput aku?, ini sudah malam dan apa kamu tidak
capek”
“tidak.., sinta aku lagi pula gak ada kerjaan.
Dirumah aku hanya tidur, makan kampus dan pergi ke gereja, yah itu juga setiap sabtu dan
minggu”
“tapi gak usah repot-repot seperti ini, aku bisa
pulang sendiri cyndy”
“sampai hujannya berhenti, bagaimana kalau
hujannya tidak berhenti sampai pagi. Sudahlah lagi pula, aku memang niatnya mau
jemput kamu”
Entahlah saat itu aku tersenyum dan tidak tahu mau
ngomong apa lagi. Saat ini aku merasa senang dekat dengan cyndy, andai dia tahu
perasaan aku dan mengerti perasaan aku. Aku rasa dia tidak seperti aku yang
menyukai sesama jenis, tapi bagaimana kalau dia seorang Lesbian, ahh…. Aku tidak tahu juga.
“kenapa kamu senyum sendiri, cyndy” tanyaku penuh
keheranan.
“tidak, hanya saja aku merasa senang bila dekat
sama kamu” jawabnya sambil menyetir mobil.
“hee, benarkah demikian” jawabku penuh penasaran.
“yah, aku serius. Oh yah... besokkan kita mau jalan yah”
tanya cyndy.
“iya kita mau jalan, tapi enaknya kemana yah?”
“nanti aja kita pikirkan, tapi yang jelas jadikan
kita berdua jalan” jawab cyndy dengan pasti.
“iya harus jadi dong” kataku.
“kalau
begitu kamu menginap dirumah aku yah sin”
“tapi ibu sendirian dirumah, dan lagipula aku
tidak membawa baju”
“masalah baju gampang, nanti biar cyndy yang telepone
ibu. Gimana, ayolah sekali ini aja sin”
“baiklah, tapi kamu yang ngomong sama ibu yah”
“ok!!! Makasih yah sinta”
Sampai juga aku dirumah cyndy, rumah yang sangat
besar untuk ditempati seorang saja. Aku tertegun melihat rumah cyndy yang
begitu besar bahkan halaman yang luas dan tanaman yang begitu indah. Kulihat
cyndy sedang menelepone, dan aku disuruh masuk duluan, aku sendiri tidak tahu
dia menelpone siapa.
Lukisan pantai yang ditaruh di ruang tamu membuat
suasana yang tenang, rumahnya tertata dengan rapi dan apik. Aku duduk disofa
sementara itu cyndy masih diluar sedang menelepone, tidak lama dia masuk
kerumah sambil melihatku yang sedang duduk disofa.
“maaf yah membuat kamu menunggu, tadi aku menelepone
ibu kamu”
“ibu aku, dia bilang apa cyn” kataku dengan
penasaran.
“dia bilang, iya gak apa-apa, asal jangan susahin
orang lain. Gitu ibu kamu bilangnya” jelas cyndy.
“kenapa kamu tidak bilang kalau kamu mau telepone ibu aku”
“tadi aku dah bilangkan biar aku yang melepone ibu
kamu, kamu lupa yah”
“gak aku gak lupa, tapi paling tidak aku juga bisa
menjelaskannya”
“iya deh maaf”
“ya udah gak apa-apa, cyndy aku mau mandi badan
aku lengket”
“mandi di kamar aku yuk, kamu kan bisa mandi air
hangat” ajak cyndy.
Aku menuju kamar cyndy, mataku sambil melihat
kearah seisi rumah. Rumah yang sangat mewah meski hanya ditempati seorang diri,
ada foto yang begitu besar dipampang di ruang TV, sepertinya itu foto keluarga karena aku melihat cyndy yang ada
di tengah.
Sesampainya dikamar cyndy, warna pink berjejer
dimana-mana mulai dari cat tembok, lemari, seprei, bahkan handuk yang berwarna
pink. Ada lagi yang membuat aku menarik dikamar cyndy, banyak sekali boneka
panda kalau di bandingkan dengan kamar aku jauh banget, paling-paling hanya
buku dan gitar akustik saja dikamarku. Cyndy cewek yang femini banget, terlihat
dari kamarnya bahkan cara dia berpakaian sangat jauh denganku.
Mandi juga akhirnya, sumpah badan aku benar-benar
lengket. Kamar mandi yang luas ternyata, mandinya pakai Jacuzzi jujur saja aku baru pertama kali mandi seperti ini, kenapa
gak ada yang normal saja sih kamar mandinya semuanya buat aku bingung. Ada
sabun pemutih, shower, sampho dengan merk ternama, udah kaya dihotel saja nih.
Usai mandi aku memakai baju cyndy yang sudah dia
siapkan, kaos warna pink yang dia kasih serta celana pendek diatas paha, seksi juga ternyata aku, pikirku sambil
menghibur diri.
“kamu sudah selesai mandinya”
“kamu buat aku kaget cyndy, iya aku sudah selesai”
jawabku dengan terkejut.
“kalau begitu makan yuk, bibi sudah menyiapkan
makanan untuk kita berdua”
Aku turun kebawah bersama cyndy, dimeja makan
sudah tersedia makanan yang lezat sekali. Banyak sekali makanan yang dibuat
padahal kita cuma berdua makannya.
“banyak banget makananya” tanyaku pada cyndy.
“iya biar kamu gemuk, badan kamu tuh kurus sekali
sin. Mangkanya aku dan bibi buatin sepesial buat kamu” jawabnya dengan manja.
“makasih yah, ngomong-ngomong badan kamu juga
kurus tuh” kataku sambil duduk bangku makan.
“aku kurus tapi seksi dong, hee” katanya dengan manja.
Usai makan aku dan cyndy masuk kekamar kita mengobrol
sambil berbaring diatas kasur dan memandang langit-langit kamar. Kita saling
memandang satu sama lain lalu tertawa bersama. Tanpa kusadari cyndy memegang
wajahku dan tersenyum manis kepadaku, kulihat paras yang begitu cantik
dihadapanku seperti rembulan dalam malam atau seperti matahari dalam pagi.
Aku membalasnya dengan seyumanku, tiba-tiba saja
cyndy mencium bibirku, jantungku berdegup kencang tak kendali dan nafasku
memburu dengan cepat, aliran darahku mengalir begitu cepat. Sedikitpun aku tidak
berontak, tapi malah mengikuti naluriku sesama jenis. Aku membalas ciuman cyndy
dengan lembut, masih kudengar hujan sangat deras diluar serta petir yang
mengglegar keras.
Kudengar desahan nafas cyndy memburu seketika, tak
terasa tangan dia menyentuh payudaraku dan aku membalasnya dengan menyentuh
payudara cyndy. Kubantingkan tubuh cyndy dan aku berada tepat diatas tubuhnya,
kuciumi lehernya berkali-kali. Bibirnya yang merah merona tak luput aku cium
berkali-kali, kubuka baju cyndy dan kumulai memainkan payudarahnya serta
mengisap putingnya. Cyndy mendesah dan merasakan sensasi kenikmatan yang luar
biasa, kucium tubuhnya yang semampai serta perutnya yang slim. Cyndy membuka bajuku sehingga aku setengah telanjang, tangan
dia memainkan putingku, kita berciuman lagi berkali-kali.
Aku membuka celana pendek cyndy serta celana dalam
yang dia pakai, kulihat cairan kewanitaannya keluar. Saat itu juga aku bermain
didaerah vagina milik cyndy, cyndy
mendesah seperti kerasukan. Tiba-tiba saja cyndy membanting tubuhku dan cyndy
tepat berada diatasku. Sekarang dia yang membuka celana pendekku, kurasakan
cairan kewanitaanku sudah basah di celana dalam, giliran cyndy yang bermain
didaerah vagina milikku. Kita berdua
terus bermain untuk menghangatkan tubuh kita, dengan menyentuh tubuh aku dan
cyndy. Sampai akhirnya tenaga kita terkuras dan tertidur terlelap.
Tak terasa pagi tiba, aku merasakan badanku sangat
pegal, kulihat cyndy masih tertidur pulas tanpa mengenangkan pakaian sedikitpun
yang melekat ditubuhnya. Begitu pula dengan aku yang masih telanjang bulat
tanpa mengenangkan pakaian, aku tersenyum sendiri sambil membayangkan tadi
malam. Aku berjalan membuka tirai jendela dengan tubuhku yang masih telanjang
bulat, kulihat matahari bersinar cerah.
Aku menghampiri cyndy yang masih tertidur pulas,
kucium keningnya dengan lembut sambil tersenyum pada cyndy. Cyndy terbangun dan
melihat kearahku sambil senyum manis.
“selamat pagi cyndy” sapaku.
“pagi juga sinta”
balas cyndy.
“bagaimana tidurmu nyenyak” tanyaku sambil melihat
cyndy yang ingin membangunkan badannya, lalu memelukku dengan tubuh kita yang
masih telanjang.
“nyenyak, makasih yah sayang” jawabnya dengan
manja, sambil mencium bibirku.
Kita berpelukan tak terasa air mataku jatuh kepipi
dan mengenai badan cyndy, tanpa kusadari cyndy pun menangis dan membisikan
sesuatu ketelingaku.
“sinta, jangan tinggalkan cyndy sendiri. Cyndy
sangat mencintai sinta, pada pandangan pertama di halte bis itu dan saat hujan
turun” bisiknya dengan suara yang manja.
“begitupun dengan sinta, sangat mencintai cyndy.
Sinta tidak akan meninggalkan cyndy sendiri. Kalau saja hari itu tidak hujan
kita mungkin tidak akan bertemu di halte bis itu, ah.. tidak bisa aku bayangkan”
jelasku pada cyndy.
Kita berdua pergi keluar menikmati hari libur,
kebetulan sekali hari ini ada karnaval jadinya kita pergi kesana. Disana aku
senang-senang bersama cyndy, sambil makan cemilan dan menikmati es krim
kesukaan kita. Cyndy sangat senang sekali dan menikmati liburan ini, tidak lupa
kita berfoto bersama.
Arlojiku sudah menunjukan pukul dua siang, karena
cuacanya panas sekali dan sepertinya mau hujan kalau cuacanya tiba-tiba panas.
Aku dan cyndy duduk dibawah pohon rindang, kita sambil mengoborl, tertawa, dan
bernyayi.
“sinta, aku boleh tanya sesuatu” tanya cyndy
padaku, yang sejak tadi sandaran dibahu kiriku.
“boleh, memang cyndy mau tanya apa?” jawabku.
“sinta jangan marah yah, kalau cyndy tanya….”
Katanya dengan manja, dan sambil menatap mataku.
“iya aku tidak akan marah, memangnya mau tanya
apa?’ kataku dengan tidak sabar.
“kenapa kamu lesbi”
tanya cyndy yang membuat sinta terdiam.
“tuh kan sinta pasti marah, cyndy hanya ingin
tahu” kata cyndy dengan rasa bersalah.
“baiklah kalau kamu mau tahu. Waktu aku masih
kecil, ibu suka memanjakan aku tapi ayah tidak. Ayah hanya seorang pemabuk,
penjudi dan manta napi” jelasku sambil melihat anak kecil yang sedang bermain.
Cyndy terdiam sambil menatap sinta dan tak mampu bicara selain mendengarkan
sinta.
“ayah suka memukul ibu dan aku, saat itu usia aku
baru berumur tiga tahun dan mas hendro saat itu berusia sepuluh tahu. Mas
hendro selalu pergi disaat ibu dan ayah bertengkar hebat, dan aku berusaha
menghentikan semunya meski aku sadar aku hanya seorang anak berusia tiga tahun”
“lalu apa yang terjadi” tanya cyndy. Aku menatap
cyndy sambil terseyum, dan mencium tangan cyndy.
“saat aku masuk SMP, semua lebih parah. Ayah lebih
jahat, dan mas hendro tega meninggalkan aku dan ibu. Sebenarnya mas hendro
pergi mencari uang, demi aku dan ibu hanya untuk makan dan biaya sekolahku dan
sekolah mas hendro. Sampai akhirnya mas hendro berani memukul ayah sampai ayah
jatuh pingsan, tapi apa ibu malah menangis melihat ayah pingsan dan menyalahkan
mas hendro” kulihat raut wajah cyndy teramat sedih, dan air matanya jatuh
berlinang. Aku menghapus air matanya dan menyuruh cyndy untuk memejamkan matanya
biar aku bisa mencium mata cyndy.
“kenapa jadi kamu yang sedih sih, harusnya aku”
tanya sinta pada cyndy.
“habis cerita kamu buat aku menangis” jawab cyndy.
“sekarang kamu mengertikan kenapa aku seperti ini,
karena ayah itu jawaban aku. Lalu perasaan itu datang dengan sendirinya” tegas
sinta.
“sinta…” cyndy memeluk sinta dengan erat dan
mencium bibir sinta tanpa perdulikan beberapa orang yang melihat tingkah mereka.
“lalu bagaimana dengan kamu cyn” sambil melepaskan
pelukan cyndy.
“kalau aku dari kecil saat mama dan ayah tidak
lagi memperdulikan aku, saat itu juga perasaan itu datang dengan sendirinya”
jawab cyndy singkat.
Hari sudah sore aku dan cyndy bergegas pulang
karena cuaca sudah mendung dan bentar lagi hujan akan turun. Hari yang sangat
menyenangkan dan membahagiakan untukku terlebih untuk cyndy, kita terus
bercerita sambil tertawa terbahak-bahak.
Cyndy mengantarkan aku pulang kerumah, kulihat ibu
lagi duduk sendirian di teras depan rumah. Aku keluar dari mobil bersama cyndy
menghampiri ibu lalu mencium tangan ibu, ibu terseyum melihat aku dan cyndy.
“sudah pulang sin, ada nak cyndy yah. Gimana
jalan-jalannya”
“seru banget bu” jawab cyndy pada ibu.
“yah udah sinta mau masuk yah, ibu masak hari
ini?” tanyaku.
“iya ibu masak, ajak cyndy makan yah”
Aku dan cyndy masuk kedalam rumah, lalu ku ajak
cyndy masuk ke dalam kamarku. Cyndy langsung membanting tubuhnya diatas kasur,
aku merasa tidak enak dengan cyndy kalau kamar aku tidak bagus seperti kamar
cyndy, yang memakai AC bukan kipas
angin atau beberapa boneka yang bagus bukannya gitar akustik dan beberapa buku.
“kamu mau makan dulu cyndy” tanyaku.
“makan dikamar yah, aku capek jalan. Aku mau
tiduran dulu sebentar”
“baiklah, aku bawain makanan ke kamar”
Kutinggalkan cyndy dikamarku, memang aku lihat dia
sangat lelah karena dari tadi dia menyetir mobil dan jalan-jalan, aku juga yang
salah kenapa aku tidak bisa menyetir mobil kalau aku bisa mungkin aku akan bawa
mobil. Aku pergi ke dapur mengambil makanan untuk cyndy dan aku.
“mau kamu bawa kemana makanan itu sinta” tanya
ibu.
“mau dibawa ke kamar sinta bu, kita makan dikamar
saja bu” jawab sinta.
“oh…. Ya sudah, makan yang kenyang yah”
“iya bu”
Saat aku masuk ke kamar cyndy tertidur, aku
membangunkan cyndy supaya perutnya diisi dulu baru boleh tidur.
“cyndy bangun, aku sudah bawa makanan” bisikku
ketelinga cyndy.
“owh.. maaf, aku ketiduran sebentar”
Kita berdua makan sambil tertawa dan mengobrol,
cyndy sepertinya sangat menikmati makanan yang di masak oleh ibu. Sesekali
cyndy melihat beberapa foto yang aku pajang dikamarku, sambil tersenyum
sendiri.
“kamu kenapa tersenyum cyn?” tanyaku penuh heran.
“aku lihat foto-foto kamu, apa itu foto kamu waktu
kecil dengan mas hendro” sambil menunjukan foto.
“iya itu aku dan mas hendro”
“kamu lucu yah, waktu kecil. Kamu suka main gitar
yah” sambil makan sesuap nasi.
“iya, aku suka main gitar. Saat umur aku lima
tahun aku sudah belajar main gitar. Gitar itu pemberian dari mas hendro”
Usai makan kita berbincang-bincang, cyndy tertawa
terbahak-bahak mendengarkan cerita konyolku. Cyndy memintaku memainkan sebuah
gitar dan bernyanyi, aku mengambil gitarku dan aku mulai menyanyikan lagu
berjudul when I fall in love cyndy
merasa terharu mendengarkan aku bernyanyi untuknya.
Ternyata diluar hujan deras sekali dan aku masih
menyanyikan lagu untuk cyndy sampai dia menangis. Cyndy terpukau melihatku
memainkan gitar untuknya dan sebuah lagu dari Mariah Carey feat Boyz II Man “one sweet day”. Semakin lama hujan
semakin deras dan kulihat jam baru menunjukan pukul delapan malam tapi hujan
begitu deras sekali, mungkin karena tadi siang begitu panas.
Aku menghentikan nyanyianku dan berhenti
memainakan gitar, saat cyndy mencium bibirku berkali-kali. Nafsu sesx-ku meningkat dan gairah pun
memuncak, aku membalas ciuman cyndy bertubi-tubi, sampai dia merasakan sensasi
kenikmatan dariku.
Aku dan cyndy bersetubuh kita saling bersentuhan, sampai
akhirnya kita melampiaskan hawa nafsu kita. Permainan dimulai dan desahan pun
tak henti-hentinya, nafas saling memburu satu sama lain. Cyndy dan aku saling
menyentuh tubuh serta bermain di daerah perawan. Sungguh rasa kenikmatan yang
tak bisa kubayangkan dan sebuah sensasi yang luar biasa.
Paginya aku dan cyndy kesiangan berangkat ke
kampus, kita berdua terburu-buru sampai kita berdua lupa untuk merapikan
rambut. Cyndy mengendarai mobil dengan melaju kencang
supaya tidak telat ke kampus. Sampai juga aku dan cyndy ke kampus, dengan
rambut yang belum sempat disisir. Aku dan cyndy berpisah di salah satu tangga
yang membedakan kelasku dan cyndy.
Sial dosen sudah ada lagi, malahan penampilan aku
berantakan. Dengan pedenya aku masuk begitu saja, anak-anak melihat kearahku
sambil tertawa.
“sinta lo habis berantem dimana?, rambut lo pada
berantakan tuh, hahahah” ledek dimas padaku.
“diam aja lo, berisik tahu” jawabku dengan kesal.
Gilang melihat kearahku sambil tertawa kecil
karena melihat penampilanku yang sungguh kacau, aku hanya bisa melihatnya
dengan sinis. Mataku benar-benar ngantuk, dan badanku pada lemes karena
permainan semalam. Sejak tadi aku tidak memperhatikan dosen yang lagi
menerangkan, pikiranku melayang jauh membayangkan hidup bahagia dengan cyndy.
Selesai juga aku kuliah, waktunya aku ketaman
bertemu cyndy. Saat lagi asik duduk dan menunggu cyndy, gilang menghampiriku
dan dia langsung duduk disampingku sambil tersenyum.
“sedang apa sin, di taman?” tanya gilang pada sinta.
“menunggu cyndy” jawabku dengan sinis tanpa melihat
kearah gilang.
“boleh aku temanin, lagi pula ada yang mau aku
omongin sama kamu”
“omongin apa” kataku sambil melihat ke arah
gilang.
“sebenarnya, aku suka dengan kamu. Dari awal kita
semester satu bahkan sampai sekarang aku suka memperhatikan kamu”
“kamu salah menyukai aku” sambil membuang muka.
Ternyata benar lambat laun gilang akan mengungkapkan perasaannya padaku.
“salah??, apa yang salah sin?. Aku hanya ingin
jujur kalau aku sangat menyukai kamu”
Aku terdiam sesaat memikirkan sebuah jawaban untuk
gilang, sambil melihat kearah kelas cyndy.
“sinta kenapa kamu diam, kalau kamu tidak suka
denganku, tidak apa-apa. Mungkin farhan lebih baik dari aku” katanya dengan
nada sedih.
“bukan itu, aku suka dengan kamu. Tapi hanya sebagai sahabat, aku juga suka dengan farhan,
dan hanya sebagai sahabat juga sama seperti kamu”
tegasku pada gilang.
“lalu apa kamu sudah ada yang punya selain farhan”
“ada, ibuku, mas hendro dan cyndy. Serta kamu dan
farhan” jawabku sambil tertawa kecil. Tak lama cyndy menghampiriku dan
melihatku berdua dengan gilang, aku melambaikan tanganku pada cyndy lalu pergi
meninggalkan gilang sendiri di taman.
Dari kejauhan cyndy memperhatikan gilang dengan
wajah yang tidak senang, dan saat itu juga aku melihat gilang dengan wajah yang
sangat sedih setelah cintanya aku tolak. Urusan
gilang sudah selesai dengan cintanya yang aku tolak lalu bagaiman dengan
farhan, apakah farhan akan sesedih seperti ini saat ingin mengungapkan perasaannya padaku yang sama persis dilakukan oleh gilang terhadapku, entahlah
aku juga tidak tahu.
Hari ini aku malas rasanya untuk berangkat kerja,
aku hanya ingin dekat dengan cyndy saja. Sebelumnya aku kirim pesan saja sama
farhan kalau aku tidak masuk kerja dengan alasan sakit. Aku menikmati berdua
bersama cyndy kita duduk di taman kota, sambil bercerita panjang lebar dan
tertawa terbahak-bahak, ciuman dan pelukan kita lakukan di taman kota sampai
orang lain memperhatiakan kita berdua.
Hari-hariku kulalui bersama cyndy sampai aku lupa
dengan pekerjaanku yang suka membolos, sampai farhan terus kirim pesan kepadaku
dan bertanya kalau aku ini sakit apa?, dan sudah dua minggu aku tidak masuk
kerja.
Entah kenapa dikealas
aku ingin cepat keluar dan ingin bertemu dengan cyndy. Saat aku lagi menulis
aku mendengar suara cyndy di dalam kelasku, dia didampingi oleh dosen. Aku jadi
semakin bingung kenapa dia ada di dalam kelasku dan didampingi dosen pula.
“hari ini Cyndy Annatascia, akan bergabung dengan
kita. Dia pindahan dari kelas sebelah” kata dosen.
Aku benar-benar tidak percaya cyndy jadi satu
kelas denganku, kok bisa yah pikirku. Cyndy duduk disebelahku, perasaanku saat
ini benar-benar senang. Aku senang cyndy pindah kelas ke tempatku tapi aku juga
tidak senang kalau cyndy pindah ke kelasku, karena anak-anak cowok pada
ngelirik ke arah cyndy, itu membuat aku kesal. Tapi tidak apalah aku kan sudah tahu perasaan cyndy, lagi pula dia kan
benci banget sama cowok yang dekat dengannya.
“sekarang aku satu kelas
dengan kamu” kata cyndy yang duduk bersebelahan dengan sinta.
“kok bisa? Kaqlau begini
terus kita bisa terus sama-sama” jawabku dengan senang.
Usai dari kampus, aku pergi
ketempat kerja. Sudah satu minggu ini aku membolos, aku juga tidak enak sama
atasanku.
“hai, sinta. Kamu sudah sembuh?” tanya farhan pada
sinta.
“sudah, kenapa kangen yah” ledekku pada farhan.
“gak, siapa bilang aku kangen sama kamu”
“yakin nih, tadi mira bilang sama aku kalau kamu
itu suka resah sendiri kalau gak ada aku dan katanya kamu suka murung, apa
benar itu”
“ah… mira aja melebih-lebihkan” sambil tersenyum padaku sambil melihat kaset yang ada di
depannya.
Ternyata hujan benar-benar tidak ada habisnya,
hujan terus setiap hari, gara-gara hujan banyak pelanggan yang tidak datang untuk membeli
kaset. Cyndy datang ketempat kerjaku sambil membawa makanan, meski diluar hujan
deras dia akan tetap datang ketempatku. Bagaimana kalau badai yang datang, apa
mungkin iya datang, ah.. gak tahu juga kenapa aku jadi mikir yang gak jelas
kaya begini.
Lagi asiknya makan bareng cyndy, tiba-tiba saja
farhan datang menghampiri aku. Sambil membawa sebuah kotak yang dibungkus
dengan kertas kado berwarna merah jambu.
“sinta boleh aku bicara sama kamu sebentar mumpung
sekarang lagi break” kata farhan.
“hmm…. Baiklah tapi hanya sebentar yah. Tunggu
sebentar yah cyndy”
“iya aku tunggu” jawab cyndy.
Aku dan farhan duduk diseberang, kulihat cyndy
melihat ke arah kita berdua dengan perasaan yang gelisah dan cemas. Farhan
berusaha memegang tanganku tapi aku berkali-kali menepisnya.
“ada apa, apa yang mau kamu katakana” tanyaku.
“sinta ini aku berikan sesuatu padamu” sambil
menyerahkan bungkusan kado kepada sinta.
“apa ini?”
“kamu lihat saja sendiri” Aku membuka bungkusan kado itu dan kulihat
patung kecil bergambar sepasang merpati putih yang indah dia berikan padaku.
“sepasang merpati” tanyaku.
“iya sepasang merpati, aku berikan padamu sin”
“tapi buat apa?”
“buat kamu, sebagai tanda rasa sayang aku sama kamu”
“apa, aku gak salah dengar” tanyaku sambil mengerutkan
kening. Tuhan ternyata benar dugaanku, farhan pasti akan mengatakan
perasaannya.
“enggak salah,
aku sayang sama kamu sin. Dari awal kita kenal sampai kita bersahabat” jelas
farhan.
Benar sekali dugaanku kalau farhan menaruh hati
untukku dan apa yang dibilang mira benar sekali. Ya tuhan apa lagi ini, pria
ini baik kepadaku tapi aku tidak ingin melukai hatinya karena cinta yang tidak
bisa dia miliki, asal dia tahu kalau cinta aku hanya untuk cyndy seutuhnya.
“farhan sebelumnya aku minta maaf sama kamu, aku
sadar aku bukan wanita yang sempurna. Selama ini kamu adalah sahabat aku yang
paling aku percaya, sampai sekarang dan mulai saat ini kamu tetap menjadi sahabat
aku. Seorang farhan yang aku kenal”
“jadi kamu tidak mencintai aku”
“aku mencintai kamu, tapi hanya sebagai teman,
sama halnya seperti kamu dan gilang sahabat aku”
“baiklah, aku terima keputusan kamu. Nanti kalau
kamu sudah punya pacar kasih tahu aku yah” katanya dengan sedih.
“iya” jawabku dengan pelan. Andai saja kau tahu
farhan pacar aku adalah cyndy, orang yang aku kenalkan padamu dan sekarang ada dihadapan kamu.
Aku menghampiri cyndy yang lagi duduk sendirian
dengan setianya cyndy menungguku. Aku menceritakan yang tadi saat aku dan
farhan, cyndy tertawa geli melihat ekspresi
wajahku
yang lucu saat aku menceritakannya.
Cyndy bilang padaku kasihan sekali farhan, kau tolak cintanya kalau saja dia
tahu siapa kamu pasti dia akan pergi, tukas cyndy padaku. Itu yang sebenarnya
aku pikirkan cyndy, kepergian orang yang kita sayangi lantaran mereka tidak
menerima keadaan kita seperti ini.
Sudah satu tahun aku bersama cyndy hidup suka
maupun duka, rahasia ini kita simpan baik-baik jangan sampai teman aku dan cyndy
tahu kalau kita menjalin hubungan terlarang. Semuanya begitu terlihat sempurna
tanpa ada yang tahu hubungan kita, sudah kuberikan sejuta ciuman untuk cyndy,
dan sejuta pelukan hangat untuk cyndy tercinta. Begitu juga dengan cyndy
terhadapku, sekarang cyndy ikut-ikutan bekerja di toko kaset bersamaku. Kita
berdua bukannya belajar atau bekerja tapi malah asik bercanda dan saling
mengelitik.
Hari ini mas hendro pulang ke jakarta, sekarang
dia sudah jadi sarjana. Kemarin wisudanya mas hendro aku tidak sempat datang,
jadi yang datang hanya si ibu yang
sudah dijemput sama mas hendro. Mas hendro marah-marah padaku lantaran aku
tidak datang ke acara wisudanya, sebenarnya aku ingin datang tapi aku tidak
mungkin meniggalkan cyndy yang lagi sakit.
“sinta.. sinta.., mas hendro pulang” teriak mas
hendro.
Aku dan cyndy keluar dari kamarku, aku langsung
lari dan memeluk mas hendro yang tinggi serta badan yang tegap dan berisi. Aku
terus mencubit pipi mas hendro sampai mas hendro kesakitan. Mas hendro melihat
ke arah cyndy, yang sejak tadi tertawa melihat tingkahku terhadap mas hendro.
Mas hendro memberikan sinyal padaku
bahwa dia ingin diperkenalkan pada cyndy.
“siapa itu sin, mas masa gak dikenalin”
“oh yah, sampai lupa. Ini teman sinta namanya
cyndy”
“hai aku hendro”
“cyndy”
Kulihat mas hendro terus menatap cyndy. Aku takut
mas hendro suka dengan cyndy, bagaimana jadinya kalau saja mas hendro suka
dengan cyndy. Sungguh aku tidak bisa membayangkan.
Mas hendro, aku, cyndy dan ibu. Duduk diruang
tamu, sambil bercerita. Kita semua tertawa terbahak-bahak mendengarkan cerita
mas hendro. Memang dasar mata lelaki suka sekali melihat cewek cantik, begitu
yang saat ini yang dilakukan oleh mas hendro
terhadap cyndy.
Dari tadi mas hendro suka mencuri pandang kearah
cyndy. Aku
takut mas hendro menaruh hati terhadap cyndy. Coba saja
kalau mas hendro tahu siapa cyndy sebenarnya. Aku merasa muak dengan sikap mas
hendro. Langsung saja aku pergi ke dapur. Aku menghela nafas panjang dan
bersandar di dinding.
“sinta kamu lagi apa?” tanya mas hendro yang
tiba-tiba saja datang kedapur.
“gak lagi apa-apa kok” jawabku sambil membalikan
badan ke arah mas hendro.
“cyndy cantik yah, sinta. Kamu kenal dimana?”
tanya mas hendro lagi sampai membuat sinta menghela nafas berkali-kali.
“dia satu kampus denganku, dan dia juga satu kelas
denganku. Kenapa mas tiba-tiba tanya soal cyndy?”
“hee…. Habis dia cantik banget” jawabnya sambil tersipu malu. Tuhan jangan
sampai mas hendro suka dengan cyndy, gumamku dalam hati.
“iya dia cantik, jangan bilang mas hendro suka
lagi dengan cyndy”
“kalau iya kenapa, memangnya ada yang marah gitu”
jawabnya sambil memegang sendok yang diarahkan ke wajah sinta, lalu pergi.
Aku terdiam tak bisa menjawab. Pikiranku kacau tak
tahu harus bagaimana. Jangan sampai cyndy tahu kalau mas hendro suka dengannya.
Aku kembali keruang tamu kulihat disana ada mas hendro dan cyndy yang lagi asik
mengobrol.
“lagi asik yah, kalian berdua”
“iya sin, mas kamu ini lucu yah” kata cyndy.
“loh mas, ibu
mana?” tanyaku sambil melihat seisi ruangan.
“ibu pergi ke pengajian, baru saja pergi” jawab
mas hendro, dengan memberikan senyum pada cyndy bukannya melihat kearahku.
Kulihat mas hendro sudah mulai akrab dengan cyndy.
Aku sendiri tidak tahu pakai jurus apa mas hendro sampai membuat cyndy tertawa
terbahak-bahak dan menjadi suka dengan mas hendro karena sikapnya. Biasanya
cyndy paling tidak suka kalau ada seorang lelaki yang menghampirinya atau yang
mau kenalan dengnya tapi kenapa dengan mas hendro tidak, mungkin karena dia kakakku.
Cyndy sudah pulang kerumah dia sampai seharian
dirumahku, aku duduk sendiri didepan teras rumah, sambil menikmati malam hari.
Mas hendro datang menghampiriku sambil membawa secangkir kopi, lalu duduk
dibangku malas.
“kamu sedang apa sin, malam-malam begini” tanya
mas hendro sambil minum secangkir kopi.
“melamun” jawabku enteng.
“melamun?, memangnya apa yang sedang kamu
pikirkan”
“hmm… tidak ada” kataku sambil menghampiri mas
hendro.
“sekarang kesibukan kamu apa sin selain kuliah dan
kerja, apa kamu sudah punya pacar” tanyanya sambil meledek sinta.
“pacar?? Gak sempet, mikirin kuliah aja sudah
mumet apa lagi pacar” jawabku sambil melihat mas hendro tertawa.
Aku dan mas hendro mengobrol sambil ditemanin
suara jangkring dan bulan yang indah tanpa hujan yang membasahi permukaan bumi.
“sekarang mas sendiri giman kegiatanya, setelah
datang ke jakarta”
“mas sekarang lagi mencari pekerjaan, kebetulan
ada teman mas yang mau menawarkan pekerjaan. Percuma mas kuliah tinggi-tinggi
kalau ujung-ujungnya menganggur di Jakarta” sambil mengisap rokok.
“kenapa gak berusaha kerja di bandung mas”
tanyaku.
“peluangnya kecil, kalau di Jakarta kesempatanya
luas. Jangan-jangan kamu senang lagi kalau mas tinggal di bandung selamanya”
katanya sambil meledek.
“seneng sih jadi gak ada orang yang suka usil
lagi, hee..” kataku sambil tertawa.
“enak saja kamu. Eh.. mas mau tanya, si cyndy itu sudah punya pacar belum?”
tanya mas hendro.
“tanya aja sendiri sama orangnya” jawabku dengan
ketus.
“yah kamu kan temennya sin, kalau begitu mas minta
nomer handphone-nya dong” sambil mengeluarkan handphone dari saku celana.
“buat apa sih mas?” kataku dengan tidak senang.
“yah buat ngobrol lah, mas kan pengen kenal dengan
cyndy” jawabnya singkat. Aku pergi meninggalkan mas hendro di depan rumah
sambil menggerutu.
“eh.. mau kemana, mana nomer handphone-nya” pinta
mas hendro padaku.
“aku mau ambil handphone dulu dikamar, aku gak
hapal nomernya” kataku sambil meninggalkan mas hendro.
“jangan lama-lama yah” teriak mas hendro.
Aku duduk dikasur sambil mengehela nafas,
kubaringkan tubuhku diatas kasur sambil memikirkan cyndy. Cyndy apa yang harus
aku lakukan mas hendro suka dengan kamu, aku harus apa cyndy. Kulihat foto
cyndy yang ada dikamarku, sambil kupandang wajahnya yang memiliki paras
bidadari. Tak terasa air mataku jatuh dikala aku melihat wajah polos cyndy.
“sinta.. sinta” teriak mas hendro. Aku langsung
menghapus air mataku dan menaruh kembali foto cyndy.
“iya sabar kenapa sih” gerutuku pada mas hendro.
“habis kamu lama banget sih, mas kan cuma minta
nomer handphone-nya cyndy”
“nih nomernya” sambil menyerahkan selembar kertas.
Kulihat raut wajah mas hendro sangat senang sekali
saat aku memberikan nomer handphone cyndy.
Dengan sekejap dia menekan nomer cyndy lalu berusaha menelpone-nya.
Berkali-kali mas hendro mencoba menghubunginya namun tak diangkat oleh cyndy.
“kok gak diangkat sih, kamu salah kasih nomer
kali” kata mas hendro dengan penasaran.
“bener kok, mungkin cyndy-nya lagi tidur. Mungkin
dia capek mas seharian dirumah sinta belum lagi tadi siang ngerjain beberapa
tugas dari dosen” singkatku.
“bener juga kamu yah, ya udah biar besok pagi aja
mas telepone cyndy.
Sekarang kamu tidur sudah malam ini”
“kenapa mas tiba-tiba mengatur sinta” jawabku
dengan heran.
“oh.. yah.. kamu sudah besar yah, lupa mas”
ledeknya pada sinta.
Aku masuk kekamarku dan mengambil handphone-ku
diatas kasur. Aku mencari nomer cyndy yang satunya lagi. Aku mencoba hubungi
dia.
“tuutttt...tuuuutttt....tuuutttt..”
“halo, cyndy. Maaf buat kamu terbangun dari tidur”
“gak apa-apa, ada apa sin?” tanya cyndy.
“sebelumnya aku minta maaf cyn, aku kasih nomer
handphone kamu yang satu lagi ke mas hendro”
“owh.. gak apa-apa, lagi pula aku kan jarang
banget pakai nomer itu. Aku cuma pakai nomer pribadi aku hanya untuk kamu. Tapi
kamu gak kasih nomer pribadi aku kan?”
“tentu aja enggak”
jawabku.
“cyndy ngantuk nih, kita ketemu besok yah sayang”
dengan manja pada sinta.
“maaf yah sudah bangunin kamu malam-malam begini.
Met bobo yah sayang”
“buat kamu apa sih yang enggak, cyndy sayang
sinta’
“makasih sayang. Sinta sayang cyndy”
“mmmmuuuuaaaccchhhh…” cium cyndy.
“mmmmuuuuaaaaaccchhh….” Cium sinta.
Seperti biasa cyndy jemput aku dengan Honda jazz-nya. Aku bergegas menuju ruang tamu
mungkin cyndy sudah ada di ruang tamu ditemanin oleh ibu, ternyata bukan ibu
yang temanin cyndy melainkan mas hendro yang sudah berpakaian rapi.
“maaf membuat kamu lama” kataku sambil melihat kearah
cyndy.
“ah.. tidak juga kok, ada mas hendro jadi kita
mengobrol dulu sambil tunggu kamu”
Aku lihat mas hendro berpakaian sangat rapi dengan
stelan jas serta dipadu sepatu kulit hitam yang mengkilap. Aroma tubuhnya yang
wangi membuat aku mual karena minyak wanginya yang terlalu menyengat.
“busyet deh, mas hendro mau kerja apa mau
kondangan sih. Minyak wanginya nyengat banget, udah kaya bau bangkai tikus”
“enak aja, nih minyak wangi mahal. Beli di bandung.
Ya udah mas mau berangkat”
Kulihat cyndy tertawa sampai wajahnya memerah.
Kita bertiga berangkat, aku dan cyndy naik mobil dan mas hendro mengendarai
motor ninjanya. Tidak lupa berpamitan pada ibu yang melambaikan tanganya di
teras depan rumah.
Sesampainya dikampus aku mengobrol dibawah pohon
rindang bersama cyndy sambil menikmati es krim. Sebenarnya aku tidak masuk
kelas, karena aku dan cyndy tidak suka dengan dosen yang satu ini mangkanya aku
keluar saja dari kelas. Lagi asiknya kita berdua, datang putri menghampiri kita
dengan tersenggah-senggah.
“sinta..huh..huh…”
“tarik nafas dulu baru cerita put” kata cyndy sambil mengelus pundak belakang putri.
“tadi pagi saat mau berangkat kampus, gilang
mengalami kecelakaan” jelasnya pada sinta dan cyndy.
“kok bisa, emangnya dia lagi ngapain” kataku
dengan penasaran.
“dia nabarak trotoar, habis salah sendri kenapa
setir mobilnya ngebut”
Aku merasa kasihan dengan gilang. Biar bagaimanpun
juga dia teman aku dan aku pernah mengenalnya. Aku dan cyndy akan berencana
ingin menjenguk gilang dirumah sakit.
Aku minta alamat
rumah sakitnya dengan putri. Karena aku akan berencana kesana bersama cyndy.
Meski awalnya cyndy menolak, aku beri dia nasehat dan akhirnya dia mengerti
juga. Kita berdua sepakat akan temui gilang dirumah sakit.
Sesampainya dirumah sakit aku dan cyndy mencari
ruangan gilang yang sedang
dirawat. Saat aku masuk kedalam aku lihat beberapa teman kampus datang untuk
menjenguk. Kulihat gilang dalam keadaan yang sangat
parah, kaki dan tangannya diperban tapi dia masih bisa
tersenyum meski kecelakaan tadi pagi begitu parah.
“hai sinta.. hai cyndy..” sapa gilang.
“kamu kok bisa seperti ini” kataku dengan khawatir
melihat luka gilang.
“aku ngebut saat mau berangkat ke kampus, terus
aku nabrak trotoar” singkatnya padaku dan cyndy.
Cyndy menaruh buah-buahan diatas meja yang baru
saja kita beli di pasar swalayan. Kita semua yang ada diruangan ini, menghibur gilang. Gilang masih saja menatapku
sama seperti waktu itu. Tanpa kusadari cyndy juga melihat ke arah gilang dengan
raut wajah yang tidak senang.
Diperjalanan usai menjenguk gilang, cyndy hanya
bisa diam terus. Aku sudah beberapa kali berusaha untuk mengobrol tapi dia
tetap saja diam membisu. Tidak biasanya aku mendapatkan cyndy seperti ini.
Cyndy mengajakku ke taman sambil berlari seorang diri dan meninggalkan aku
dibelakangnya. Dia duduk dibawah pohon rindang, aku mengampirinya.
Kulihat cyndy menangis, aku jadi semakin tidak
mengerti ada apa dengan cyndy. Cyndy berusaha mengelurkan kata-kata dari
mulutnya sambil terseduh-seduh.
“ka..mu.., hiks..hiks.. gilang.. hiks..hiks…
melihat kamu terus” katanya sambil menangis terseduh-seduh.
“owh.. itu masalahnya”
“jelas itu masalah buat aku sinta, aku merasa
risih kalau gilang melihat kamu. Seharusnya kita tidak usah datang kerumah
sakit. Kalau kamu mau jenguk gilang, jenguk aja sendiri” teriak cyndy sambil
menangis.
“aku minta maaf, aku salah. Kamu kan tahu kalau aku tidak
suka dengan gilang. Meski gilang dan farhan atau lelaki lainnya, melihat aku
dengan pandangan yang berbeda. Rasa cinta aku hanya untuk kamu cyndy” tegas
sinta dengan tegar menghadapi cyndy yang kekanank-kanakan dan manja.
Cyndy asal kau tahu kalau mas hendro menaruh hati
untuk kamu tapi aku berusaha untuk menutupinya dari kamu, lantaran aku takut
kamu membenci mas hendro. Tapi aku sudah mengenal dirimu melibihi diri kamu
sendiri. Cyndy memeluk sinta dan memberikan ciuman hangat di bibir sinta. Aku memegang
wajah cyndy dengan kedua tanganku, lalu menghapus air matanya.
Kita berdua berpelukan mesra dibawah pohon
rindang. Tempat ini adalah tempat kesukaan kita berdua untuk memadu kasih dan
cinta yang terlarang. Dalam benakku banyak ketakutan tentang cinta kita. Aku
takut berpisah dengan cyndy, bagaiman jadinya cinta kita dipisahkan oleh
keadaan dan ketakutan.
Lima bulan sudah mas hendro di Jakarta, dan sudah satu tahun lebih aku menjalanin
hubungan dengan cyndy. Selama lima bulan itu mas hendro semakin besar mencintai
cyndy, mas hendro sudah berani mengajak cyndy untuk menonton berdua. Untungnya
saja cyndy banyak alasan utuk menghindari mas hendro.
Semakin lama cyndy mulai merasa curiga terhadap
mas hendro yang berprilaku aneh terhadap dirinya. Cyndy sempat tanya padaku
tentang kelakuan mas hendro. Aku berusaha semampuku jangan sampai cyndy tahu kalau mas hendro suka
dengan cyndy.
“sinta.. sebenarnya mas hendro itu kenapa sih sama
aku” tanya cyndy.
“maksudnya?” tanyaku pura-pura tidak tahu.
“iya. Mas hendro suka kasih puisi gitu sama aku,
aku kan gak ngerti maksud dia apa. Belum lagi dia mau ngajakin aku nonton
bareng terus makan berdua, itu sudah dia lakukan sampai berkali-kali. Tapi aku
tolak, dengan alasan aku sibuk kuliah. Mangkanya kalau aku kerumah kamu aku
langsung ke kamar kamu aja. Jangan-jangan mas hendro suka lagi dengan aku”
jelasnya pada sinta. Aku berusaha menelan ludah yang sempat kering
ditenggorokan.
“masa sih, mungkin dia becanda kali”
“gak mungkin, pokonya aku gak mau ketemu sama mas
hendro. Aku takut, mulai dari sekarang kamu nginep ditempat aku yah, terus
tinggal disini temenin aku” katanya dengan manja.
“tapi ibu gimana?”
“kan ada mas hendro yang temenin” jawabnya sambil
memelukku.
Aku mencium bibir cyndy dan cyndy membalasnya
dengan hangat. Lalu kita berpelukan dan tertidur dikamar cyndy. Saat kami
tertidur suara telepone cyndy berdering. Dia tidak langsung mengangkatnya
melainkan dilihatnya dengan wajah yang cemas.
“kenapa gak diangkat cyn” tanyaku.
“ini dari mas hendro” jawabnya sambil menyerah
handphone-nya padaku.
“angkat aja cyn. Mungkin mas hendro mau ngomong
sama kamu” kataku sambil meledek.
“ihh.. apaan sih kamu, aku bingung mau ngomong apa
sama mas hendro. Aku takut dia ngomong yang bukan-bukan” jawabnya sambil
melihatku.
“ya sudah kalau gitu biarin aja, kalau kamu tidak
mau mengangkatnya” kataku sambil menaruh handphone diatas meja.
Kita berdua kembali tidur sambil berpelukan. Aku
merasakan cyndy memelukku dengan erat, dan bibirnya menyatu ke bibirku. Saat
itu aku memikirkan semua ini. Aku takut rahasia ini akan terbongkar. Aku tidak
mau berpisah dengan cyndy, hanya cyndy yang aku punya.
Cyndy telah menghipnotis diriku. Aku sangat kenal
siapa cyndy. Manja, takut, suka menangis dan ingin dilindungi. Semuanya
bertolak belakang sekali denganku. Aku yang tegar, sabar, dan setia. Menangis dengan alasan yang jelas itu bukan diriku, atau
bermanja-manjaan.
Paginya aku pulang kerumahku. Kulihat ibu dan mas
hendro lagi di halaman rumah, sambil menanam bunga. Mas hendro langsung berdiri
melihat aku pulang dan si ibu masih
mengurus tanamannya tanpa tahu kehadiranku.
“mana cyndy, kamu tidak datang dengan cyndy” kata
mas hendro, sambil melihat kesana-kesini.
“gak lah mas, dia
dirumahnya” jawabku sambil berjalan menuju rumah.
“eh.. sinta, mas mau bicara sama kamu” kata mas
hendro.
“nanti saja yah mas, sinta capek. Habis mengerjain tugas dari dosen” jawabku sambil berbalik arah.
“baiklah”
Sesampainya dikamar aku menghempaskan tubuhku diatas kasur. Sambil memikirkan mas hendro.
Sebenarnya apa yang mau dia bicarakan denganku. Aku bangkit dari tempat tidur.
Kulihat diriku dicermin, sambil memegang wajahku. Ternyata benar kata cyndy,
kalau aku cantik. Kenapa aku baru menyadarinya, cyndy juga cantik. Jadi kita
berdua pasangan yang sama-sama cantik, kataku sambil bicara sendirian dicermin.
Kulihat jam dikamarku sudah menunjukan pukul
sepuluh pagi. Perutku lapar, aku pergi kedapur. Kulihat didapur tidak ada
apa-apa. Mau tidak mau aku masak Mie Instan. Aku makan dimeja makan sambil
kirim pesan dengan cyndy. Rencanya aku mau ajak cyndy jalan sore.
Sinta…
Cyndy
bagaiman sore ini kita jalan, kamu mau?
Cyndy…
Aku
mau sin, kita jalan kemana?
Sinta…
Bagaiman
kita ke taman kota, katanya disana ada karnaval. Kamu
mau?
Cyndy…
Aku
mau, aku tunggu kamu jam empat sore, sayang.
Sinta…
Baik,
jam empat sore aku kerumah kamu. I love you.
Cyndy…
I
love you too, mmmuaacchhhh….
Itulah pesan singkat aku dengan cyndy. Tak lama
mas hendro menghampiriku dimeja makan, sambil membawa segelas kopi hitam dan
sambil menghisap rokok.
“lagi apa kamu?” tanya mas hendro, sambil duduk
disamping sinta.
“lagi makan, mas gak lihat apa” jawabku dengan
kesal.
“sin, kamu kenapa sih. Jadi suka marah-marah
dengan mas hendro, memangnya mas hendro salah apa?” tanyanya penuh heran.
“tanya aja sama diri mas?” tanyaku balik.
“loh kok, gak biasanya mas dapati kamu seperti
ini. Dengan sikap kamu yang tiba-tiba tidak senang dengan mas, kenapa sin?.
Kalau mas punya salah mas minta maaf, mas tidak mau bertengkar, tidak jelas
seperti ini”
Andai saja kau tahu mas hendro. Aku marah kenapa,
kalau saja mas hendro tidak menaruh hati dengan cyndy mungkin aku tidak marah
dengan mas hendro, yang tidak jelas seperti ini. Mas hendro tidak tahukah siapa
cyndy?, cyndy itu kekasih aku mas. Kenapa mas tidak bisa mengerti jeritan
hatiku mas hendro.
“ok.. kalau kamu tidak mau membahas soal ini tidak
apa-apa. Sekarang mas mau tanya sama kamu, kenapa kamu suka membolos kuliah dan
kenapa juga kamu tidak kerja” tanya mas hendro dengan tegas.
“males aja mas” jawabku dengan enteng.
“males?, kamu mau jadi apa. Pokoknya mas gak mau
tahu kamu harus giat kuliah. Masalah uang biar mas yang atur, dan gak usah
kerja di toko kaset. Kamu focus kuliah saja” bentak mas hendro.
“mas hendro kenapa jadi ngatur-ngatur sinta sih,
sinta sudah dewasa. Sinta tahu mana yang baik untuk sinta” bentakku sambil
meninggalkan mas hendro.
“sinta aku ini mas kamu, mas tidak mau hidup kamu
berantakan. Sintaaa….” Teriak mas hendro.
Ya tuhan kenapa jadi seperti ini. Kenapa semenjak
ada mas hendro aku jadi ditekan. Saat aku bersama cyndy, tanpa mas hendro semua
baik-baik saja. Aku memandang foto cyndy, sambil menangis. Tuhan aku tidak mau
berpisah dengan wanita ini. Hanya dia yang aku cintai, tidak ada yang lain
selain cyndy. Aku tahu hubungan ini terlarang. Tapi apa salahnya aku ingin
bahagia denganya.
Air mataku terus saja mengalir, tanpa kusadari air
mataku jatuh dan membasahi fotoku bersama cyndy. Aku terus saja menangis sampai
mataku bengkak. Kulihat jam sudah menunjukan jam tiga sore. Aku harus
bersiap-siap ke rumah cyndy. Aku keluar rumah tanpa sepengetahuan mas hendro.
Kalau dia lihat aku dia pasti tidak mengijinkannya.
Sampai juga aku kerumah cyndy. Aku masuk ke
halaman rumah cyndy. Kulihat pintunya terbuka. Langsung saja aku masuk.
“cyndy… cyndy…?” teriakku.
“aku dikamar sinta, kamu kemari saja” teriak
cyndy.
Aku menuju kamar cyndy. Pintunya tidak terkunci,
jadi aku masuk saja. Kulihat cyndy telanjang bulat tanpa busana, dia
menghampiriku dan langsung mencium bibirku. Seraya itu tangannya menyentuh
payudaraku. Aku tak kuasa, saat cyndy mengeluarkan nafsu sesx-nya. Cyndy menciumku bertubi-tubi, dan aku pun membalas
ciumannya.
Langsung nafsu sesx-ku
meningkat. Aku langsung menguasai permainan ini. Cyndy mendesah berkali-kali,
saat aku mengisap payudaranya. Kudorong tubuh cyndy yang semampai ke arah
tempat tidur. Kubantingkan cyndy, dan kutindihi dia dengan tubuhku. Saat
pikiran sudah dirasuki oleh hawa nafsu, semua terhenti begitu saja karena
dering telepone-ku berbunyi. Aku menghentikan permainan ini. Kulihat mas hendro
menelepone-ku. Aku bingung mau aku angkat atau tidak. Kalau aku angkat aku
harus bicara apa, tapi kalau tidak dia pasti marah-marah.
Cyndy mengambil handphone-ku. Lalu meletakan
handphone-ku dia atas mejanya yang tidak begitu jauh dengan tempat tidurnya.
“mas hendro mengganggu saja yah” kata cyndy. Aku
tersenyum tanpa menjawabnya, cyndy menarik bajuku dan menciumku lagi.
“cyndy.. jadikan hari ini kita jalan ke taman
kota” kataku sambil melepaskan ciuman cyndy.
“sampai lupa. Jadi keasikan, jadi dong sayang,
tunggu sebentar yah aku pakai baju dulu. Eh… kalau aku pergi gak pakai baju
giman sayang” jawabnya dengan manja.
“APA..” kataku dengan kaget.
“hee, sampai segitunya sih. Gak mungkin lah, aku
kan becanda” jawab cyndy sambil mencium bibir sinta.
Aku dan cyndy tertawa. Usai pakai baju, kita berdua keluar dari kamar. Langsung saja kita berdua bergegas menuju mobil, untuk berangkat
ke taman kota. Kalau tidak cepat-cepat bisa kemalaman kesana.
Sampai juga aku ke taman kota. Tempat aku dan
cyndy untuk bersenang-senang. Terlebih pohon rindang yang ada ditaman kota,
tempat biasa kita berteduh dari panas dan hujan.
Hapal betul pedagang siomay dengan kita berdua.
Memang kita suka makan siomay, dibawah pohon rindang ini. Malam ini semakin banyak orang yang berdatangan ditaman
kota. Suara petasan dan kembang api meramaikan suasana malam dikeramaian kota.
Aku dan cyndy terpukau melihat kembang api yang dilepaskan diatas langit. Warna
yang begitu indah, sampai mata kita tak berkedip sedikitpun.
Tak lupa aku dan cyndy berfoto bersama. Banyak
jajanan yang berlalu-lalang dipinggir kota. Anak-anak berlarian kesana kemari,
dan sepasang kekasih memadu asmara di keramaian kota ini. Aku mencium cyndy
ditengah kota, sampai beberapa orang melihat kita berdua. Aku tidak
memperdulikan mereka semua, yang jelas aku
dan cyndy merasa senang.
Jarum jam sudah menunjukan pukul satu malam, acara
sudah mulai usai. Aku dan cyndy pergi meninggalkan taman kota. Malam ini cyndy
ingin menginap dirumahku. Dia tidak peduli meski ada mas hendro. Saat sampai
kerumah kulihat mas hendro dan beberapa temannya lagi nongkrong dihalaman
ruamah. Mereka semua lagi asik tertawa dan merokok sambil minum kopi hitam.
”habis dari mana kamu sinta?” tanya mas hendro.
“habis dari taman kota, ada acara disana”
“acara apaan?” tanyanya lagi.
“itu hendro acara pesta kembang api” jawab teman
mas hendro.
“owh…., hai cyndy. Nginep yah” tanya mas hendro
melihat arah cyndy.
“iya mas hendro, cyndy nginep disini” jawab cyndy
sambil malu-malu.
“yah udah mas, sinta ngantuk. Sinta sama cyndy
masuk kamar dulu” sambil memegang tangan cyndy dan membawa masuk kekamar.
Kita berdua membaringkan tubuh kita diatas kasur,
sambil melihat langit-langit kamar. Sesekali kita saling memandang dan
tersenyum. Diluar mas hendro dan teman-temannya tertawa terbahak-bahak sampai
membuat gaduh suasana malam.
Cyndy melihat foto- foto kita, sambil tersenyum
sendiri. Difoto itu aku dan cyndy, yang ada ditaman kota. Usai melihat foto,
cyndy berbaring lagi dikasur. Kita berdua sambil menatap, tanganku memegang
tangan cyndy dengan erat.
“sinta tidak mau kehilangan cyndy” pinta sinta
pada cyndy.
“begitu juga dengan
cyndy, cyndy tidak mau berpisah dengan sinta” mendekati sinta untuk memeluk.
“sinta takut kalau hubungan ini terbongkar, dan
apa yang harus aku perbuat?. Kalau saja hubungan ini terbongkar”
Cyndy terdiam sambil membuang muka dari arahku. Saat
itu aku menghampiri cyndy, yang
membelakangi diriku. Kulihat air
matanya berlinang, yang tak kuasa dia tahan.
“aku tidak bisa hidup tanpa kamu, sayang” kata
cyndy sambil melihat langit kamar dan berusaha menahan air matanya.
“hanya jalan satu-satunya, melawan cyndy. Biar aku
yang akan melawannya, asal aku tidak mau kamu bersedih” jelasku pada cyndy.
“cyndy memang lemah sinta, penakut, manja, suka
menangis, kekanak-kanakan. Cyndy tidak bisa seperti sinta, yang tegar dan
sabar” jawab cyndy sambil menangis.
Aku terdiam saat melihat raut wajah cyndy, yang
penuh dengan kesedihan. Aku menindihi tubuh cyndy. Aku cium bibirnya yang merah
merona. Cyndy pun membalasnya, penuh hangat dan lembut.
Diluar aku tak lagi mendengar suara teman-teman
mas hendro. Mungkin mereka sudah pulang. Aku melakukan permainanku dengan cyndy. Kita berdua saling
berpelukan mesra. Saat kita lagi asik menikmati permainan ini. Tiba-tiba saja hujan
dating
dengan deras mengguyur permukaan bumi.
Aku dan cyndy saling berpelukan dengan erat, tanpa
busana sedikitpun yang melekat ditubuh kita. Berciuman dan bermain didaerah
kewanitaan. Kita berdua memadu kasih terlarang. Saat aku dan cyndy menikmati
permainan ini, tiba-tiba saja pintu kamarku dibuka oleh mas hendro.
Mas hendro terblahak melihat kita berdua dalam
keadaan telanjang. Matanya melotot kearah kita berdua. Aku dan cyndy kaget
bukan main. Jantungku berdebar dengan kencang. Kulihat wajah cyndy pucat pasi
dan tangannya sangat dingin.
“KALIAN SEDANG APAAAA…” teriak mas hendro pada
kita. Mas hendro menarik rambutku yang panjang terurai, dan aku diseretnya
dalam keadaan telanjang bulat. Cyndy yang menyaksikannya sangat ketakutan.
Untung saja saat itu ibu tak ada dirumah.
Mas hendro menamparku berkali-kali. Aku merasakan
sakit yang bukan main. Saat mas hendro menamparku mataku tertuju dengan cyndy.
Cyndy menghampiri mas hendro yang sejak tadi terus memukulku sampai berdarah.
Mas hendro melempar cyndy, dan dia melanjutkan
pukulan terhadapku. Tapi cyndy berusaha lagi untuk menghentikan mas hendro semua sia-sia saja,
tenaga mas hendro lebih kuat dari pada cyndy. Cyndy sudah tidak peduli dengan
tubuhnya yang telanjang bulat dihadapan mas hendro.
Pukulan mas hendro terhenti, karena suara petir
yang mengglegar. Serta hujan yang begitu deras. Mas hendro duduk dilantai
sambil menangis, usai memukulku sampai wajahku biru dan hidungku mengeluarkan
darah. Kulihat cyndy menangis terseduh-seduh, sambil sandaran di dinding. Entah
kenapa aku tidak menangis saat mas hendro menghajarku. Aku cuma bisa diam dan
menatap cyndy, yang diliputi ketakutan.
“kalian berdua gila..” kata mas hendro dengan
marah.
“APA YANG ADA DI OTAK KALIAN……, NAJIS AKU PUNYA
ADIK SEORANG LESBIAN” teriak mas hendro
sambil memukul tangannya ke lantai.
Aku terdiam, dan kudengar hanya amarah mas hendro
dan suara tangis cyndy. Kita berdua telnjang bulat dihadapan mas hendro dan tak
memperdulikan amarah mas hendro yang meledak. Saat ini yang ada di otak kita
berdua adalah rasa ketakutan dan kebingungan harus apa?.
“pakai baju kalian, kamu cyndy pergi dari rumah
aku, dan jangan pernah dekatiin sinta lagi. Setelah kamu pakai baju sinta, kamu
duduk diruang tamu dan mas mau bicara sama kamu” jelas mas hendro pada kita berdua.
Aku dan cyndy mengambil pakaian. Usai pakai baju,
cyndy pergi meniggalkan aku sambil menangis. Kulihat cyndy pergi membawa
mobilnya dan ditemanin hujan yang cukup deras. Sekarang tinggal aku dan mas
hendro duduk diruang tamu.
Mas hendro terdiam, sambil meminum kopi hitam. Mas
hendro menatapku dengan mata yang tajam dan aku hanya bisa menunduk penuh
takut. Aku merasakan sakit dipipiku karena pukulan mas hendro.
Ibu tolong sinta, ibu ada dimana saat ini sinta
butuh ibu, gumanku. Tak lama mas hendro menyiram kopi hitam panas ke wajahku.
“arrgghhh…. Mas panas, mas” teriakku pada mas
hendro.
“BIAR KAMU TAHU RASA ITU”
Mas hendro melepaskan ikat pinggangnya, dia
menyertku ke lantai. Aku dicambuk berkali-kali,
dan aku hanya bisa teriak keras dan menangis. Tuhan tolong aku, aku
tidak mau mati ditangan mas hendro biarkan aku mati ditangan cyndy. Aku terus
berdoa pada tuhan, dan menahan rasa sakit yang teramat sakit.
Mas hendro terus saja mencambukku tak
henti-hentinya, dia seperti kerasukan setan. Tak peduli punggungku
berdarah-darah, dia tetap saja mencambukku.
“MAS......... SINTA
SAKIT, MAS............ UDAH…
ARRGGGHHHH” jeritku.
“BIAR KAMU TAHU RASA” sambil menjambak rambut
sinta.
Mas hendro menyeretku kedalam kamar. Dia mengunci
kamarku dari luar. Aku berusaha bangikt, dan mencoba menggedor pintu
berkali-kali. Tak peduli rasa sakit yang dipunggungku, darah mengalir
ditubuhku. Bajuku sobek karena cambukan mas hendro.
“MAS........ BUKA
PINTUNYA MAS............ MASSSS
HENDROOO.......” teriakku.
Aku menangis terisak-isak sambil bersimpuh didepan
pintu kamarku. Aku teringat cyndy, air mataku terus mengalir saat aku
membayangkan wajah polos cyndy. Aku tidur terlentang dilantai dekat pintu
kamar. Entah kenapa rasa sakit ditubuhku hilang disaat aku membayangkan wajah
cyndy.
Diluar tak terdengar lagi suara mas hendro. Aku
mengambil foto cyndy yang ada dilantai.
“cyndy, sinta kangen..” kataku sambil menangis.
“sakit sekali cyndy, tubuhku serasa mati tapi
perasaanku selalu hidup untukmu. Aku ingin hidup bersamamu cyndy, ah… sakit
sekali pukulan mas hendro” sambil mencium foto cyndy.
“sekarang aku tidak cantik lagi cyndy. Kalau kamu
lihat wajahku sekarang, kamu pasti kaget. Pipiku biru, hidungku patang dan
punggung belakangku penuh luka cambuk” kata sinta sambil menangis.
Tuhan inikah cobaan yang begitu berat. Kamu dimana
tuhan saat aku minta pertolongan kamu, aku berdoa supaya mas hendro berhenti.
Kamu dimana tuhan, apakah ini adil untukku. Aku takut kalau pagi datang dan
melihat mas hendro, aku takut tuhan.
Mataku terus terjaga sampai pagi tiba. Semalaman
aku tidak tidur, membayangkan apa yang akan terjadi hari ini. Kudengar diluar
ada suara ibu, ibu baru pulang, aku baru ingat kalau ibu habis dari rumah bibi.
“sinta.. sinta… kamu diman?” teriak ibu.
Aku tak berani menyahut, aku hanya diam sambil
melihat langit-langit kamarku. Ibu terus saja memanggilku, dan aku tetap diam.
“masih tidur kali bu, lagi pula ngapain sih
bangunin sinta” jawab mas hendro.
“ibu hanya heran saja, sinta tidak biasa bangun
siang hendro” tukas ibu.
“mungkin dia cape kali bu, atau mungkin aja dia
sakit kepala” jawabnya sambil duduk dibangku.
“kalau begitu ibu suruh minum obat, sinta.. sinta…
keluar dari kamarmu” kata ibu dengan mengetok pintu kamar sinta. Mas hendro
bangun dari bangku, dan menghampiri ibu yang lagi mengetok pintu kamar sinta.
“udah ibu, biarin aja. Sinta kan sudah besar, dia
pasti bisa merawat diri dia. Sekarang ibu duduk aja disini kita ngobrol bu”
ajak hendro.
“tapi adik kamu sakit hendro”
“udah biarin aja, hendro mau kangen-kangenan sama
ibu” jawabnya sambil tersenyum pada ibu.
“ah.. kamu ini manja betul”
Dikamar aku mendengar suara ibu dan mas hendro
yang lagi asik mengobrol. Aku mencari handphone-ku. Ku coba menelepone cyndy.
Handphone-nya tidak aktif, kemana cyndy? Dan ada dimana?. Air mata ku berlinang
dan memabashi pipiku, aku tidak boleh kehilangan cyndy. Aku coba nomer
handphone dia yang satunya lagi, tetap saja tidak aktif.
Tuhan dimana cyndy, tunjukan jalan untukku tuhan.
Aku ingin bertemu dengan cyndy, aku tidak mau dia terjadi sesuatu. Kulihat jam
dinding menunjukan pukul sepuluh pagi. Tiba-tiba saja pintu kamarku dibuka oleh
mas hendro.
“sinta, kamu makan sin. Kamu belum makan dari
pagi” kata mas hendro yang berdiri di depan pintu. Aku bangkit dari dudukku,
dan kutatap wajah mas hendro.
“sinta hanya mau cyndy, mas” jawabku.
“jangan gila kamu sinta, jangan buat mas marah.
Ada ibu disini, jangan bilang sama ibu soal kejadian semalam, kalau tidak
rahasia kamu akan mas bongkar” ancam mas hendro.
Aku terdiam saat mas hendro mengancamku. Tidak
mungkin mas aku bilang ke ibu. Aku sendiri tidak mau ibu sakit hati karena aku,
tapi bagaimana denganku mas. Akankah aku mati dengan sendirinya karena cinta
terlarang ini yang menghukumku.
Tuhan tolong aku, bukankah kamu tidak tidur tuhan.
Tapi kenapa saat aku butuh kamu, kau malah tertidur tuhan.
“baik, tapi aku ganti baju dulu” kataku sambil
bangkit dari duduk, dan lamunan yang panjang.
Aku keluar dari kamar kulihat ibu ada di luar
rumah, sambil membersihkan halaman. Aku duduk di meja makan sambil merenung. Cyndy dimana kamu sayang, kenapa tak ada kabar. Aku
disini terpuruk, dalam siksaan. Kulihat wajah mas hendro dengan takut. Mata dia
sangat menyeramkan, seakan penuh amarah terhadapku.
“sinta, kenapa seharian kamu ada dikamar” kata ibu
dengan mengagetkan sinta dari belakang.
“sinta,,,, sakit kepala.
Maaf yah buat ibu khawatir”
“loh wajah kamu kenapa sinta, kenapa jadi pada
biru begini” kata ibu sambil terheran-heran dengan wajah sinta yang ibu lihat.
“ini… anu, kemaren sore sinta jatuh dari motor.
Mangkanya jadi biru” tegas sinta kepada ibu.
“kamu gak mau hati-hati, tapi seperti kaya orang
dipukuli” sinta terdiam dan tak mampu menjawab
kata ibu. Aku tertunduk takut, takut ibu bertanya macam-macam. Langsung
saja aku pergi dari meja makan, sambil melihat wajah mas hendro yang lagi duduk
diruang tamu dengan membaca Koran.
Mas hendro menatapku dengan mata yang merah. Aku
menuju kamarku dan kututup pintu kamarku. Kuambil foto cyndy, sambil menciuminya. Air mataku terjatuh lagi, kalau aku melihat
wajah polos cyndy.
“cyndy aku kangen, tadi ibu tanya kenapa dengan
wajahku. Aku tidak tahu harus jawab apa?, aku takut. Mas hendro akan terus
mengancamku, cyndy tolong aku” kataku sendiri.
Ku ambil handphone yang ada di sampingku. Ku coba
untuk menghubungi cyndy. Ternyata handphone-nya tidak aktif lagi sama seperti
kemarin malam saat aku ingin mencoba menelepone-nya.
Kamu dimana cyndy, cyndy aktifkan handphone-mu cyndy.
Pintu kamarku diketuk, kudengar ibu memanggilku
dan meminta dibukakan pintu. Aku menghapus air mataku, karena aku takut ibu
tanya yang bukan-bukan padaku. Kubuka pintu sambil tersenyum pada ibu.
“ada apa bu?” tanyaku.
“ibu mau pergi selama seminggu, kemaren malam bibi
kamu minta ibu untuk ikut ke acara pengajian” yah tuhan jangan biarkan ibu
pergi, bisa-bisa aku mati ditangan mas hendro.
“pergi kemana bu?” jawabku pelan.
“banten, kamu dan mas kamu jaga dirumah baik-baik
yah. Ibu harus berangkat sekarang sudah ditunggu. Satu lagi kamu jaga kesehatan
kamu ibu gak mau kamu sakit” sambil mencium kening sinta
“iya bu” jawabku pelan.
Aku dan mas hendro menemani ibu sampai halam depan
rumah. Kita berdua melambaikan tangan pada ibu. Ibu pergi dengan mobil yang
sudah dijemput oleh bibiku. Tiba-tiba saja mas hendro menarik tangan kananku.
Aku dilempar diruang tamu sampai aku terjatuh dilantai. Mas hendro
menghampiriku, lalu menamparku dan dia mencekik leherku.
“berensekkk kamu sinta…. KAMU TAHU KALAU MAS MENCINTAI
CYNDY. TAPI KENAPA KAMU HIANATI MAS” teriak mas hendro.
“sinta tidak hianati mas hendro, sebelum mas
mengenal cyndy. Sinta sudah mencintai dia”
“gila kamu…., kamu tahu cyndy itu permpuan dan
kamu juga seorang perempuan. Dimana otak kamu sinta” sambil menampar wajah
sinta.
Aku menangis terseduh-seduh. Mas hendro tidak
menghiraukan aku yang sudah tak berdaya. Hidungku berdarah lagi dan wajahku
habis oleh pukulan mas hendro. Dalam hatiku terus saja berdoa pada tuhan,
hentikan semua ini bisa-bisa aku mati. Sampai kapan mas, mas pukul sinta, mas
aniyaya sinta. Kenapa tidak kau bunuh saja sinta jangan kau buat sakit seperti
ini. Tapi aku juga tidak mau mati ditangan mas hendro, cyndy bunuh aku.
“mas hentikan mas, sinta sakit’ jeritku pada mas
hendro.
“mas tidak akan menghentikannya, sampai kamu
benar-benar sadar sinta” tegasnya.
“aku tidak akan sadar mas”
“dasar gila kamu, kamu
telah merebut cyndy dari mas. Kenapa harus
cyndy yang seorang perempuan. Kenapa bukan seorang lelaki”
sambil mendekati wajah sinta dan menjambak rambut sinta yang panjang terurai.
Mas hendro menggendongku dan aku meronta. Aku
sadar aku tidak bisa lepas dari tangan mas hendro karena tenaga dia begitu
kuat. Mas hendro membawaku ke kamar mandi dan masuki aku ke kolam mandi, aku
ditenggelamkannya berkali-kali. Jahat, bajingan kau perlakukan adikmu sendiri
seperti ini mas hendro.
Tuhan dimana kamu tuhan, apa kamu tertidur.
Padahal hambamu lagi berdoa meminta tolong padamu tuhan. Cyndy asal kau tahu
aku mencintaimu melebihi nyawaku, tolong bantu aku cyndy. Mas hendro
mengangkatku dari kolam mandi. Aku duduk dibawah lantai dekat kolam sambil menangis. Lalu mas hendro menyeret kakiku
dan melemparkan aku diruang meja makan. Aku tak berani menatap mas hendro. Mas
hendro pergi keluar dan meninggalkan aku sendirian, dengan keadaan diriku yang
tak berdaya.
Aku berusaha bangun dalam keadaan diriku yang
seperti ini. Aku pergi kekamar, mengganti pakaianku yang basah. Kamu dimana
cydny, aku kangen dengan suara kamu. Belaiian kamu dan pelukkan hangat kamu,
aku rindu sekali.
Setelah kepergian ibu ke banten, mas hendro
berkuasa dengan semua ini. Aku dikurung dirumah seperti binatang, dan
diperlakukan juga seperti anjing. Sudah empat hari ini mas hendro menghajarku
habis-habisan, dan aku masih bisa bertahan dengan sisa tenagaku yang masih ada.
Cyndy kekasihku, sudah empat hari ini kamu tidak
ada kabar. Dimana kamu sayang, aku merindukan kamu. Apa kamu tahu cyndy, aku
suka bicara sendiri dengan kamu meski hanya foto kamu. Cydny kalau saja kamu
lihat wajahku, mungkin kamu akan kaget setengah mati. Aku sudah tidak cantik
seperti dulu, dan yang sekarang hanya wajahku yang buruk karena pukulan.
Tubuhku saja sangat kurus tak terawat, tidak seperti dulu lagi saat kita
bersama.
Hujan begitu deras, dan malam ini begitu dingin.
Aku hanya bisa terbaring diatas kasur sambil bernyanyi dan menangis, saat aku
mengenang cinta kita. Kudengar suara mas hendro pulang, dengan suara pintu yang
dibanting.
“SINTA…SINTA… KELUAR KAMU DARI KAMAR” teriak mas
hendro. Aku keluar dari kamar, kulihat mas hendro dalam keadaan mabuk dengan membawa
sebotol minuman keras.
Mas hendro menghampiriku dan mencengkram wajahku
dengan tangannya. Kulihat matanya yang merah, dan nafasnya yang bau minuman
keras. Wajahnya yang berantakan serta matanya yang sangat merah, membuat aku
ketakutan.
“aku sangat mencintai cyndy, sinta. Setiap hari
aku selalu mencintainya. Cantik, pintar, baik, lembut, TAPI DIA SEORANG LESBIAN SAMA SEPERTI KAMU” teriak mas
hendro. Aku didorong sampai terjatuh ke lantai.
Mas hendro melemparkan botol minuman ke arah
kepalaku. Kepalaku sangat sakit sekali saat mas hendro melemparkan botol
minuman kearahku. Mataku menjadi kunang-kunang, tiba-tiba darah keluar dari
kepalaku. Kulihat dalam keadaan setengah sadar mas hendro menghampirku dengan
wajah yang panik. Dia mengangkat kepalaku, dan memanggil namaku berkali-kali.
“sinta..sinta.. bangun. Jangan mati sinta.. sinta
ayo sadar, jangan pingsan dulu. Sinta..sinta..” sambil berusaha menggerakan
tubuh sinta.
Saat aku melihat wajah mas hendro. Semakin lama,
semakin gelap dan cahaya yang kulihat semakin mengecil hingga menjadi titik
kecil dan menjadi gelap semua.
Saat aku sadar aku berada dirumah sakit. Kulihat
mas hendro ada disampingku. Kepalaku diperban dan tanganku di infuse. Kulihat
kearah jam dinding yang menunjukan pukul Sembilan pagi. Air mataku menetes
mengingat kejadian semalam. Tega sekali mas hendro, ingin membunuhku seperti
ini.
Tuhan lihat apa yang kau perbuat, sekarang
tenagaku sudah habis. Cobaan ini begitu berat, kenapa kau tidak bunuh aku
tuhan. Kenapa juga, kau kasih perasaan ini padaku tuhan. Kenapa kau diam tuhan,
apa kau tidak dengar jeritan aku tuhan. TUHAN…………..
Entah kenapa saat aku keluar dari rumah sakit, mas
hendro menjadi perhatian kepadaku. Dia benar-benar merawatku, tidak seperti
yang kemarin yang mengahajarku habis-habisan.
Mas hendro yang aku sayang, meski kau menhajarku berkali-kali, aku tak akan
benci kepadamu atau mebalas semua perbuatanmu. Karena aku menyayangi mas hendro
seorang kakakku.
Tiba-tiba saja mas hendro masuk ke kamarku. Dia
duduk disampingku, sambil memegang tanganku. Lalu mencium tanganku, kulihat mas
hendro menangis. Air matanya tak sanggup dia tahan. Tanap kusadari aku pun
menangis, ku peluk mas hendro. saat aku peluk, mas hendro langsung menangis
terseduh-seduh. Baru baru kali ini aku melihat mas hendro menangis seperti itu.
“maafkan mas hendro sinta..”
“sinta sudah memaafkan mas hendro”
“sebenarnya mas tidak ingin melukai kamu sinta,
sedikitpun tidak. Mas hanya ingin kamu sadar, hanya itu saja” jelasnya.
“iya mas, sinta tahu. Tapi apa daya mas, sinta
tidak bisa seperti apa yang mas harapkan”
“kenapa kamu seperti ini sinta?” tanya mas hendro.
sinta menghela nafas panjang untuk berusaha menjawabnya.
“sinta juga tidak pernah meminta seperti ini mas. Andai pun saja sinta meminta, sinta hanya
ingin menjadi wanita biasa”
“yah, tapi alasannya apa sinta?”
“ayah…” jawab sinta.
“kenapa dengan ayah?”
“hufh…. Mas ingat ayah suka memukul ibu, dihadapan
sinta dan mas hendro” sambil melihat kearah mas hendro dengan mengangguk
kepala.
“sinta, juga dipukul sama ayah saat mas tidak ada
dirumah. Ayah menghajar sinta, sehabis menghajar ibu. Sinta meminta tolong pada
tuhan, tapi tuhan tidak mendengarnya. Dimana mas hendro saat sinta dan ibu
butuh mas, mas tidak ada kan”
Kulihat mas hendro tidak mampu menjawab apa-apa. Dia
hanya diam membisu sambil berlinang air mata. Aku tak kuasa dengan semua ini,
apa lagi menceritakan semua ini.
“saat itu juga, sinta tidak suka dengan lelaki.
Tiba-tiba perasaan itu datang mas, sinta juga tidak memintanya mas. Tapi tuhan
punya jalan lain untuk sinta, dan takdir kehidupan sinta. Mas hendro yang sinta
sayangi, ijinkan aku bahagia dengan cyndy mas. Hanya cyndy yang buat sinta
bahagia, begitu juga dengan cyndy” jelasku pada mas hendro dengan memohon.
“sinta, mas memang sangat keteraluan dengan kamu.
Tapi mas sulit untuk menerima ini semua”
“mas, sinta ingin dicintai dan mencintai. Sinta
hanya butuh restu aja dari mas hendro, meski sinta tahu cinta ini terlarang. Sinta tidak akan ganggu kehidupan mas, mas mau
menikah dengan siap pun sinta restui mas, asal mas bahagia. Biarlah mas, sinta
yang jalanin hidup ini mas. Dosa biarlah tuhan yang menilainya, bukan manusia.
Kalau pun perasaan ini tidak datang, mungkin sinta sudah menjadi wanita biasa,
mas”
“hufh…. Mas butuh waktu sinta, tidak semudah ini”
“iya sinta mengerti, tapi sampai kapan mas?” jawabku dengan berharap.
“sampai mas bisa membuka mata dan hati mas”
jelasnya sambil meninggalkan sinta.
Aku mengela nafas panjang, sambil berdoa. Tuhan
mudah-mudahan saja mas hendro dapat membuka mata dan hatinya untukku. Kupandangi
foto cyndy, ambil menitihkan air mata. Cyndy kamu dimana?, kenapa tak ada
kabar, aku merindukan kamu.
Esok paginya mas hendro menghampiriku yang sedang
duduk di teras depan rumah. Dia membawakan aku segelas teh hangat serta roti bakar.
Mas hendro duduk sambil sandaran dibangku, dan mengisap putung rokok yang menempel di bibirnya.
“sebelumnya mas mau minta maaf padamu, kelakuan
mas hendro terhadapmu benar-benar keteraluan. Tapi perjuangan kamu demi cinta
pada cyndy, mas hanya bisa menundukan kepala”
“itu lah cinta mas..” jawabku sambil
melihat ke arah halaman yang ditanamin bunga-bunga.
“sinta lihat mas hendro” pinta mas hendro. sinta
langsung mengarahkan tatapannya pada mas hendro.
“mas restui kamu dengan cyndy. Tidak seharusnya mas
menghalangi kebahagian kamu dengan cyndy. Sekarang kamu boleh pergi menemui
cyndy” jawab mas hendro sambil tersenyum.
“mas serius, merestui
hubungan ini” jawabku dengan bahagia.
Tuhan kau telah membuka mata dan hati mas hendro.
aku tidak tahu harus bilang apa-apa selain air mata kebahagiaan. Aku menciumi
pipi mas hendro dan memeluknya sangat erat sampai lama.
“iya mas serius, sudah
cepat sana temui cyndy” sambil melepaskan pelukan sinta.
“mas…. Terima kasih, sinta tidak tahu harus bilang
apa. Sinta hanya bisa menangis mas, sinta sangat bahagia” kataku dengan air
mata yang berlinang.
“iya sudah sana. Temui cyndy” jawab mas hendro
sambil memegang kedua bahu sinta.
Aku berlari sekencang mungkin, tak perdulikan
keadaan kepalaku yang diperban. Cyndy, sinta datang jemput cyndy. Sinta pasti
datang cydny. Ternyata memang benar tuhan kau tidak tidur. Air mataku terus
saja berlinang meski diriku berlari sekencang mungkin.
Tiba-tiba saja ada yang memanggilku, kulihat itu
suara farhan. Farhan menghampiriku dengan sepeda motornya.
“kamu dari mana saja sinta? Tak ada kabar, hilang
begitu saja” tanya farhan.
“nanti saja aku ceritaiin, tolong antarkan aku
keruamh cyndy” kataku dengan tergesa-gesa.
“rumah cyndy? Buat apa?. Kenapa kamu menangis dan
kenapa juga kepala kamu diperban. Kamu mengalami kecelakaan sinta”
“sudah ayo jalan, kita kerumah cyndy. Ceritanya
nanti saja”
“iya..iya”
Aku dan farhan berangkat kerumah cyndy. Farhan
mengendarai motor dengan melaju kencang. Sampai juga aku dirumah cyndy. Tak ada
satu pun orang dirumahnya, padahal aku sudah beberapa kali memanggil cyndy dan si bibi tapi tak ada yang menyahut.
“pergi kali dia sin” kata farhan.
“gak mungkin dia pergi, han” sahutku.
“kenapa gak coba ditelepone, sin”
“sudah tapi handphone-nya gak aktif”
“memangnya ada apa sih? Kayanya kamu sampai
segitunya nyariin cyndy” tanya farhan.
Aku terdiam saat farhan bertanya seperti itu. Aku
tidak menjawab pertanyaan farhan. Aku berusaha memanggil cyndy berkali-kali.
Sampai aku mengedor-gedor pintu pagarnya.
“sinta, jangan seperti itu. Gak enak didenger
tetangga”
“biarin aja, CYNDY…CYNDYYY..” teriak sinta.
“sinta sudah, cyndy gak ada. Besok kita kemari
lagi, sekarang pulang” ajak farhan dengan memegang tangan sinta.
Aku pulang dengan tangan tangan kosong. Aku tak
mendapatkan cyndy, cyndy kamu dimana?. Farhan membawaku ke rumah, kulihat rumah
begitu sepi. Aku mempersilakan farhan masuk kedalam rumah. Mas hendro tidak ada
dirumah, kemana dia? Aku butuh bantuan dia.
Aku dan farhan duduk diruang tamu. Aku termenung
memikirkan cyndy yang pergi entah kemana. Aku tidak menyadari farhan yang sejak
tadi duduk disampingku sambil melihat keadaanku yang penuh luka diwajah dan
tangan.
“sinta, ada apa dengan kamu? Beberapa hari ini aku
mencari kamu, aku sudah menghubungi kamu berapa kali, tapi handphone kamu tidak aktif. Aku coba kerumah kamu
tapi kata ibu kamu gak ada, kamu kemana sinta dan ada apa dengan kamu”
tanyanya.
Farhan aku tidak bisa menjawabnya, semuanya begitu
cepat. Aku sendiri dalam kebingungan yang luar biasa. Siapa sangka aku akan
jadi seperti ini farhan. Mungkin diri kamu sendiri tidak bisa menyangkanya. Aku
berusaha menelan ludahku yang sempat kering. Saatnya aku harus bicara padamu
farhan biar kamu tahu siapa sinta? dan apa hubungannya dengan cyndy dan aku.
“farhan maafkan aku, selama kita berteman selama bertahun-tahun. Aku telah berbohong padamu
farhan” kataku dengan pelan.
“bohong maksudanya apa? dan minta maaf buat apa
sinta. aku tidak mengerti” jawab farhan dengan wajah yang bingung.
“aku seorang….”
“apa….”
“aku seorang Lesbian”
kataku dengan lirih.
“apa, kamu jangan becanda sinta. gak lucu itu”
“aku gak becanda farhan, aku serius. Cyndy itu
kekasih aku” jawabku meyakinkan farhan.
Kulihat raut wajah farhan penuh dengan sedih meski
dia tidak percaya yang aku jelaskan padanya. Dia hanya menghela nafas panjang
lalu sandaran disofa. Tak ada satupun suara yang keluar dari mulutnya, hanya
diam dan membisu.
“aku serius farhan. Luka yang ada dikepalaku bukan
kecelakaan, mas hendro yang melakukan ini. Luka yang ada ditubuhku juga mas
hendro yang melakukannya” tegasku pada farhan.
“kenapa bisa sin?” tanya farhan pelan.
“aku ketahuan berhubungan badan dengan cyndy, han.
Semuanya berantakan, aku dipisahkan dengan cyndy. Aku dikurung dirumah”
“lalu bagaimana dengan ibu?” tanyanya dengan
penasaran.
“waktu itu ibu tidak ada dirumah. Ibu pergi ke
banten selama seminggu, kepergian ibu ke banten, membuat mas hendro menghajarku setiap hari. Aku
serasa mati tak berdaya, aku tidak tahu harus bagaimana lagi selain pasrah”
“dan cyndy?”
“entahlah sejak kejadian itu, dia menghilang. Aku
coba menghubungi dia berkali-kali tapi tidak aktif. Aku sendiri tidak tahu
keadaan dia bagaimana” jawabku dengan menghela
nafas.
Farhan terdiam hanya bisa mendengarkan aku. Aku
tahu, dia tidak bisa menerima keadaan aku yang seperti
ini. Memang hina, memang menjijika tapi ini aku sahabat kamu yang sudah
mengenal kamu bertahun-tahun.
Farhan meminta aku untuk menjelaskannya secara
detail. Dia penasaran dengan semua ini. Aku menjelaskannya sama farhan sampai
aku menangis. Mengingat semua kejadian itu aku hanya bisa mengambil hikmahnya.
Semua orang yang kita sayangi tidak bisa menerima keadaan seperti ini, termasuk
kamu farhan.
Tuhan berilah aku kekuatan, aku ingin bertahan
dengan semua ini. Kulihat farhan menundukan wajahnya, tanganya memijat
kepalanya. Tak lama dia melihat kearahku, sambil memberikan senyum.
“aku akan bantu kamu. Aku juga menerima kamu apa
adanya, sebagai sahabat aku sayang dengan kamu”
jawab singkat farhan.
“farhan… terima kasih, aku gak tahu harus bilang apa”
aku memeluk farhan dengan erat sambil mencium keningnya, air mataku menetes
membasahi pipiku.
Mungkin untuk saat ini hanya mas hendro dan farhan
yang bisa menerimaku. Lalu bagaiman dengan yang lain ibu, gilang, mira dan
putri, ah….. tidak bisa aku bayangkan kalau mereka tahu, terlebih ibu. Aku
termenung dalam kamar mengingat cyndy yang kucintai yang tak tahu ada dimana.
Sudah empat minggu aku mencari cyndy, sampai
lukaku sudah mengering. Farhan dan mas hendro juga ikut membantuku untuk mencari
cyndy. Tuhan cobaan apa lagi ini, aku rindu dengan cyndy kekasih sejatiku.
Hari demi hari kulewati dengan kekosonganku.
Sehabis pulang dari kampus, aku selalu absen kerumah cyndy. Aku hanya ingin
memastikan apa dia ada dirumah atau tidak, semua sama saja dia tak ada dirumah.
Sama seperti biasa setiap aku kerumah cyndy pasti dalam keadaan kosong.
Taman kota, pohon rindang. Semuanya aku ingat,
memadu kasih disana. Bercumbu dihadapan semua orang yang lalu lalang, bahkan
berpelukan dengan mesra. Halte bis saat hujan begitu deras, saat itu juga aku
dipertemukan oleh cinta sejatiku. Tapi semua hilang begitu saja tanpa bekas.
Hanya yang membekas wajah cyndy yang mengisi kekosonganku meski hanya sebuah
foto.
Cyndy..oh.. cyndy. Itulah yang selalu aku
ucapakan. Tak ada nama lain selain cydny seorang. Siang ini aku harus ke
perpustakaan untuk mengerjakan tugas yang sempat tertinggal jauh. Saat aku ingin
ke perpustakan nasional, kulihat si bibi
sedang berjalan.
“bukankah itu si bibi, pembantunya cyndy. Pak..pak
berhenti disini” teriakku pada supir akngkot.
Aku turun dari bis, ku coba mencari si bibi kesana kemari. Akhirnya aku
menemukannya si bibi.
“bi.. manah..” teriakku. Syukurlah bibi melihat
kearahku. aku langsung menghampiri bibi manah.
“ya allah, neng sinta ini yah. Kemana aja neng,
baru kelihatan” sapa si bibi.
“lagi sibuk sama kuliah bi, oh yah bi… cyndy
kemana yah. Bibi tahu cyndy diman, sinta sudah mencarinya tapi gak ada. Sinta
setiap hari ke rumah cyndy, tapi kok sepi dan bi manah juga gak ada” tanyaku
pada bibi manah.
Bibi terdiam dia hanya menatapku dengan wajah yang
sedih. Aku jadi semakin tidak mengerti, ada apa sebenarnya. Lalu dimana cyndy
dan ada apa dengan cyndy. Bibi manah
menyuruhku duduk dibangku jalan, dia menaruh belanjaanya yang dari tadi
dipegang.
“neng sinta, bibi jadi ingat kejadian semalam itu”
kata bibi manah.
“kejadian apa bi, ceritakan sinta ingin tahu” jawabku dengan
penasaran.
“malam itu hujan lebat sekali. Neng cyndy pulang
sambil menangis, neng cyndy berlari menuju kamarnya. Didepan pintu kamarnya
bibi mendengar dia menjerit. Menyebut nama neng sinta” jelasnya.
“lalu apa yang terjadi bi” selaku.
“dari malam sampai pagi, neng cyndy tertawa terus
dan menangis. Apa lagi dia menyebut nama neng sinta berkali-kali. Dia bilang
cyndy sayang sinta”
“sekarang diman cyndy bi?”
“cyndy dibawa sama mamanya berobat untuk
kesembuhannya”
“mamanya?”
“iya neng. Mamanya datang pagi-pagi, awalnya
mamanya ingin buat kejutan untuk cyndy, eh.. malah sebaliknya mamanya yang
dikasih kejutan sama cyndy”
“berobat dimana dia sekarang bi?”
“huh.. sebenarnya neng cyndy mau dibawa keluar
negeri, tapi dia berontak. Dia minta dirumah neng sinta biar neng sinta yang
mengurus cyndy. Karena mamanya juga gak tega melihat anak semata wayangnya
seperti itu, yah jadinya berobat dijakarta. Mangkanya bibi sering temenin neng
cyndy dirumah sakit” jelasnya.
“dimana tempatnya bi? Sinta ingin temui cyndy”
Aku disuruh mengambil selembar kertas oleh si bibi. Aku menulis alamatnya yang dikasih tahu
sama bibi manah. Bibi berpamitan padaku untuk pulang kerumahnya. Huh.. tuhan
akhirnya aku bisa menemukan cyndy, jika dia kekasihku berilah aku kemudahan
tuhan, jika tidak jangan kau kutuk kami tuhan.
Hari itu juga aku temui cyndy, karena aku tidak
mau mengulur waktu lagi. Aku pergi kerumah sakit dimana cyndy dirawat.
Sesampainya aku dirumah sakit, aku langsung
mencari ruangan cyndy. Aku menemukan ruanganya dan saat aku masuk, kulihat
seorang wanita yang sedang tidur sambil membelakangiku dengan badannya. Air mataku menetes, ku belai rambutnya
yang panjang terurai, dan aku membisiki ke telinganya.
“cyndy ini aku sinta” bisikku ke telinga cyndy.
Dia menoleh kearahku dengan menangis. Cyndy
memelukku dengan erat bahkan sangat erat begitupun denganku. Tuhan aku telah
menemukan cyndy, semua rasa rindu aku padanya kuluapkan dengan air mata bahkan
ciuman bertubi-tubi.
“sinta.. bawa cyndy pergi secepat mungkin. Cyndy
takut disini” katanya sambil menangis.
“iya saying, aku akan
bawa kamu pergi secepat mungkin” jawabku sambil membelai rambut cyndy yang
kusut dan tidak terawat lagi.
“siapa kamu?” tanya seseorang yang tiba-tiba masuk
kedalam ruangan.
Aku kaget setengah mati, ketika dihadapanku ada
sosok wanita paruh baya. Kuamati wajahnya dan ternyata itu adalah mama cyndy.
Dia menghampiriku dan melihat cyndy yang menangis.
“apa yang kamu lakukan terhadap anak saya, dan
siapa kamu?” tanyanya lagi.
“aku sinta tante” jawabku.
Tiba-tiba
saja mama cyndy menamparku berkali-kali sampai kedua pipiku merah. Cyndy berteriak
sambil menangis.
“mama jangan, jangan tampar sinta” teriak cyndy
pada mamanya.
“JADI KAMU YANG BUAT ANAK SAYA HAMPIR GILA” teriak
mama.
“mama sinta tidak salah” jawab cyndy sambil
bangkit dari tempat tidur.
“BAJINGAN KAMU, GARA-GARA KAMU. SAYA JADI FRUSTASI
DAN SAYA TIDAK BERANI BILANG DENGAN SUAMI SAYA KALAU
KEADAAN CYNDY SEPERTI INI”
“maafkan saya tante” jawabku sambil menangis.
“PERGI KAMU.. PERGI… SAYA TIDAK MAU MELIHAT WAJAH
KAMU”
“mama jangan suruh sinta pergi. Kalau mama suruh
sinta pergi cyndy akan ikut dengan sinta” ancam cyndy.
“dia sudah buat hidup kamu hancur cyndy, PERGI KAMU SEKARANG JUGA SINTA”
Aku pergi meninggalkan cyndy. Kulihat mama cyndy
menahan cyndy untuk ikut denganku.
“SINTA.. SINTA.. JANGAN PERGI. SINTA..” teriak
cyndy.
Diperjalanan aku menangis tak henti-hentinya.
Masih teringat jelas saat cyndy menangis dan ingin ikut denganku. Terlebih
tamparan mamanya yang sangat sakit. Sampai dirumah aku terus saja melamun. Tak
menghiraukan ibu yang sedang bernyanyi lagu jawa.
Tuhan terima kasih kau telah mempertemukan aku dengan
cyndy meski aku tak bisa lama-lama disana. Sekarang apa lagi rencanamu tuhan,
akan kah aku berpisah lagi, setelah aku bertemu dengan cyndy. Ku pejamkan
mata sambil berbaring diatas kasur. Sampai aku tertidur pulas. Tuhan pertemukan
aku lagi dengan cyndy meski hanya lewat mimpi.
“sinta.. buka pintunya sinta. Ibu mau bicara sama
kamu” kata ibu dengan mengetok pintu.
“sebentar bu..” jawab sinta sambil membuka pintu.
Ibu tersenyum padaku saat aku membuka pintu. Ibu
masuk kekamarku dan duduk diatas kasurku. Dia menyuruhku duduk disampingnya.
Perasaanku jadi tidak enak, pasti ibu ada
yang mau ditanyakan kepadaku. Tidak mungkin ibu seperti ini, pasti ibu ingin
bertanya sesuatu yang sangat serius.
“akhir-akhir ini ibu liat kamu suka murung, ada
apa sinta? Mungkin ibu bisa bantu” sambil membelai rambut sinta.
Ibu ini masalahnya sangat serius, kalau saja sinta
cerita sama ibu. Ibu pasti tidak akan bisa menerimanya. Aku harus menceritakan
apa sama ibu, aku sendiripun dalam kebingungan. Rasa ketakutan ini membuatku
tak berdaya, apa yang mau ibu bantu atau ibu bisa membawa cyndy kepadaku. Ah..
itu tidak mungkin, sekarang saja aku tidak tahu keadaan cyndy.
“tidak ada apa-apa bu, sinta hanya memikirkan
kuliah sinta saja. Sebentar lagi kan sinta mau sarjana bu. Mungkin karena
banyak pikiran bu, mangkanya sering melamun” tegasku pada ibu.
“yah tapi tidak segitunya, bisa-bisa kamu stress.
Oh.. ya.. kalau si cyndy kemana yah, ibu belum pernah lihat lagi” tanya ibu.
“eee… dia lagi sibuk bu, mungkin dia juga
memikirkan kuliahnya. Sama kaya sinta bu” jawabku.
“owh.... baiklah
kalau kamu tidak ada apa-apa, ibu hanya tidak ingin kamu sering melamun” tegas
ibu pada sinta.
Setelah ibu pergi dari kamarku, aku jadi
memikirkan cyndy. Entahlah aku sama sekali tidak punya kemampuan untuk
berpikir. Sambil membaringkan tubuhku diatas kasur dan melihat langit-langit
kamarku.
Paginya aku terbangun dengan mataku yang bengkang,
karena semalam aku menangis terus tiada henti. Ini sudah sebulan lebih, tapi
aku tidak menemukan cyndy. Mungkinkah cyndy dibawa sama mamanya ke luar negeri.
Ah.. aku juga tidak tahu.
“sinta.. keluar sebentar dari kamar sin, mas mau
ngomong sama kamu”
“iya sebentar mas, sinta pakai baju dulu”
Aku keluar dari kamar menemui mas hendro yang lagi
duduk didepan rumah, sambil merokok. Aku tidak tahu apa yang mau dibicarakan
mas hendro.Aku duduk disamping mas hendro sambil melihat ke halaman.
“ibu suka tanya kamu, mas hendro bingung mau bilang apa sama ibu” tanya mas
hendro sambil mengisap rokok.
“maafin sinta mas, udah ngerepotin mas hendro”
sambil menundukan kepala.
“lambat laun ibu pasti akan tahu sin, maaf kalau
suatu saat nanti ibu tahu tentang kamu dengan cyndy. Mas hendro tidak bisa
bantu kamu”
“tidak apa-apa mas, ini resikonya. Sinta yang buat
ulah, sinta juga yang harus menanggungnya. Untuk saat ini sinta senang mas
hendro sudah mau menerima sinta”
“yah.. kamu yang harus tanggung semuanya. Mas cuma
bisa mendoaakan kamu saja” sambil menepuk pundak sinta.
Tuhan terima kasih sudah ada yang menerima aku apa
adanya. Meski aku sendri tidak tahu harus bagimana yang kulakukan untuk saat
ini. Pengertian mas hendro serta farhan membuat diriku merasa diakui, meskipun
awalnya mereka tidak bisa menerimanya tapi pada akhirnya mereka memahami
jeritan hati ini.
Hampir dua bulan cyndy tak ada kabarnya. Padahal
aku sudah berusaha keras mencarinya. Rasa putus asa selalu saja menyelimutiku,
tapi entah kenapa foto cyndy yang kupajang dikamarku membuatku semangat untuk
mencarinya.
“SINTA.. SINTA..” teriak farhan.
“farhan, ada apa? Kenapa kamu tergesa-gesa”
tanyaku.
“aku punya kabar baik buat kamu sinta” jawabnya
dengan terenggah-enggah.
“kabar baik apa han?” tanyaku penuh penasaran.
“aku melihat cyndy”
“serius kamu han, kamu liat dimana?” tanyaku
dengan tidak sabar.
“serius, aku lihat dia bersama mamanya, ditoko
kaset tempat aku kerja. Lalu dia menghampiri aku, dia memberikan surat ini
padaku” sambil memberikan surat pada sinta.
Aku membuka surat itu dan kubaca dengan hati
berdebar-debar. Kubaca dengan detail agar setiap kata tidak aku lewatkan. Cyndy
menulis surat dengan kertas berwarna merah jambu kesukaannya, kulihat
tulisannya yang begitu rapi dan terbaca dengan jelas. Aroma wangi dari kertas
ini, seperti minyak wangi kesayangan cyndy.
Sinta
kekasihku yang tercinta
Aku
tunggu malam ini di halte bis pertama kali kita bertemu, maafkan aku sinta. Aku
tidak bisa berbuat apa-apa untuk kamu.
Malam ini aku akan kabur dari rumah, kita akan pergi sinta. Kamu ingat janji
waktu kita bersama, membangun rumah hanya untuk kita berdua lalu mengadopsi
seorang anak. Kita berdua saling bersama, bahagia
dan bekerja sama. Aku mau hidup dengan kamu, aku akan tinggalin semuanya.
Biarpun aku akan miskin, yang penting aku hidup dan mati bersamamu. Mama suka
menghajarku sinta, dia memukulku bertubi-tubi. Sama halnya yang dilakukan mas
hendro terhadap kamu. Aku akan tinggalin semua kekayaan aku, hanya demi hidup bersamamu. Cyndy mencintai
sinta. Cyndy tidak mau kehilangan sinta. Maafkan cyndy tidak sempat memberi
kabar pada sinta, aku butuh waktu untuk menenangi situasi ini. I love you for ever my lovely.
Cyndy yang selalu mencintai sinta
Aku menangis menitihkan air mata saat aku membaca
surat dari cyndy. Tangisku semakin menjadi, sampai farhan memelukku. Semua
menjadi campur aduk, rasa sedih, kangen, bahagia semua menjadi satu mungkin
hanya air mata saja yang mampu menjawabnya.
“sinta apa yang cyndy katakana” tanya farhan.
“dia ingin temui aku di halte bis pertama kali
kita bertemu” jawabku singkat.
“halte bis yang dekat toko kaset itu” sambil melepaskan
pelukan sinta.
“iya, malam ini dia ingin temui aku”
“loh bukannya itu bagus. Kenapa kamu jadi
menangis?”
“aku menangis karena tidak tahu harus bilang apa,
semua perasaan ini bercampur aduk han”
“yah iya lah.. kamu campur aduk sih, jadinya kan
gak enak” ledek farhan.
“ah.. farhan, aku kan serius, malah becanda.. ihh.. rese banget”
“hee, habisnya kamu nangis aja sih, heee…, ya udah
kita pulang yuk” ajak farhan pada sinta.
Malamnya aku pergi ke halte bis tanpa
sepengetahuan ibu. Sesampainya aku di halte bis, aku tidak melihat satu pun
orang yang duduk disini. Diman cyndy bukankah malam ini dia akan datang
temui aku, tapi kenapa tidak ada. Baiklah aku tunggu dia disini, sambil duduk
sendiri dan melihat orang yang berlalu-lalang dijalan atau yang duduk di halte
bis sambil menunggu bis yang lewat.
Sudah jam sepuluh malam aku menunggu cyndy, tapi
dia belum datang juga. Dengan sabarnya aku menunggu cyndy, sambil bernyanyi kecil untuk menghibur
diri. Tak lama hujan turun deras dan angin semakin kencang, tapi cyndy belum
juga kelihatan batang hidungnya.
Apakah dia akan datang untuk menepati janjinya?
Atau sebaliknya. Ah.. biar sajalah dia mau datang atau tidak yang penting aku
dengan sabarnya menunggu dia. Dari kejauhan kulihat seorang wanita berlari ka
arah halte bis sambil kehujanan, wanita
itu memakai baju hitam ingin menghampiriku. Aku langsung berdiri dari dudukku
untuk memastikan apakah itu cyndy.
Ternyata benar itu cyndy, dia langsung memelukku
dengan erat. Menciumi bibirku berkali-kali, dengan tubuhnya yang basah dan
dingin. Dia tidak memperdulikan keadaannya, tatapan matanya memendam kerinduan
yang sangat dalam. Sampai matanya berkaca-kaca dan tak terasa air matanya
keluar dari kelopak mata hingga membashi pipinya.
“sinta.. cyndy kangen sekali” katanya dengan
memeluk sinta.
“begitu pun dengan sinta, sangat merindukan cyndy”
jawabku.
Kita berdua duduk dibangku halte bis, sambil
menunggu hujan reda. Semua rasa kerinduan yang begitu dalam kita luapakan, kita
bermesraan dan berciuman berkali kali sambil berpelukan untuk menghangatkan
tubuh kita.
“sinta aku tidak mau kembali pulang, mama suka
menghajar aku sin” katanya dengan menangis.
“lalu bagaiman kamu bisa kabur dari rumah cyn?”
“mama lagi pergi jadi ada kesempatan aku kabur.
Meski ada yang mengawasi aku, aku kabur lewat jendela kamarku” tegasnya.
“apa!!!! Kamu turun pakai apa, itu kan tinggi
banget sayang”
“yah pakai kain, yang sudah aku sambung”
“pintar sekali kamu, tapi tahu dari mana carannya”
“dari film kan banyak yang melakukan kaya begitu”
jelasnya.
“hee.. bisa aja kamu” tawaku.
Kita berdua sangat menikmati malam ini, kita
tertawa kembali dari kesedihan yang begitu dalam. Malam ini cyndy ku bawa
kerumah, biar besok kita susun sebuah rencana besar. Sampai dirumah cyndy
melihat mas hendro penuh dengan ketakutan, sampai dia terkencing-kencing
dicelana. Mas hendro heran melihat cyndy yang penuh takut terhadapnya.
“cydny.. kamu mengompol yah. Kamu kenapa jadi
mengompol” tanyaku sambil tertawa kecil’
“mas.. mas hendro sinta” jawabnya dengan takut
sampai bersembunyi dibadan belakang sinta.
“cyndy..
maafkan mas hendro” katanya dengan bersalah.
“mas hendro sudah tidak kaya waktu itu lagi, aku
kan sudah kasih tahu sama kamu. Dia sudah bisa menerima kita” jelasku pada
cyndy.
“iya cyndy, sekali lagi mas hendro minta maaf yang
paling dalam” cyndy lega mendengar semunya.
“hee…. Sampai ngompol lagi, hahahahah” tawa sinta
dengan meledek.
“ihh.. rese banget sih kamu sinta. Dari tadi aku
tebelet pipis, eh pas liat mas hendro cyndy takut. Yah udah jadinya ngompol”
jawabnya manja sambil tersipu malu.
“maaf yah cyndy, mas jadi gak enak” katanya sambil
tertawa kecil.
“HAHAHAHAHAHA” tawa sinta dan mas hendro.
Saat itu wajah cyndy benar-benar merah sekali
seperti tomat. Kita berdua tidur bersama dikamar, sambil membicarakan rencana
kita. Tidak aku sangka, aku akan bertemu lagi dengan cyndy, wanita yang paling
cantik bahkan keindahan sang bulan pun kalah dengan wajah cyndy yang begitu
cantik berparas bidadari.
“sinta… setiap hari cyndy kangen. Cyndy ingin
dipeluk sama sinta. Sinta selalu menjaga cyndy, maaf kalau cyndy tidak sekuat
seperti sinta. Cyndy bisanya suka nangis, dan manja sama sinta” tegasnya.
“tapi aku suka. Suka semuanya, yang ada pada diri
kamu, aku suka” sambil mencium kening cyndy.
“terima kasih sayang. Cuma kamu yang bisa ngertiin
aku, dan hanya kamu saja yang bisa menerima aku apa adanya. Aku menncintai kamu
selama-lamanya” jawabnya dengan sandaran dibahu sinta.
“cyndy, besok kita temui mama kamu”
“untuk apa? Cyndy sudah berusaha kabur dari mama
kenapa sinta mau temui mama” tanyanya dengan heran.
“kita harus bilang sejujurnya sama mama. Aku tidak
mau hidup seperti ini terus, kita harus jujur. Besok aku akan bicara sama ibu,
aku tidak tahu apa yang terjadi”
“yah, kamu benar sin. Lebih baik jangan besok,
kita tunggu dulu sebentar”
“tapi sampai kapan cyndy”
Cyndy terdiam tidak bisa menjawab dia hanya
menundukan wajahnya, sambil memegang tanganku. Aku menghela nafas dalam-dalam.
Sekarang aku harus apa, sampai kapan ini selesai biar kita berdua hidup
bahagia.
“sinta, kita butuh kematangan. Kita harus punya
rumah sebelum kita mengaku kepada orang tua kita, kita juga harus punya masa
depan, itu yang aku maksud” tegas cyndy pada sinta.
“itu yang kamu pikirkan, aku punya tabungan. Kamu
ingat kamu suka kasih uang ke aku, uang dari kamu aku tabung dan hasil kerja
aku selama bertahun-tahun juga aku tabung. Itu milik kita berdua” jelasku pada
cyndy.
“maafkan aku sin, sekarang aku tidak punya apa-apa
lagi. Semuanya diambil mama” katanya dengan sedih.
“jangan kaya begitu, aku tidak pernah minta
apa-apa dari kamu. Meski kamu kasih aku uang dan yang lainnya, semuanya aku
simpan dengan rapi. Sekarang lihat aku” jawab sinta sambil menatap kearah
cyndy.
Paginya aku duduk bersama cyndy dihalam rumah.
Kita berdua melihat ikan mas dikolam rumah. Mas hendro datang menghampiri kita
berdua sambil membawa teh hangat untuk kita.
“pagi cyndy, udah gak ngompol lagi kan lihat mas
sekarang” ledeknya sembari memberikan secangkir teh hangat.
“ihh… mas hendro bisa aja, terima kasih yah.. teh
hangatnya”
“mas hendro ada yang mau kita bicarakan dengan mas
hendro” kata sinta.
“apa, kayanya serius nih?”
“mas, kita berdua mau berterus terang sama ibu
tentang hubungan ini. Begitu juga dengan cyndy” jelasku.
“kalian berdua selalu buat ulah yah, huh… baiklah
kalau itu mau kalian tapi mas hendro tidak bisa bantu kalian”
“iya sinta tahu. Sinta tidak betah sembunyi
seperti ini lagi mas”
“ok!!! Kalau begitu. Satu hal yang harus kamu ingat, mas tetap sayang sama kalian
berdua. Kalau itu keputusan kalian berdua yang
terbaik, mas bangga dengan kalian. Semoga
ibu bisa menerima kalian, meski awalnya sakit”
“terima kasih mas hendro” jawab cyndy sembari
memeluk mas hendro.
Pertama yang harus kita lakukan adalah temui mama
cyndy. Setelah itu temui ibu, aku tidak tahu apa mereka nanti akan siap dengan
semua ini. Tuhan aku hanya minta keselamatan dari kamu. Hanya ini jalan
satu-satunya sebuah kejujuran meski pahit, tapi esok aku akan bersama cyndy.
Sekarang, besok dan selamanya.
Saat kita berdua sampai didepan rumah cyndy. Aku
dan cyndy merasa tidak yakin dengan semua ini, meski ada
keraguan aku berusaha menepisnya. Saat kita masuk kerumahnya, kulihat mama cyndy duduk diruang TV sembari menangis. Cyndy
menghampiri mama yang sedang duduk, tak lama mama memeluk cyndy begitu erat.
“cyndy dari mana saja kamu nak, mama sangat cemas”
sambil membelai rambut cyndy yang terurai.
“maafkan cyndy mama, cydny harus bertemu dengan
sinta”
“apa!!! Sinta” dengan wajahnya yang seketika
berubah tiba-tiba saat mendengar nama sinta.
“iya mah, sinta. Sinta sini, kita berdua harus
bicara sama mama”
Sinta menghampiri cyndy dan mama. Kita bertiga
duduk diruang TV, kulihat wajah mama tidak senang dengan kehadiranku. Aku
berusaha tenang dengan situasi seperti ini meski hatiku berdebar-debar.
“ada yang mau kita sampaikan sama mama, cyndy
harap mama siap mendengarnya” jelas cyndy pada mama.
“ada apa lagi sayang, mama belum siap kehilangan
kamu nak” jawab mama sambil menangis merintihkan air mata.
“ijinkan aku hidup bersama sinta selama-lamanya”
kata cydny pelan yang tiba-tiba meneteskan air mata. Aku terdiam melihat drama
mereka berdua antara anak dan ibu yang sangat mengharukan.
“mama tidak tahu harus bilang apa sama kalian
berdua” jawab mama dengan menangis.
“mama cyndy mencintai sinta. Cyndy tahu hubungan
ini terlarang. Tapi tolong, cyndy tidak bisa membohongi perasaan ini mah”
“tante sinta yang akan menjaga cyndy tante”
jawabku.
“bukan masalah itu.. masalahnya, ini tidak boleh
terjadi”
“mama ini kehidupan cyndy, cyndy yang menjalankan
kehidupan cyndy. Cyndy ingin bahagia dengan sinta mah, ijinkan cyndy memilih
jalan hidup cyndy. Asal mama tahu bahwa anak mama seorang Lesbian” tegas cyndy pada mama.
Mama menangis menjadi-jadi, seperti kerasukan. Dia
tidak bisa menerima anaknya seperti itu, mama memeluk cyndy. Meski dia sadar
anaknya bukanlah seorang anak kecil lagi yang harus dituntun untuk menjalankan
hidup ini.
“tante, saya akan menjaga cyndy. Nyawapun saya
berikan untuk cyndy, asal tante mengijinkan saya untuk hidup bersama cyndy”
jelasku pada mama.
“mama mungkin terlalu jahat untuk kamu sayang.
Kalau ini memang hidup kamu mama ikhlas, biar mama yang akan bicara sama papi
kamu. Mungkin mama terlalu salah mendidik kamu”
“jadi mama benar-benar menerima semua ini” jawab
cyndy dengan bahagia.
“iya sayang” dengan membelai rambut cyndy dan
menatap wajah sinta yang sejak tadi duduk.
Aku benar-benar tidak percaya kenapa begitu cepat
mama menerima cyndy dan aku. Padahal kalau aku ingat lagi betapa bencinya mama
saat melihat aku, dan betapa jahatnya mama menyiksa cyndy.
Tuhan mungkinkah ini yang akan ditakdirkan untuk
aku dan cyndy. Mungkin untuk saat ini mama bisa menerima kita berdua, meski
dengan perjalanana yang sangat melelahkan. Lalu bagaimana dengan ibuku apakah
dia bisa menerima aku seperti apa yang dilakukan oleh cyndy. Atau mungkin aku
harus dihajar dulu sampai babak belur seperti halnya yang dilakukan oleh mas
hendro terhadapku.
Kita berdua duduk ditaman rumah cyndy sambil
bercanda dan bermesraan. Kembali ke rencana berikutnya, temui ibu. Rencananya
malam ini aku akan temui ibuku untuk membicarakan semua ini. Aku tidak tahu apa
yang akan terjadi pada ibu saat aku bicara yang sesungguhnya.
Sorenya aku pulang dari rumah cyndy, sebelum
pulang kita pasti mampir dulu ke toko kue. Menikmati sore hari dengan makan kue
dan minum teh hangat atau semangkuk es
krim yang nikmat.
“apa kamu siap temui ibu sinta” tanya cyndy.
“mudah-mudahan aku siap” jawabku.
Usai dari toko kue sembari minum dan menikmati
sore hari. Malam pukul tujuh aku duduk bersama cyndy diruang tamu. Aku harus
siap dengan semua keputusan ini. Aku menyuruh mas hendro untuk memanggil ibu
dari kamarnya.
Ibu dan mas hendro datang menemui kita berdua diruang
tamu. Kita berdua ingin siap-siap mendengarkan semua keputusan ini.
Tuhan berilah aku kekuatan untuk semua ini. Ibu aku sangat mencintai ibu, tapi
anak ibu ingin hidup bahagia dengan seorang perempuan yang ada dihadapan ibu
sekarang ini.
“apa yang hendak kalian katakan pada ibu” tanya
ibu pada kita berdua.
“ibu sebelumnya sinta minta maaf yang sangat
dalam. Ibu, sinta sangat mencintai ibu, sinta harap ibu bisa
menerima keputusan sinta ini bu” jawabku.
“keputusan apa sin? Ibu gak mengerti” katanya
dengan heran sambil melihat kearah mas hendro.
“anak ibu adalah
seorang Lesbian” jawabnya dengan
yakin. Ibu semakin tidak mengerti saat aku bilang aku seorang Lesbian, ibu terus saja menoleh kearah
mas hendro dengan wajah kebingungan.
“ibu gak mengerti apa yang kamu ucapkan sinta”
“ibu maksud sinta, sinta mencintai cyndy. Seorang
perempuan yang mencintai perempuan” jelasku pada ibu. Ibu tersentak kaget
setengah mati seakan tidak percaya dengan semua ini.
“gusti allah, aku ini salah apa. Kenapa dengan
anakku ini, ya allah” kata ibu sambil mengelus dada.
“pergi kalian berdua dari hadapan ibu.
PERGIIIIIIIII….. AKU MALU PUNYA ANAK SEPERTI KAMU, JANGAN PERNAH MENGINJAK
RUMAH INI LAGI…. DASAR ANAK SETAN” jerit ibu pada kita berdua.
“sudah sinta, cepat kalian pergi. Nanti mas
kabari” kata mas hendro.
Aku pergi bersama cyndy, kulihat cyndy menangis
seakan tidak yakin dengan semua ini. Tuhan aku bebas, sekarang aku bebas tuhan.
Aku memberikan senyum pada cyndy yang sejak tadi menangis. Kuhapus air mata cyndy, dan kucium kening cyndy.
“kita bebas. Aku akan hidup bersama kamu cyndy ku
sayang” sambil menangis bahagia dan memeluk cyndy begitu erat.
“sinta, cyndy sayang dengan sinta. Maaf cyndy
terlalu cengeng” jawabnya.
Kita berdua pergi meninggalkan rumah untuk
selamanya. Entah kenapa semua beban ini lepas begitu saja, aku merasakan
semuanya begitu ringan. Mungkinkah sebuah kejujuran adalah jawaban dari semua
ini. Aku genggam tangan cyndy, sambil tertawa bahagia.
Matahari terbit begitu indah, tubuhku disinari
oleh matahari. Kurasakan betul hangatnya matahari ini. Sarapan pagi sembari
menatap bidadari yang dihadapanku, dan ditemanin suara merdunya Anggun Cipta
Sasmi “mimpi”.
Tak lama suara telepone berdering. Cyndy
mengangkat telepone itu, sepertinya ada pembicaraan yang sangat serius. Setelah
itu cyndy menghampiriku dengan terburu-buru. Bisa kurasakan nafasnya memburu
dengan cepat, sepertinya ada sesuatu yang begitu berat, yang mau dia bicarakan
padaku.
“ada apa cyndy?” tanyaku.
“kata mama, papi mau ketemu sama kita” jawabnya.
“untuk apa?”
“entahlah, aku rasa dia ingin tahu apa yang
terjadi sebenarnya”
“baiklah, kamu sudah siap” jawabku.
“aku siap sayang”
Siangnya kita berdua temui mama dan papi cyndy.
Kulihat mereka berdua sudah ada diruang tamu. Saat itu mama menangis, dan kulihat
raut wajah papi sangat marah pada kita berdua.
“sebenarnya ada apa diantara kalian berdua ini?”
tanya papi.
“papi…. Cyndy minta maaf yang sebesarnya, cyndy
sayang dengan kalian. Tapi ijinkan cyndy untuk menjalankan kehidupan cyndy”
“apa maksud kamu? Apa benar yang dikatakan mama
kamu, kalau kalian punya hubungan yang special” tegasnya.
Saat itu aku terdiam, tak mampu bicara banyak.
Kulihat air mata cyndy menetes, begitu juga dengan mama yang sejak tadi
menangis saat kita datang.
“JAWAB CYNDY” teriak papi, sambil memukul meja.
“AKU DAN SINTA SALING MENCINTAI” jawab cyndy sambil berteriak.
Mata papi melotot saat cyndy bilang seperti itu.
Papi ingin menampar cyndy, tapi aku hadang dengan tanganku. Cyndy menutup
matanya penuh takut, kulihat mama bangkit dari bangkunya.
“om.. kalau om mau tampar cyndy. Tampar aku dulu
om” kataku.
“baik kalau itu mau kamu” jawabnya dengan seketika
itu papi menampar sinta sampai pipinya merah.
“PAPI JANGAN… PAPI JAHAT. KALAU PAPI TIDAK
MERESTUI HUBUNGAN INI, USIR CYNDY DARI RUMAH TAPI JANGAN SIKSA KITA” teriak cyndy sembari memukul badan papinya.
“KAMU TAHU HUBUNGAN INI TERLARANG”
“CYNDY TAHU, TAPI CYNDY HANYA INGIN BAHAGIA
BERSAMA SINTA SELAMANYA”
Aku terkejut setengah mati baru kali ini aku
dapati cyndy seperti itu. Cyndy seperti kerasukan dan wajahnya memerah dengan
seketika. Kulihat mama hanya bisa
menangis, dan mencoba berusaha menenangkan suaminya.
“papi cyndy hanya ingin hidup bersama sinta. Papi
cyndy sangat mencintai sinta, maafkan cyndy papi” katanya sambil menenangkan
situasi.
“pergi dari hadapan papi. Jangan pernah coba
menginjak rumah ini lagi”
Tanpa perintah lagi kita berdua pergi dari rumah
itu. Kulihat mama menangis histeris, begitu juga dengan cyndy. Kita pergi
menaiki taksi menuju kota bandung dan meninggalkan Jakarta.
“sinta, aku bebas. Setiap hari aku akan selalu
melihat wajahmu” kata cyndy sambil sandaran dibahuku.
“iya, saat wajah aku tertutup dengan selimut dan
kubuka, aku melihat senyuman yang paling cantik sejagad raya ini” jawabku
sambil berpelukan mesra didalam mobil.
Sepuluh tahun sudah aku menjalankan kehidupan ini.
Aku merasa bebas seperti merpati, sekarang aku dan cyndy menjadi seorang
pengacara. Mempunyai rumah yang indah serta dua anak kecil perempuan dan lelaki
yang kita adopsi bersama, dan kita pun menikah diluar negeri.
Mungkinakah aku dan cyndy, akan bahagia selamanya
sampai akhir hidup ini, atau maut yang memisahkan kita. Tuhan begitu baik pada
kita, semua rencananya yang tidak kita ketahui.
Kejujuran adalah sebuah kunci untuk mengungkapkan
jeritan hati kecilmu, sebagai seorang Lesbian.
Biarkan aku bahagia, biarkan aku menjalanin hidup ini tanpa kebohongan hati
kecil ini. Kebahagian akan selalu ada, bila dijawab dengan sebuah kejujuran.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar